Sumber : tumblr
Zara sudah siap untuk pergi ke sekolah. Dia memastikan bahwa baju barunya pas. Hari kamis adalah hari bebas memakai batik. Hal ini bertujuan agar siswa mengenal berbagai macam batik.
Zara sarapan seadanya, roti tawar telur mentega. Lalu berpamitan untuk ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Zara langsung masuk kelas, karena dia sudah berjanji akan saling bertukar PR. Zara tak tahu nomor lima, sedangkan Maya tak tahu nomor satu dan tujuh. Mereka akan saling melengkapi.
Luna datang ketika Zara dan Maya mengerjakan tugas bersama.
"Kak Atha di depan, tuh," kata Luna sambil duduk dan meletakkan tas di atas meja. "Sama Kak Fran."
Lanjutan kalimat Luna mampu mencuri perhatian Zara.
Rasa khawatir menyelimuti Zara. Pasalnya, dia takut ada pertengkaran yang tak diharapkan.
Sungguh di luar dugaan. Zara malah melihat keduanya saling berangkulan di pundak.
"Kalian ngapain?" tanya Zara.
"Nih, buku tugas lo ketinggalan di meja makan. Tante Alya nyuruh gue kasih ke lo," kata Atha.
"Makasih." Zara menerima. "Fran?"
"Gue tadi lihat Atha. Yah, ngobrol dikit," kata Fran. Namun, tak diterima baik oleh Zara. Alasannya tak masuk akal.
Bel berbunyi. Ketiganya terpaksa harus memisahkan diri.
Jam pelajaran berlangsung. Zara tak fokus mengikutinya. Dia tak tahu apa alasannya. Ya kali gue berharap mereka berantem. Bodoh amat sih. Lo mimpi terlalu tinggi Zara. Sekarang mana ada cowok berantem gara-gara cewek. Di atas cewek cantik pasti ada cewek cantik lainnya, kan.
***
"Tante Alya baru cek kehamilan. Lo sama gue Zar," kata Atha di ambang pintu masuk kelas Zara
"Oke. Gue piket dulu bentar," kata Zara.Dengan patuh, Atha menunggu di sebuah bangku yang ada di dekat pintu keluar. Dia menunggu Zara sambil main gim.
"Gale gimana?" tanya Zara.
"Dia dijemput sopirnya. Mau keluar kota sama orang tuanya. Jenguk neneknya. Ini kan akhir pekan," jelas Atha tanpa menoleh pada Zara. Tatapannya masih pada layar ponsel.
Keheningan tercipta. Zara memilih fokus mengerjakan piket bersama kedua temannya daripada terus mengoceh.
"Bukannya ini Kamis?" tanya Zara setelah piket. Dia duduk di bangku di samping Atha.
Kini Atha tak langsung menjawab, metikan dan memasukkan ponsel ke saku. "Besok kan tanggal merah."
"Oh. Gue nggak hapal kapan tanggal merah. Ya udah, yuk, cus pulang," kata Zara.
Mereka pun berjalan menyusuri koridor sekolah menuju parkiran sambil bercanda seperti biasa. Entah mengapa, Atha merasa aman jika Zara bersamanya.
Gila! Gue kenapa sih? Kan gue ada Gale. Kenapa sekarang gue berdebar lihat Zara. Dia terlihat sangat cantik, batin Atha.
"Beli Somtam Thailand yuk!" ajak Zara seperti biasa.
"Alah, dia rasanya juga rasa-rasa Nusantara," kata Atha.
"Pengen,* kata Zara.
Atha menuruti saja.
Zara benar-benar anak kuliner akut. Dia tahu segala tentang kuliner di Solo.
"Jangan-jangan kalau kuliner di Solo udah nyoba semua, bakal ke luar Solo," ejek Atha.
"Kepikiran juga kalau akhir pekan main ke Jogja atau Semarang," kata Zara. "Kemarin sih Fran mau nemenin, bisa kali ya sambil naik kereta."
Atha hampir terkaget. Namun ketika mendengar kalimat akhir Zara, hatinya mencelos, "Jadi aku nggak diajakin?"
"Mau? Nanti ajak Gale juga," kata Zara.
Atha mencebikkan bibir, walau Zara tak tahu.
🥳🥳 Bersambung 🥳🥳
Aduh, saingan lo berat, Tha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Food Vlogger Cintaku
Teen FictionSeorang gadis SMA dinilai unik oleh teman-temannya. Kecintaannya pada makanan Indonesia menjadikannya terlihat berbeda dengan generasi alpha sekarang yang lebih menyukai makanan ala western. Ketika memasuki masa SMA, dia tertarik dengan seorang lela...