Think About Plan

465 93 34
                                    

Pagi guysss, siapa yg sudah bangun??

Nih disapa sama Mamih Cintaa🥰🥰🥰🤩🤩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih disapa sama Mamih Cintaa🥰🥰🥰🤩🤩




Love sebetulnya jadi bad mood. Bahkan sesaat selesai membungkus sandwich yang dibuat, lalu menaruhnya dalam tapperware untuk entah, mau dikemanakan kalau Milk telah pergi. Ia masih kepikiran.

“Cie, kepikiran dia.” Namtan menuding sambil menyomot satu Sandwich di luar tempat, yang memang dibuat sekaligus untuknya.

“Kamu sangat menyebalkan.” Love mendengus sambil melepas apron masaknya. Untuk berlalu pergi mengambil ponsel, kemudian menelepon gerangan yang tidak mengabari.

Mengetik dan mencari nama ‘IndoMilk’ dalam deretan kontak tersedia. Kemudian menekan tombol panggil buat menghubunginya.

“Eh, ternyata kamu punya nomor teleponnya?” selama ini, Milk mengemis meminta nomor ponsel Love, tapi ternyata perempuan itu sudah punya, namun entah sejak kapan.

“Tentu saja aku punya. Mana ada Istri tidak punya nomor Suaminya sendiri.” Love cuman memutar bola mata. Sambil menunggu nomornya tersambung kesana.

“Cih. Menjijikkan sekali mendengarnya.” Bikin iri saja, Namtan juga mau menikahlah!

Namun saat telepon tersambung, dering menit tak jua menjawab. Seolah seseorang mengabaikan, atau memang ponselnya ketinggalan.

“Tidak dijawab, ya?” Masih dengan mulut tersumpal makanan, Namtan meraih ponsel dalam saku, lalu coba menelepon Milk. Belum juga lima detik, sambungan langsung diangkat. Yang membuat ia berseru bilang, “Woi! Dimana kau?”

Tapi Love malah kelihatan tidak senang, kenapa Milk menjawab telepon Namtan bukan dirinya yang lebih dulu menghubungi? Apakah dia betulan marah karena semalam?

“Oh, lagi ada urusan.” Namtan melirik pada ekspresi Love yang kini menunduk, menaruh ponselnya di atas meja makan. Lalu melipir balik ke arah dapur. Kelihatan sungkan dan enggan mendengar.

Paham akan situasi, Namtan kini berbisik bicara, “Jerapah, Istrimu kelihatan marah, kenapa kau tidak jawab teleponnya?”

“Aku tadi mau jawab teleponnya, tapi keburu mati.” Mana tahu juga siapa yang menelepon, apalagi nama di ponselnya tertulis ‘Sarang Cinta’, layaknya menggambarkan mantra dukun sakti mandraguna. Eh, ternyata nomor ponsel Istri sendiri. Yang mungkin sudah ada, sejak awal ia membeli ponsel ini.

Jadi begini alasan dia menolak kasih nomor kontak. Karena sudah ada.

“Pas mau aku telepon balik, kamu malah meneleponku, makanya aku langsung angkat.” Milk tidak asal beralasan, memang kenyataannya begitu. Ia menaruh ponsel dalam tas, tanpa nada dering, sehingga tidak tahu kalau ada telepon, sampai getarnya kerasa saat ia selesai bicara dengan seorang perempuan di depannya.

A Thin LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang