2

689 103 2
                                    

Semakin besar Anya, maka semakin banyak pertanyaan yang ia lontarkan padaku. Banyak dari pertanyaan-pertanyaan itu bosa ku jawab dengan mudah beserta dengan penjelasan yang ku rasa bisa dimerlngerti oleh bocah kecilku itu.

Namun ada beberapa pertanyaan yang nyatanya sulit untuk ku jawab. Yaitu pertanyaan mengenai sosok 'Papa' yang ditanyakan oleh Anya padaku.

"Mama, papa itu apa?" Tanya Anya pada suatu waktu.

Pertanyaan itu sempat membuatku terdiam sesaat. Namun akhirnya berhasil ku jawab dengan sangat baik. Namun pertanyaan selanjutnya membuatku berkeringat dingin.

"Kalau Nyanya punya Papa nggak Ma? Papa Nyanya kemana Ma?"

Aku hanya bisa menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal sama sekali saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh putriku kala itu.

"Nyanya punya Papa kok. Cuma tinggalnya jauh, soalnya Papa Nyanya kan kerjanya jauh." Jawabku dengan alasan yang sangat klise.

Jawaban ini adalah jawaban paling masuk akal. Danu memang tinggal jauh dari sini dan ia memang tengah bekerja di tempatnya berada.

Aku tak ingin berbohong lebih jauh. Aku juga tak ingin memberikan informasi yang salah pada Anya dan mengatakan hal-hal buruk tentang ayah biologis yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Aku tau sebenarnya Anya berhak tau mengenai ayahnya, namun aku belum siap. Anya juga masih terlalu kecil untuk memahami keadaan ini.

"Kenapa Papa nggak tinggal disini Ma? Kenapa Papa tinggalnya jauh Ma?" Pertanyaan lainnya dilemparkan lagi oleh Anya padaku.

"Papa kan kerja disana sayang, tempat kerja Papa kan jauuuuuhh banget disana. Jadi nggak mungkin Papa tinggal sama kita disini." Jantungku sedikit berdebar tak karuan saat menjawab pertanyaan ini.

Mendengar jawabanku Anya hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Namun nyatanya ia tak berhenti sampai disana.

"Papa Gun juga kerjanya jauh Mama, tapi dia bisa kesini main sama Nyanya. Papa Nyanya kok nggak bisa Mama?"

Putriku, kenapa ia bisa sangat lancar melemparkan pertanyaannya padaku. Aku bahkan tak menyangka diumurnya yang baru menginjak tiga tahun ini dia sudah menhadi anak yang sangat kritis.

Aku sadae putri kecilku cerdas, namun tak menyangka bahwa ia suatu saat akan membuatku pusing.

"Papa Gun kan kerjanya masih di bumi, kalau Papa Nyanya kerjanya diluar angkasa." Aku benar-benar tak tau harus menjawab apa, jadi ku putuskan untuk berbohong kali ini.

Tujuannya tentu untuk membuat Anya tak lagi bertanya tentang alasan kenapa sosok ayahnya tak pernah datamg berkunjung dan menemuinya disini. Tak mungkin pula aku mengatakan bahwa ayahnya sudah mati atau berada di neraka, itu adalah kebohongan yang berlebihan. Aku takut malah membuat Anya sedih jika ku katakan ia tak punya ayah.

Lebih baik aku menjelaskan apa itu pekerjaan astronot dan dimata letak planet mars daripada aku harus menjelaskan kenapa ayahnya bisa meninggal.

Aku tau bahwa berbohong adalah sesuatu yang salah dan tak baik, namun apa yang harus ku perbuat? Ini adalah satu-satunya cara agar Anya bida sedikit tenang dan tak lagi banyak bertanya tentang dimana ayahnya.

Sebenarnya aku tak suka menceritakan tentang sosok Danu pada Anya. Aku tak ingin. Namun tak berdanya kala Anya menuntut agar aku mau bercerita tentang sosok 'Papa' yang sangat ingin sekali didengarnya. Mau tak mau, suka tak suka aku mesti menceritakan pada Anya tentang sisi baik Danu yang dulu ku kenal.

Aku menyadari bahwa ini adalah resiko dari jalan hidup yang telah ku pilih.

Aku hanya bisa berulang kali mengatakan dan mengingatkan diriku untuk menikmati apa yang menjadi pilihanku. Termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit yang dilontarkan oleh Anya tentang sosok ayahnya.

****


Terjebak di Rumah Mertua 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang