3

863 115 5
                                    

Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku selalu mengunjungi kediaman mantan ibu mertuaku saat mendekati hari lebaran atau di hari lebarannya.

Berhubung tahun ini aku tak merayakan hari lebaran bersama keluargaku karena mereka memilih menghabiskan libur lebaran berkeliling eropa dengan kapal pesiar, jadi aku memutuskan untuk datang ke kediaman Ibu lebih awal bersama Anya.

Sebenarnya Mami ingin aku ikut serta menghabiskan libur kali ini bersama mereka, namun aku tak suka menaiki kapal pesiar, tak pernah suka. Aku takut dengan lautan lepas yang luas, dan memikirkan bahwa aku akan menghabiskan sebulan penuh diatas kapal besar ditengah samudra selalu berhasil membuatku merinding ngeri.

Mami tentu mengerti keenggananku walaupun sedikit kecewa, begitupun dengan Papi yang memang tau bahwa aku punya phobia tersendiri terhadap lautan lepas.

Aku suka pantai, bermain di pinggir pantai adalah sesuatu yang menyenangkan. Namun berada di tengah laut dan melihat gelapnya air dibawah sana benar-benar membangkitkan rasa takutku, seakan-akan aku bisa saja jatuh dan ditelan oleh kelamnya lautan.

Jelas itu artinya aku lebih senang berada didaratan, dibanding berlayar dan terombang-ambing diatas kapal pesiar mewah.

Dan pilihan yang tepat adalah rumah Ibu. Menghabiskan sisa minggu terakhir di bulan Ramadhan dan berlebaran disana jelas adalah pilihan yang jauh lebih menyenangkan.

Anya juga senang mendengar kami akan pergi ke rumah Eyang Putrinya lebih awal, ia senang bermain dan memberi makan kambing-kambing yang dipelihara Yadi dibelakang rumah.

Tahun lalu aku memang menghadiahkan sepasang kambing dan dua pasang sapi untuk Suryadi, hitung-hitung agar ia punya kegiatan di rumah dengan ternak barunya itu.

Dan tentu saja sebelum mengunjungi rumah Ibu, aku sudah memastikan bahwa Danu tak akan berkunjung kesana.

Ibu bilang Danu pasti tak akan pulang seperti tahun-tahun sebelumnya. Ibu meyakinkanku bahwa aku tak perlu mengkhawatirkan Danu, ia tak akan datang kata ibu.

Sebenarnya aku juga yakin bahwa aku akan aman menghabiskan waktu berlebaran dirumah Ibu seperti beberapa waktu kebelakang ini, namun aku harus tetap memastikan agar semuanya aman terkendali.

Namun nyatanya dugaanku salah. Setelah tiga hari aku berada di kediaman Ibu, situasi berubah kacau saat tamu yang tak diharapkan muncul didepan pintu rumah Ibu.

Siapa lagi kalau bukan Danu. Untuk pertama kalinya setelah empat tahun terakhir ini, aku kembali bertemu dengan pria itu.

Venar-benar diluar dugaan, kehadiran Danu sungguh mengejutkan. Aku tak menyangka jika dia akan pulang disaat aku dan Anya ada di rumah orang tuanya.

Kehadiran Danu bukan hanya mengejutkanku. Ibu, Bude dan Suryadi sama terkejutnya seperti diriku. Mereka juga tak akan mengira bahwa anak almarhum pak Budiman itu akan pulang. Sementara Anya tentu tak mengerti apa-apa, dia asik bermain dan tentu tidak mengenal pria yang datang ke rumah Eyang Putrinya itu.

Aku tak bisa berkata-kata, namun yang langsung ku lakukan tentu saja memutuskan untuk segera kembali ke Solo bersama Anya. Aku tidak akan bertahan dirumah ini dengan Danu yang ikut tinggal disini. Aku masih belum siap untuk berinteraksi dengan Danu. Aku belum siap untuk melihat pria itu lebih lama lagi.

Apakah aku masih sakit hati padanya? Entahlah. Aku sudah berusaha untuk memaafkan segala sesuatunya, atau mungkin memang aku sudah memaafkan kesalahan-kesalahannya dimasa lalu. Namun saat menyadarj bahwa dia masih terlihat seperti Danu yang sama saat terakhir kali aku meninggalkannya, aku berfikir mungkin dia memang masih Danu yang dulu. Aku takut jika dia akan kembali bersikap kasar padaku saat menyadari bahwa aku sudah menyembunyikan anaknya. Apakah dia akan menyadari bahwa anak kecil yang bersamaku di rumah ibunya adalah putrinya?

Entahlah aku tidak tau.

Pria itu tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia diam membisu sejak kedatangannya. Bahkan terlihat tak tertarik dengan keberadaanku disana.

Atau mungkin saja dia tak menyadari apapun. Jika itu benar, maka aku sangat bersyukur.

Aku dengar dari ibu bahwa dia sudah memiliki kekasih, mungkin benar jika dia sudah move on dan melupakan semuanya. Danu tetap Danu kan? Urusan wanita dia memang tak ada duanya.

Walaupu. Dia terlihat tak tertarik dan mungkin saja sudah tak ingin mengurusi kehadiranku, aku tetap tak ingin berada di satu tempat yang sama dengannya. Aku tetap harus segera pergi membawa Anya.

Aku tidak ingin lebih lama lagi berada di dekat Danu. Aku tak ingin berurusan lagi dengan lelaki itu. Hubungan kami hanya di masa lalu.

Dan sejujurnya aku belum siap untuk hal ini. Aku belum siap untuk menjelaskan apapun pada pria itu. Aku sepertinya belum siap untuk berbagi Anya dengannya. Saat ini.

****

Terjebak di Rumah Mertua 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang