Suhu panas membuat gadis itu kegerahan. Dia mengerutkan dahi sambil menengok ke kanan dan ke kiri. Silau cahaya matahari membuatnya memfokuskan pandangan.
Suara sepeda motor berhenti di depannya.
"Ayo, naik. Sama bunda lo suruh bareng," kata Atha, pemilik sepeda motor itu.
Gadis itu, Zara segera naik ke boncengan motor Atha, lalu berpegangan di perut.
"Rok belakang aman?" tanya Atha.
Mau tidak mau, Zara memastikan agar rok itu tidak terbuka ketika tertiup angin. Biasanya dia tak peduli karena memakai short. Tidak kali ini, short-nya yang masih muat, sudah berada di ember cucian kotor.
"Aman," pungkas Zara. Lalu kembali memeluk perut Atha.
Atha mengegas motornya sambil menggerutu. "Kapan punya ceweknya kalau begini?"
Zara tertawa keras. "Abisnya gue takut terjengkang lagi." Memori tiga tahun yang lalu melintas, memori di saat Atha pertama kali memboncengkan Zara saat dia baru belajar motor. Dia belum bisa mengontrol gas dengan sempurna.
"Mampir," kata Zara.
"Kebiasaan, tapi nggak apa deh. Traktir, ya," kata Atha. "Siap. Mau ke mana?"
Tak jauh dari sekolahnya yang berdekatan dengan pasar gedhe, Atha terpaksa harus berhenti. Dia hendak memutar balikkan motornya menuju Panggung. Tak lama, mereka sampai di pasar Nusukan.
Atha menghentikan motor di parkiran. "Kita jalan kaki aja," putus Atha.
Zara segera turun. Dia mencari nama somay yang hendak dimakannya di Instagram milik foodstagram kegemarannya.
"Cari Somay Lestari," kata Zara pada Atha.
"Itu di barat pasar, Dek," kata tukang parkir yang mendengarnya.
Zara berterima kasih lalu mengajak Atha ke tempat yang dituju. Ramainya pembeli membuat semangat Zara menggebu-gebu. Dia yakin bahwa somaynya enak.
Hari semakin sore. Suhu udara mulai turun. Namun Atha dan Zara masih merasa gerah. Penjual tersebut menuangkan stok somay lagi. Sehingga harus menunggu beberapa menit agar somay menghangat.
Penjual somay membuka tutup dandang. Zara langsung berdiri dan mengantre.
Setelah mendapat somay, Zara mengajak Atha untuk duduk di kursi taman yang mulai teduh. Angin sepoi-sepoi menyambut mereka. Helai rambut Zara menyapu wajah. Namun Zara tampak tak terganggu. Atha yang melihat pemandangan itu, tak tahan untuk mengabadikannya.
"Rasanya enak, khas. Padahal cuma dari pati kenji doang, tapi enak deh pokoknya," kata Zara sambil menoleh pada Atha. Saat itu juga, dia sadar bahwa Atha merekamnya.
"Ayo yang ingin somay ndeso khas Jawa. Bisa ajak teman-teman kalian di sini," kata Zara mengikuti vlogger atau instagrammer yang pernah ditonton.
Atha tertawa sambil mematikan rekamannya.
"Coba lihat!"
Video begitu apik diambil oleh Atha. Dengan pencahayaan dan sudut pandang yang bagus. Atha memang mempunyai hobi fotografi sejak kecil. Sedangkan Zara adalah objeknya.
"Nggak mau jadi model?" tanya Atha suatu hari.
Zara menggeleng keras. Dia hanya ingin menjadi penjelajah makanan. Dia sangat suka makan. Teknologi semakin canggih. Makanan semakin banyak. Keadaan itu mendukung hobi Zara.
Kali ini Atha berkomentar lagi, "Nggak mau jadi food vlogger?"
Kali ini juga, Zara menyambut ide itu dengan mata berbinar.
"Ayo buat bisnis!" ajak mereka kompak.
Zara dan Atha bersalaman. "Deal!"
Lalu menyantap somay mereka yang mulai dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Food Vlogger Cintaku
Teen FictionSeorang gadis SMA dinilai unik oleh teman-temannya. Kecintaannya pada makanan Indonesia menjadikannya terlihat berbeda dengan generasi alpha sekarang yang lebih menyukai makanan ala western. Ketika memasuki masa SMA, dia tertarik dengan seorang lela...