9

256 82 2
                                    

Rencana Danu kini bukan lagi sekedar wacana. Setelah dua minggu berada di Jakarta, hari ini pria itu kembali datang menyambangi kediamanku dengan dua koper besar menyertainya. Dan tanpa basa-basi, ia langsung mengatakan bahwa dirinya telah resmi berhenti dari kampus tempatnya mengajar dan akan segera menjalani interview di kampus barunya yang berada di kota ini.

"Kar, sekarang kan aku pengangguran. Aku harus hemat sebelum resmi dapat kerjaan baru lagi. Kalau aku ngekos di tempat kamu, boleh nggak?" Ucapnya dengan sangat enteng.

Sontak keningku berkerut saat mendengar ucapannya. Apa yang baru saja dia ucapkan jelas membuatku bingung sekaligus tak habis pikir. Sudah gilakah Danu ini?

"Otak kamu lagi miring ya?" Sindirku langsung.

Danu bukannya tersinggung tapi malah tertawa kecil kearahku, sebuah senyuman aneh tersungging di bibirnya.

"Nyanya, kalau Papa tinggal disini sama Anya sama Mama gimana? Boleh nggak, Nak?" Danu bertanya pada Anya yang tengah berada dipangkuannya, gadis kecil itu tengah mengunyah cokelat yang tadi dibawa Danu sebagai oleh-oleh.

Dengan cepat Anya memutar kepalanya untuk menatap sang ayah, aku yakin bisa melihat senyuman lebar mengembang di bibir putriku itu.

"Beneran Papa?! Papa mau tinggal disini?? Yeeee... asik!! Anya bisa sama Papa terus!!" Anya berlonjak dan berseru riang di pangkuan Danu.

Sementara aku, tentunya hanya bisa menghela nafas panjang.

"Anya bisa sama Papa terus, tapi Papa nggak bisa tinggal disini." Tukasku langsung tanpa basa-basi.

Karena tak ingin berargumentasi dengan Anya ataupun Danu, aku memilih untuk segera meninggalkan ruang keluarga dan segera masuk kedalam kamarku. Meninggalkan mereka berdua adalah pilihan yang bijak.

Aku masih bisa mendengar Anya terus bertanya pada Danu perihal alasan kenapa sang Papa tak bisa tinggal disini, namun tak ku pedulikan. Karena aku sedang malas untuk mendengar apapun jawaban yang diberikan oleh Danu pada Anya.

Danu memang pria yang tak kenal menyerah mencari masalah denganku. Tiap kali pria itu datang kemari, ada saja masalah baru yang ditimbulkannya, dan ide-ide gila serta tak masuk akal yang keluar dari kepalanya itu.

Semua tentang Danu membuatku bingung dan tak habis pikir. Aku seperti tak lagi bisa memikirkan apa yang harus ku lakukan pada pria gila itu.

Menjauh dan menghilang bukan lagi solusi yang tepat. Dan tentunya tidak akan bisa ku lakukan.

Karena kepalaku terasa sedikit berdenyut, aku memutuskan untuk berbaring diatas ranjang dan menyalakan televisi, memutar film yang sepertinya akan menemani tidurku malam ini.

Tak lupa pula aku mengirimkan pesan pada Mbak Tin agar mengurus Anya saat Danu pulang nanti, aku rasanya tak lagi punya tenaga untuk keluar dari kamar dan menunggui Danu hingga pria itu pulang.

Aku malas jika harus terjebak obrolan berdua saja dengan Danu, dan mendengar ide gilanya tentang rujuk. Telingaku rasanya bisa kehilangan fungsi dengan benar jika harus terus mendengar permintaan pria itu untuk kembali bersama denganku.

****

Terjebak di Rumah Mertua 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang