9

6 4 0
                                    

Siapa sangka kedekatan Fran dan Zara terjalin kembali. Bukan karena alasan suka, tetapi rasa nyaman antara keduanya di titik teman membuat mereka selalu bersama.

Luna iri karena Zara, anak sederhana yang dikenalnya bisa disukai banyak cowok keren.

Sedangkan Maya hanya menghibur Luna. Dia takut persahabatannya akan pecah seperti di novel yang dibacanya atau di sinetron seperti yang ditonton ibunya.

"Biarin aja, gih. Beli es dawet skuy!" ajak Maya.

Luna mengangguk.

Di sisi lain, Zara mencari kedua sahabatnya bersama Fran. Mereka memang satu sekolah, tetapi beda kelas. Fran juga kelas sebelas, sama dengan Atha, tetapi beda kelas.

"Daripada kehabisan waktu, kenapa nggak WA aja, kita tunggu di warung bakso rusuk depan sekolah," usul Fran.

Zara pun setuju.

Mau ditraktir nggak? Gue tunggu sama Fran di bakso rusuk depan sekolah. Ajak Luna, ya.

Zara mengirim pesan. Tak lama kemudian mendapat balasan.

Gue bakao, Luna mi ayam, minym biar kita yang beli soalnya lagi beli dawet di kantin

Zara memberi emoticon jempol pada pesan itu. Dia pun mengajak Fran memesan bakso dan mi ayam.

Singkat cerita. Zara mulai memperkenalkan Luna dan Fran karena Maya sudah kenal. Mereka berempat terlihat nyambung dan tak butuh waktu lama untuk bersahabat.

Sahabat? Nyatanya Zara masih menyembunyikan identitasnya pada Luna.

***

Zara, Maya, Luna, Fran. Mereka sering makan bersama ketiga istirahat. Mereka juga sering ke perpustakaan bersama hanya untuk mencari buku untuk melengkapi tugas. Mereka bahkan sering janjian untuk pergi bersama di waktu senggang.

"Kok gue malah ngegship Zara sama Kak Fran, ya. Kak Fran perhatian banget," kata Luna yang tengah duduk di kursi kantin, bersandingan dengan Maya. Sambil melihat Zara dan Fran yang antri sambil bercanda.

"Gue tetap ngeship sama Atha Zara sih. Mereka tuh sweet banget tahu kalau lagi berantem," kata Maya.

Kini Zara dan Fran sudah dapat giliran memesan mi pedas.

"Kok Kak Atha nggak kehilangan Zara, ya?" gumam Luna.

"Kata siapa? Tuh lihat belakang lo," kata Maya.

Luna tak melihat secara langsung, melainkan mengambil ponsel dan mengaktifkan kamera depan. Lalu, Luna tertawa melihat ekspresi Atha yang di luar nalar. "Kayak anak nggak bisa jajan karena nggak punya uang, padahal ortunya kaya, kan?"

"Iya," kata Maya singkat. Dia tak terlalu tertarik membicarakan latar belakang orang lain.

"Nih pesanan kita datang," kata Fran.

Luna membawa nampan dengan dua mangkok, sedangkan Fran membawa nampan berisi empat air dingin dan dua mangkok mi. Maya segera menurunkan satu persatu.

Di sisi lain, Atha sedang tidak fokus mendengarkan Gale yang sedang bercerita tentang sekolah sebelumnya.

"Yatha!" pekik Gale.

"Hm?"

"Kamu dengar nggak sih?"

"Dengar."

"Coba ulang cerita aku tadi."

"Kamu di sana nggak ada teman, dikatain cupu karena nggak punya pacar. Trus kamu bilang kalau sebenarnya punya pacar, tapi karena kita nggak pernah foto bareng mereka nggak percaya ...." Atha melanjutkan ceritanya.

"Mmm .... Aku jadi terharu."

Atha hanya meringis.

Atha yang sebelum kehadiran Gale hidupnya bebas, mau ke sana kemari tanpa ada ikatan, mau ngobrol sana sini nggak ada yang menghindar. Kini hidupnya berubah. Mau ke mana pun, harus pamit. Mau bicara sama siapapun, pasti menghindar karena tak ingin dilabrak Gale.

🥳🥳 Bersambung 🥳🥳

Kasihan banget sih Atha.

Food Vlogger CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang