Keesokan paginya, rutinitasku berjalan seperti biasa. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyiapkan sarapan untuk Pak Yayan, aku mulai merencanakan untuk pergi ke pasar. Kebutuhan dapur sudah mulai menipis, dan aku tahu hari ini aku harus membeli bahan-bahan untuk memasak. Di rumah ini, meskipun ada berbagai kenyamanan yang tak pernah kudapatkan di kampung, aku tetap merasa perlu berkontribusi lebih agar segalanya tetap berjalan lancar.
Sebelum aku sempat keluar, tiba-tiba suara berat Pak Yayan terdengar dari belakangku. "Las, kamu mau ke pasar?"
Aku menoleh, dan seperti biasa, melihat sosok Pak Yayan yang selalu memancarkan kharisma. Dia sudah siap dengan seragam gurunya. Tidak seperti biasanya, Pak Yayan mengenakan kemeja putih yang sedikit ketat di tubuhnya yang berotot dan celana bahan yang membuatnya terlihat semakin rapi. Senyum manisnya mengembang di wajah tampannya yang dihiasi kumis tipis itu.
"Iya, Pak. Mau beli bahan buat masak nanti," jawabku sambil mengancingkan kemeja lengan panjang yang kupakai.
"Kebetulan sekali, saya juga mau berangkat ke sekolah. Gimana kalau kita pergi bareng? Kamu nggak perlu capek-capek jalan kaki atau naik angkot," tawarnya dengan nada ramah.
Aku terkejut sejenak. Pikiran untuk berboncengan dengan Pak Yayan, apalagi di atas motor besarnya, membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. "Ah, nggak usah, Pak. Nanti ngerepotin," jawabku dengan senyum malu-malu, meskipun dalam hatiku, aku ingin sekali menerima tawaran itu.
Pak Yayan hanya tertawa kecil. "Nggak repot kok. Lagipula, sekalian aja. Sekolah saya juga searah sama pasar. Ayo, ambil tasmu."
Tanpa bisa menolak, aku akhirnya mengambil tas belanja kecilku dan keluar menuju garasi. Di sana, berdiri megah motor besar milik Pak Yayan, sebuah motor sport berwarna hitam dengan aksen merah, yang terlihat gagah dan sangat cocok dengan kepribadiannya yang kuat dan maskulin.
Pak Yayan kemudian mengenakan jaket kulit berwarna hitam yang sangat cocok dengan tubuhnya yang kekar. Kemudian, ia pakai juga helm full face yang semakin menambah kegagahannya.
Saat dia menyalakan mesin motor itu, suara deru mesinnya begitu menggelegar, membuat adrenalin dalam diriku ikut melonjak. "Ayo, Las. Naik," katanya sambil menepuk jok belakang.
Dengan sedikit ragu, aku melangkah mendekat dan naik ke jok belakang. Joknya yang tidak terlalu besar memaksaku untuk duduk sangat dekat dengan Pak Yayan. Saat aku meletakkan tangan di sisi motornya untuk menyeimbangkan diri, aku merasakan aroma khas tubuhnya yang segar setelah mandi, bercampur dengan aroma seragamnya yang baru disetrika.
Pak Yayan menoleh sedikit ke arahku. "Pegang erat, ya, Las. Jangan sampai jatuh."
Hatiku berdebar keras mendengar kalimat itu. Aku pun dengan ragu melingkarkan kedua lenganku di pinggangnya yang kekar. Tubuhnya terasa hangat dan kuat di bawah sentuhan tanganku. Jantungku semakin berdetak kencang, bukan hanya karena motor yang mulai melaju, tetapi juga karena perasaan tak karuan yang memenuhi dadaku.
Saat motor melaju kencang, aku merasa terpaksa semakin mengeratkan peganganku pada pinggangnya. Aku bisa merasakan otot-ototnya yang kencang di balik seragamnya. Rasanya begitu nyata, begitu dekat. Nafasku terasa lebih cepat dan dadaku sesak dengan campuran rasa canggung dan terpesona.
Semakin cepat motor melaju, semakin erat aku memeluk Pak Yayan. Pikiranku mulai liar. Aku tahu ini salah, tetapi ada sesuatu dalam diriku yang membuatku tidak bisa menahan diri. Sentuhan tubuhnya yang dekat, aroma maskulinnya, dan kecepatan motor yang membuat kami terasa semakin intim. Aku berusaha untuk tidak terlalu dekat, tetapi semakin keras aku mencoba, semakin kuat aku merasakan hasrat itu.
Tanpa sadar, tubuhku bergerak lebih dekat padanya. Kepalaku hampir menyentuh punggungnya, dan nafasku semakin berat. Pak Yayan sepertinya tidak menyadari perubahan kecil dalam diriku, atau mungkin dia memang sengaja membiarkannya. Yang pasti, saat itu dunia di sekitarku terasa begitu jauh. Yang ada hanya aku, Pak Yayan, dan keintiman yang tak terelakkan di antara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majikanku Sempurna
RomantizmDisclaimer dulu cerita ini untuk dewasa ya, dan yang masih dibawah umur dosa ditanggung sendiri ya. Oiya Inspirasi cerita ini juga kudapatkan dari sebuah cerita one-shoot di internet yang benar-benar membuatku kagum dan membawaku benar-benar masuk k...