Met malem guysss🫠🫠
Aku masih nulis ya, ntar pelan2 aku update. Sabar aja sama aku udah😁😁😂
Tingginya papi emang sampe bisa nutupi matahari buat mami, ih gemesssshhh🫠🫠🫠🙃🙃🤩
“We should make this as a secret.”
Kalimat gadis itu menggaung. Menatap mata perempuan yang lebih tinggi, seragam sekolah menengah atas mereka terekam dalam memori.
Sore mau pulang, Love harus katakan hal ini pada Milk biar dia paham.
“Tapi aku tidak suka melihatmu digoda sama teman-temanku sendiri padahal kita pacaran.” Milk sudah mengeluhkan hal ini dari sejak Love setuju mau jadi pacarnya. Tapi dalam satu syarat; hubungan rahasia.
“Mereka cuman bocah, Milk. Aku harap kamu sadar kalau kemauanku bukan sesuatu yang bisa kamu remehkan.”
Love sebetulnya kasihan melihat Milk menahan cemburu berat kalau mereka nongkrong bersama, namun mesti bersikap seolah tidak kenal. Tapi semuanya mesti dijaga, hubungan keduanya bukan cuman soal anak sekolah.
Akan tetapi, Ayahnya.
“Aku tahu Bapakmu tidak suka padaku. Setidaknya kita bisa bilang ke yang lain selain Bapakmu, Love.” Milk memohon, matanya mengerut penuh harap.
Tapi pernyataannya justru membuat gadis cantiknya tidak senang. “Mengaku sama teman-teman kita saja bukan berarti Bapak tak bakal tahu. Kau tahu dia bisa melakukan segalanya. Bahkan untuk memisahkan kita, dia cuman perlu menepuk bahu dan menatap matamu sambil bicara.”
Larangan Love sudah jelas, padat, dan tak usah didebat.
Bahkan ketika Milk menuruti permintaannya. Ayah Love selalu punya celah buat mengetahui dengan siapa anaknya berteman dekat.
Di hari yang sial, Love dan Milk akhirnya ketahuan sendiri oleh pria paruh baya yang tak sengaja menyaksikan putrinya bergandengan tangan di sebuah pusat belanja.
Saat mengetahui kalau gandengan tangan itu bukan sekedar berstatus teman. Bukan sang Ayah yang murka, tapi Love yang marah-marah saat berada di rumah.
“Hentikan kaitkan kematian Ibu sama orang tuanya Milk.”
Awalnya sang Ayah cuman bilang dengan baik-baik, “putuslah dengan Milk.
Bapak tidak suka dengannya.
Ibumu meninggal karena Ayah Milk.
Bapak tidak suka kamu dekat-dekat apalagi berpacaran dengannya.”
Semua itu menjadi perdebatan. Dari dalam mobil hingga sampai rumah.
Love yang masih muda, masih jago melawan karena hawa remajanya.
“Ibu meninggal karena Bapak terlalu sering mencuci otaknya. Bapak sendiri yang menyiksa batin Mami, bahkan sampai napas terakhir!”
“LOVELY!” Teriakan gema sang ayah bukan cuman mendengung telinga, tembok yang jadi saksi betapa tadi hening. Kini bergetar karena konotasi suaranya.
Keributan ini tidak akan jadi yang pertama, tapi menjadi rutinitas setiap kali sang Ayah berbuat nekat; memisahkan Milk darinya.
Dengan cara sama Sang Ayah melakukan pada Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thin Line
FanficJodoh tidak ada yang tahu, hati-hati dengan semua perkataanmu.