7

10 6 0
                                    


Sudah seminggu Zara hanya berdiam diri di kamar, bukan karena Gale, melainkan karena beberapa pelajaran yang selesai perbabnya bersamaan. Zara sibuk membuat rangkuman untuk persiapan ulangan sumatif akhir bab.

Zara bisa mengesampingkan rasa kesalnya ketika Atha bersama Gale, tetapi tak bisa mengesampingkan hobinya berburu makanan. Dia baru saja memesan oseng kikil dan nasi padang dari tempat yang berbeda.

"Nih, pesanan kamu datang," kata Alya langsung masuk ke kamar Zara karena pintu memang tak pernah ditutup. "Padahal di rumah masak ayam katsu curry, oseng tauge tahu sama kue kiswi pandan."

"Hehe, ini lagi viral, Bund. Udah mau seminggu Zara nggak upload video. Pengennya sih mau review makanan ini," jelas Zara sambil menerima bungkusan dari sang bunda.

"Terserah kamu, Za. Yang penting, pelajarannya jangan lupa. Jangan sampai mengganggu sekolah, ingat pesan Bunda," kata Alya.

Dengan sikap hormat layaknya hormat bendera, Zara menjawab bahwa dirinya siap melaksanakan nasihatnya.

Alya pun keluar. Zara menyiapkan meja untuk makan dan tripod untuk menyangga ponselnya.

***

Malam hari, suara kaca jendela kamar Zara seperti dilempari kerikil. Tak langsung membuka, Zara melihat CCTV yang ada di daerah depan rumah. Setelah tahu siapa pelakunya, Zara baru membuka jendela.

Terlihat Atha menunjuk ponselnya. Zara tanggap dan mengambil ponsel untuk melihat apakah Atha mengirim pesan padanya. Jika dilihat dari ekspresi Atha, pesan itu penting dan memberi kabar bahagia.

"Gale mau pindah ke sekolah kita, kayaknya bakal sekelas dengan gue."

Begitu pesan dari Atha. Zara kesal bahwa pesan itu hanya penting untuk satu belah pihak. Tanpa menjawab, Zara berjalan menuju ke jendela, langsung menutup tanpa kalimat apapun.

***

Dilihat berapa kali pun Atha tak menemukan kesalahan dalam pesannya yang dikirimkan pada Zara. Namun dia tak menerima jawaban dan komentar saat menemuinya dengan tidak sopan tadi malam.

Atha mengucek mata karena terasa perih. Dia tak bisa tidur saking bahagianya.

"Selamat pagi, anak-anak. Silakan duduk di tempat masing-masing lalu berdoa," kata seorang guru saat memasuki kelas.

Kelas begitu riuh, bukan tenang. Atha mengedarkan pandangan sambil bertanya-tanya apa yang membuatnya heboh.

"Berdoa dulu, nanti saya kenalkan anggota baru kelas kalian," putus guru tersebut.

Mau tidak mau, para siswa langsung berdoa bersama.

Gale memperkenalkan dirinya dan menyatakan apa alasan dia pindah. Banyak sekali pertanyaan yang muncul.

"Punya pacar nggak?" Pertanyaan dari Leo sukses mendapat tatapan ganas dari Atha. 

Tak lama Atha memberi tatapan mengancam pada Leo, kini Atha melihat Gale sambil mengangguk, memberi arti bahwa hubungan mereka boleh diketahui banyak orang.

"Punya. Dia ada di sini, di dekat jendela kanan yang tengah."

Semua pandangan terarah pada Atha. Suara siulan terdengar bertubi-tubi.

Berita tentang Gale dan Atha langsung menjadi pembicaraan hangat ketika istirahat. Zara yang mendengarnya, memberi ekspresi yang masam. Dia kesal, merasa kini waktunya dengan Atha bakal terpotong, atau bahkan terhapus.

"Nih siomay lo," kata Luna. "Nih nasi gudeg lo," lanjutnya pada Maya. 

"Pesen nasi kucing doang?" tanya Maya.

"Iya, lagi pengen yang pedes-pedes," kata Luna.

Maya tahu alasan itu tak nyambung, tetapi tak menanyakan lebih jauh.

Suasana kantin sangat ramai. Lebih ramai lagi ketika Atha bersama Gale tiba di sana.

"Pacarnya Kak Atha cantik," komentar Luna.

Maya menatap tajam pada Luna, tetapi Luna tak menangkap signal itu.

"Setuju," ucap Zara.

Meja Zara menjadi sunyi karena diliputi kecanggungan. Pada sat itu, barulah Luna paham dengan kondisinya.

Dasar Luna!

Food Vlogger CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang