Dahulu kala, kakak laki-laki ku menghadiri perjamuan kekaisaran.
Tepat setelah ia diangkat menjadi Putra Mahkota, dan Josephina memanggilnya.
Aku merasa cemas selama ia berada di Kekaisaran, khawatir Josephina akan melakukan sesuatu yang mengerikan kepadanya.
Syukurlah, kakak kembali tanpa cedera. Begitu melihatnya, aku bertanya kepadanya bagaimana perjamuannya, karena tahu betul betapa besar penghinaan yang dihadapi para utusan Zenos di perjamuan Kekaisaran Suci.
Kakak menatapku dan tertawa terbahak-bahak.
"Dasar bocah nakal, mengabaikan pelajaranmu hanya untuk memikirkan hal yang tidak penting."
la mengatakan bahwa orang- orang Kekaisaran terlalu sibuk bersenang-senang hingga tidak memerhatikannya.
la bahkan terkekeh, mengatakan bahwa mereka tidak tahu bagaimana bersenang-senang, dan bahwa pesta-pesta meriah di Zenos jauh lebih baik.
Aku tidak sepenuhnya percaya padanya, namun aku merasa agak lega. Melihatnya tertawa seperti itu, kupikir itu tidak seburuk yang kubayangkan.
Setidaknya, itulah yang aku pikirkan.
Tapi aku keliru.
Mengingat kenangan masa muda itu, aku tersenyum getir.
Dulu aku benar-benar bodoh. Sekarang setelah aku berada di posisi kakakku, aku menyadari betapa naifnya aku.
Di aula upacara yang luas ini, tidak ada seorang pun sekutu di pihakku. Tidak ada satu pun pengiringku dari Kerajaan yang diizinkan hadir.
Enoch, yang seharusnya menjadi pendamping priaku, telah lama meninggal.
Para bangsawan kekaisaran menatapku seolah-olah aku sampah. Aku berjalan di karpet merah, menembus tatapan tajam mereka. Dan aku memikirkan tatapan tajam yang pasti dialami kakak di jamuan makan kekaisaran itu.
Momen-momen mengerikan yang harus ia lalui. Bahkan pendeta yang memimpin upacara mengambil setiap kesempatan untuk menghina Zenos. Rasanya seluruh aula bertekad untuk menghancurkanku. Namun, aku diam-diam membiarkan semua permusuhan itu menguasai diriku.
Sebenarnya, semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan wanita yang berdiri di sampingku.
Setiap kali aku menatapnya, hatiku terasa sakit.
Aku tak bisa memastikan apa itu karena sisa-sisa mimpiku yang terkutuk atau sekadar kekecewaan terhadap diriku sendiri karena masih terbuai oleh khayalan yang tak ada harapan seperti itu.
Bagaimanapun, upacara itu berakhir dengan baik.
Mungkin bagi orang lain semuanya tampak lancar, tetapi bagiku, kenyataannya memang lancar.
Setelah beristirahat sejenak, aku mengikuti arahan pendeta dan menuju ke tempat suci. Saatnya untuk melangsungkan pernikahan.
Aku tidak tahu apa dia akan menerimaku, tetapi aku harus melakukan apa yang perlu dilakukan.
"Ini saya, Nona. Saya akan masuk."
Setelah pendeta itu pergi, aku mengetuk pintu. Aku menunggu beberapa saat, tetapi tidak ada suara dari dalam.
Aku ragu sejenak, lalu mengetuk lagi.
"Nona?"
Sekali lagi, tidak ada jawaban.
Aku tersenyum pahit dan menurunkan tanganku. Aku mengira malam pernikahan akan canggung, tetapi aku tidak mengantisipasi akan dikurung di luar.
Meski begitu, aku tidak punya pilihan lain. Aku berdiri di sana, menunggu pintu terbuka, berharap dia akan mengizinkanku masuk sebelum fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SIDE STORY] The Way to Protect the Lovable You
Romance[NOVEL TERJEMAHAN] 🔴 Bukan novel karya pribadi 🔴 Kang TL amatir! 🔴 Terjemahan tidak 💯 benar!!! 🔴 Update kalau sempet🙈 A Way to Protect the Lovable You / The Way to Protect the Lovable You / Saving My Sweetheart / Cara menyelamatkan kekasihku...