15

65 7 0
                                    

Hal berbeda terjadi di istana Aquare. Yuni nampak sibuk mempersiapkan diri, ia akan pergi ke kerajaan Devile demi mendapatkan teratai emas.

Ia menyelinap untuk melihat orang-orang telah terlelap, karena rencananya ia akan pergi malam ini. Jika siang ia yakin ayah nya dan kakaknya akan melihatnya.

Alhasil dia akan pergi lewat jalan belakang.

Ia berjalan ke arah belakang, melihat suasana sepi membuat kesempatannya pergi lebih mudah. Ia berjalan lewat sana matanya tetap harus waspada hingga suara seorang perempuan yang didengarnya begitu jelas di sebuah ruang yang jarang sekali dikunjungi.

Yuni mendekat menempelkan telinganya ke arah pintu. "Tolong, siapapun!!" Teriak perempuan itu dan begitu jelas.

Saat hendak membuka pintu sebuah tangan menghentikannya. "Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Benjamin dengan wajah datar.

Hal itu membuat Yuni terkejut. "Kakak?"

Yuni berdiri sambil melihat Benjamin yang masih memakai jubah berwarna hitam, Yuni menebak jika Kakak nya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kakak sedang menyembunyikan apa di dalam? Seorang wanita." Ucapnya membuat Benjamin terdiam sesaat.

Yuni menyeringai. "Kau tau, menculik seorang wanita itu sebuah kejahatan, jika Ayah tau kau bisa terkena masalah kak." Benjamin menatap datar adiknya. "Lalu, mau kabur kemana kau?" Yuni terdiam sesaat.

Kakak nya tidak boleh tau tentang niat awalnya, jika sampai tau maka ia yakin dia akan dikurung di dalam kamar. Yuni menatap ke arah pintu yang sedari tadi terdengar suara wanita meminta tolong.

"Baiklah, aku akan menyembunyikan tindak jahat mu saat ini, tapi aku harus pergi sekarang, dan kau dilarang mencegahku atau kau juga kena masalah!" Benjamin memegang tangan adiknya.

"Aku tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja adikku!" Yuni menyeringai. "Baiklah, aku akan laporkan pada Ayah jika kau menyembunyikan seorang gadis!" Benjamin mengepalkan tangan.

Benjamin menghela nafas. "Baiklah, kau bisa pergi, tapi aku tidak akan membiarkan mu pergi terlalu lama, karena aku akan mencari mu nanti setelah urusanku selesai." Yuni hanya mengangguk, dan setelah itu pergi menghilang dengan berenang melewati air karena jika jalur darat maka ayahnya bisa mengetahuinya.

Sedangkan Benjamin menatap adiknya dengan sorot khawatir. "Pergilah sebentar tunggu sampai kakak mendapatkan penawar untuk Ibunda." Gumamnya.

Sedangkan Benjamin kini mengalihkan pandangannya pada suara Aurora yang meminta tolong.

Benjamin akhirnya masuk ke dalam ruang itu. "Bisakah kau diam?!" Ujarnya dengan kesal.

Aurora menatap Benjamin kesal. "Bisa-bisanya kau benar-benar menculik ku b*jingan!!" Teriak Aurora.

Benjamin menatap Aurora dengan lelah. Ia tidak mengira seorang putri bisa sebarbar ini. Ia pikir dia akan terlihat anggun dan tidak banyak bicara.

"Aku hanya menculik mu sebentar sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Aurora menatap nyalang. "Teratai emas itu tidak akan di dapatkan oleh mu sampai kapan pun!" Aurora berkata dengan ketus.

Benjamin yang kesabarannya setipis tissue dibelah 3 mengapit dagu Aurora dengan menekannya keras. "Jangan menguji kesabaran ku sialan!" Aurora melotot akan perlakuan kasar Benjamin.

Lantas Aurora meludahi Benjamin dengan kesal. Benjamin sendiri mengelapnya dengan penuh rasa marah.

"Cuihh...pantas saja kau membutuhkan teratai emas. Itu memang pantas untuk laki-laki kejam seperti mu!" Teriak Aurora dengan menggebu. Sedangkan Benjamin sudah melayangkan tatapan tajam nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Generation Of Prince And Princesses Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang