Keinginan Danu untuk berhenti dan bekerja di sini nyatanya tak bisa langsung begitu saja terlaksana. Sepertinya pria itu sadar bahwa apa yang ia inginkan tak semuanya bisa terwujud dengan mudah.
Setelah mengetahui keberadaan putrinya dan selama lebih dari seminggu terus menerus berkunjung untuk menemui Anya, pada akhirnya Danu tetap harus kembali ke tempat dimana ia harusnya berada.
Aku senang saat mendengar bahwa pria itu akan kembali ke Jakarta. Itu artinya aku tak perlu melihatnya untuk beberapa saat, karena jujur saja aku masih sedikit sulit untuk menerima kehadirannya dihidupku lagi. Namun tentu saja aku lagi-lagi harus mengingatkan diriku sendiri bahwa semua ini untuk Anya. Kehadiran Danu penting untuk hidup Anya, aku tak bisa memisahkan mereka lagi. Tapi secara personal, aku nyatanya masih sulit menerima kehadiran pria itu.
"Mami dengar, Danu datang kemari ya?" Ibuku bertanya dengan sedikit berbisik, hanya aku yang mendengar pertanyaannya itu.
"Mami tau dari siapa?" Tanyaku sedikit bingung. Bagaimana Mami bisa tau, padahal aku belum bercerita padanya.
"Ck, Mami itu punya mata-mata disini. Apapun yang terjadi sama kami, Mami pasti tau."
Mata-mata Mami? Aku bisa menebaknya, jika bukan Mbak Tin, pasti Gina. Atau bisa jadi keduanya.
Sebelum melanjutkan ucapannya, Mami sedikit menoleh kearah ayahku yang tengah duduk didepan televisi sembari memamerkan beberapa mainan yang dibawanya pada sang cucu.
"Papi nggak tau, dan jangan sampai Papi kamu tau soal Danu yang datang kesini dan ketemu sama Anya." Ibuku kembali berbisik.
Aku hanya bisa menghela nafas pelan. Sudah ku duga bahwa akan ada masalah baru.
"Aku juga nggak akan bilang, Mi. Kepalaku udah sakit gara-gara Danu. Jangan sampai tambah sakit karena Papi yang ngamuk-ngamuk." Jawabku dengan suara yang sama pelannya seperti Mami.
"Ada kemungkinan kalian rujuk lagi?"
Pertanyaan dari Mami benar-benar membuatku tersentak. Antara terkejut dan juga ngeri.
Aku rujuk dengan Danu? Terdengar tidak mungkin, setelah apa yang terjadi pada kami.
Aku juga tak berpikir sampai kesaja karena saat bertemu dengannya yang ada di kepalaku malah memori-memori buruk tentang hubungan kami sebelum ini.
Lagipula aku tau Danu sudah memiliki kekasih. Aku pun rasanya masih berat jika harus berhubungan terlalu jauh dengan pria itu. Apa yang ada diantara kami saat ini hanyalah Anya. Satu-satunya yang membuat kami terhubung kembali adalah Anya.
"Nggak mungkin kayaknya, Mi." Jawabku langsung.
Mami yang mendengar jawabanku hanya tersenyum penuh arti, senyuman yang malah membuatku bergidik ngeri karena aku tau bahwa senyuman mami penuh dengan ledekan.
*
"Kar, Anya udah tidur."
Aku menoleh, melihat Danu yang baru saja keluar dari kamar Anya.
Akhir pekan ini Danu kembali berkunjung kemari. Sebenarnya ia datang hampir setiap pekan, rasanya aku sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya disini. Tapi tetap saja hubungan diantara kami tetap canggung, aku jelas masih menjaga jarak darinya.
"Oh, yaudah. Pulang sana." Kataku singkat.
"Di hotel sepi, Kar."
"Terus?" Aku menaikkan satu alisku menatapnya.
Setiap datang berkunjung kemari, Danu memang menginap di salah satu hotel yang lokasinya tidak jauh dari kediamanku.
"Boleh nginap nggak? Aku tidur di kamar Anya, di lantai juga boleh."
Aku memutar kedua bola mataku dengan malas.
"Balik ke hotel aja sana! Nggak enak nanti aku digunjingin tetangga kalau kamu nginap disini." Jelas aku menolak idenya yang sangat tidak masuk akal itu.
Hubungan pria itu dengan Anya bisa dikondisikan, tapi tidak denganku. Aku menerimanya disini hanya karena Anya. Dan ide mengenai Danu yang menginap jelas hanya akan membuat situasi semakin rumit.
"Kar, ayo rujuk."
Aku yang baru saja menyesap teh dari cangkirku kontan tersedak, bahkan air teh yang sempat ku minum tersembur ke luar dari kedua lubang hidungku.
Perih sekali rasanya tenggorokan dan hidungku. Sambil meringis aku melotot kearah Danu, si pria tak tau diri itu.
"Aku serius." Tambahnya lagi.
"Gila kamu! Nikah sana sama pacarmu, aku nggak mau rujuk!"
"Sudah putus, Kar." Ujarnya singkat.
"Cari pacar baru sana! Jangan ajak-ajak aku rujuk!" Tandasku padanya.
"Kar, kalau kamu aku bikin hamil lagi, kira-kira kamu mau nggak aku nikahin?"
Memang benar-benar gila jalan pikiran si Danu ini! Bisa-bisanya dia berfikir seperti itu! Memang minta dikutuk jadi ubur-ubur lelaki ini!
"Jangan gila kamu Danu!"
"Tapi aku serius Kar. Aku mau kita rujuk. Aku bakal usaha terus sampai kamu mau balik sama aku lagi."
"Jangan mimpi!" Tandas ku lagi padanya.
Danu mendekatiku, ia berjongkok didepanku, aku ingin berdiri dan pergi menjauh darinya, namun ditahan oleh pria itu.
"Aku bakal buktiin bahwa aku bisa berubah Kar. Demi kamu, demi Anya. Ayo rujuk."
Kulihat kesungguhan di dalam tatapannya. Namun aku masih tidak yakin sepenuhnya pada Danu. Apa dia benar-benar bisa beruhah? Entahlah. Apa pria ini masih Danu yang sama seperti sebelumnya? Aku jelas ragu.
"Aku bakal buktiin ke kamu Kar!" Ucapnya dengan sangat yakin.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak di Rumah Mertua 2
RomanceKarina mati-matian menghindari Danu, menjauhi pria itu agar tak tau mengenai keberadaan Anya, putri mereka. Namun usaha Karina untuk menjauhi Danu sepertinya gagal. Ia ingin menolak kehadiran pria itu, namun Anya malah jadi begitu menggilai sosok ay...