Hari ini Anya genap berusia tiga tahun. Tak terasa putriku tumbuh begitu cepat menjadi bocah kecil menggemaskan.
Anya adalah karunia terindah yang ku dapatkan di tengah badai yang meliputi hidupku. Sejak mengandung hingga berhasil melahirkannya dengan selamat, aku tak pernah berhenti memanjatkan puji dan syukur ku pada kemurahan hati Tuhan.
Anya adalah pelipur lara ku, juga pemantik semangatku agar selalu kuat menjalani hidup yang ku kira akan berantakan saat memutuskan untuk mengakhiri rumah tanggaku dengan Danu.
Kehadirannya benar-benar membuatku kuat. Ia menghadirkan pelangi didalam hidupku setelah kepergian Rega.
"Sse--llam--mmat ull-llang tta--hhun Nnya-nnya."
Suryadi mengucapkan selamat ulang tahun pada putri kecilku yang kerap memanggip dirinya sendiri dengan panggilan Nyanya itu. Tak lupa Pakliknya menyodorkan sebuah kotak yang dibungkus rapi dengan kertas kado berwarna merah muda bergambar hello kitty kesukaan Anya.
"Terima kasih Paklik!!" Anya senang sekali saat menerima kado yang diberikan oleh Suryadi.
"Selamat ulang tahun Anya, ini kado dari nenek ya sayang." Kini giliran Bude Sri yang memberikan kado pada Anya sembari menciumi kedua pipi putriku dengan sayang.
"Makasih Nenek!!" Anya melonjak senang saat menerima kado dari Bude Sri.
"Nah kalau ini kado dari Eyang Putri untuk cucu kesayangan Eyang." Giliran Ibu memberikan hadiah pada Anya.
Putriku berlonjak kegirangan saat melihat kotak besar yang ada didepannya, hadiah dari mantan ibu mertuaku untuknya.
Hari ini kami semua berkumpul di kediamanku untuk merayakan ulang tahun Anya. Ibu, Bude dan Suryadi sengaja datang kemari sejak dua hari yang lalu khusus untuk Anya. Sementara kedua orang tuaku tak bisa bergabung bersama kami karena tengah berada di Amerika Serikat, begitupun dengan Gunawan dan keluarganya yang tengah sibuk di Jakarta. Namun walaupun tak bisa hadir, mereka mengirimkan banyak kado untuk Anya.
Mereka sebenarnya sering berkunjung ke Solo, terutama Ibu dan Bude yang kerap menginap menemani aku dan Anya disini.
Ibu dan Bude bahkan menemaniku selama beberapa bulan setelah proses persalinanku saat Mami tak bisa menemaniku lebih lama disini karena harus mendampingi Papiku dalam perjalanan bisnisnya keluar negeri.
Sejak memutuskan untuk kembali bersama, kedua orang tuaku memang jarang berada di dalam negeri. Mereka punya banyak alasan untuk bepergian entah kemana berdua saja.
Sebenarnya aku sangat senang saat mengetahui bahwa kedua orang tuaku memutuskan untuk rujuk, dan aku juga tak pernah mempersoalkan kesenangan orang tuaku untuk berpelesiran kemanapun mereka mau.
Untungnya ada Ibu dan Bude Sri yang siap siaga saat aku membutuhkan mereka untuk menemaniku disini.
Walaupun sebenarnya saat ini aku tak memiliki hubungan dan ikatan apapun dengan mereka setelah perceraianku, namun rasanya tak ada yang berubah dengan hubungan kami.
Aku selalu menganggap keluarga Danu tetap bagian dari keluargaku, tentu saja Danu dikecualikan. Pria brengsek itu sudah kuanggap tak ada, kami bahkan tak pernah berhubungan lagi sejak lama. Atau lebih tepatnya akulah yang memutus segala kontak dengan pria tersebut.
Beruntungnya aku masih bisa merasakan kasih sayang dari keluarga mantan suamiku, begitupun dengan Anya.
Sebenarnya hari ini aku tak ingin mengadakan acara di rumah, aku bahkan berencana mengajak Anya beserta Ibu, Bude Sri dan Suryadi berjalan-jalan dan makan di salah satu pusat perbelanjaan saja dan mentraktir Anya jajan mainan sepuasnya.
Namun Ibu menyarankan untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan di rumah dan mengirim makanan ke beberapa tetangga dekat.
Aku tak membantah, karena ide Ibu nyatanya tak buruk. Setidaknya Anya tetap senang, terlebih dengan banyaknya hadiah yang didapatnya.
Ku pandangi Anya yang menepuk-nepuk kedua tangannya dengan senang saat Suryadi menyalakan lilin dan mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan terbata-bata diikuti Anya yang bernyanyi dengan suara lantang.
Senyumku mengembang, bidadari kecilku senang. Akupun tak bisa memungkiri bahwa akupun sangat senang sekali hari ini.
Di dalam hati aku memanjatkan doa pada Tuhan, semoga aku selalu bisa membuat Anya bahagia. Saat ini hanya itu tujuan hidupku.
"Nduk," terdengar suara lembut Ibu memanggilku.
Senyumku masih mengembang saat menjawab panggilan ibu.
Wanita paruh baya yang selalu berpenampilan sederhana itu mengajakku untuk duduk di salah satu sofa, kami duduk bersisian, masih memandangi Anya yang kini memotong kue ulang tahunnya dengan sangat bersemangat dibantu oleh Bude Sri.
"Anya sudah semakin besar ya Nduk, semakin pintar cucu Ibu."
Aku mengiyakan ucapan Ibu masih sambil tersenyum, pandanganku masih terfokus pada Anya.
"Anya juga semakin mirip sekali sama Danu ya nduk?"
Senyumku surut saat mendengar nama Danu disebut oleh Ibu.
"Ibu ndak berniat ngasih tau Mas Danu kan Bu?" Tanyaku yang langsung menoleh kearah Ibu.
Ibu tentu menyadari sikapku yang berubah, wanita itu tersenyum teduh kearahku.
"Ibu masih memegang janji ibu ke kamu, Nduk. Danu belum pantas untuk diberitahu mengenai Anya, dia masih gendeng, belum sadar."
Aku menghela nafas lega saat mendengar jawaban Ibu. Sejujurnya aku masih teguh pada pendirianku untuk tidak melibatkan Danu dalam hidup Anya. Putriku hanya milikku, rasanya aku tak butuh Danu untuk membesarkan Anya, aku mampu untuk hal itu.
Walaupun aku tau tak selamanya aku bisa menyembunyikan sosok Danu dari putriku, namun untuk saat ini biarlah seperti ini.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak di Rumah Mertua 2
RomanceKarina mati-matian menghindari Danu, menjauhi pria itu agar tak tau mengenai keberadaan Anya, putri mereka. Namun usaha Karina untuk menjauhi Danu sepertinya gagal. Ia ingin menolak kehadiran pria itu, namun Anya malah jadi begitu menggilai sosok ay...