Matahari mulai terbenam di cakrawala, meninggalkan semburat jingga yang memudar di langit kota. Mysha menatap ke luar jendela apartemennya, menyaksikan pemandangan itu dengan perasaan yang campur aduk. Setelah kejadian di taman saat hujan lebat beberapa hari lalu, hubungannya dengan Atlas terasa lebih intens daripada sebelumnya. Namun, di balik ciuman yang penuh emosi dan janji yang mereka buat, Mysha sadar bahwa Atlas masih membawa beban besar termasuk kebiasaan buruknya yang selama ini sulit dilepaskan.
Atlas sudah lama terjebak dalam lingkaran hidup yang berbahaya—geng motor, merokok, mabuk-mabukan semua itu adalah bagian dari kehidupannya sebelum ia bertemu dengan Mysha. Dan meskipun ia berjanji akan mencoba berubah, Mysha tahu bahwa kebiasaan-kebiasaan itu masih terus mengintai, siap menyeret Atlas kembali ke dalam jurang gelap yang selama ini coba ia hindari.
Mysha mendengar suara deru motor di luar. Atlas pasti baru saja tiba. Ketika ia membuka pintu, Atlas berdiri di sana, mengenakan jaket kulit hitam yang sudah basah oleh keringat. Wajahnya tampak lelah, dan ada asap tipis mengepul dari rokok yang terselip di antara jari-jarinya.
"Ngerokok lagi?" tanya Mysha, nada suaranya tidak bisa menyembunyikan kekecewaan.
Atlas menghela napas pelan dan mematikan rokoknya di asbak terdekat. "Gue lagi stres, Mysha. Ada urusan geng yang bikin kepala gue pusing."
Mysha memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu kamu stres, Atlas, tapi kamu janji mau ngurangin rokok. Kamu udah janji sama aku kalau kamu akan coba lebih sehat, lebih baik. Kalau kamu terus-terusan kayak gini, aku takut kamu malah makin jauh dari janji kamu."
Atlas duduk di sofa, tubuhnya jatuh dengan berat. "Gue nyoba, Mysha. Tapi kadang, ada hal-hal yang nggak gampang buat dilepasin begitu aja. Ini udah jadi bagian dari hidup gue sejak lama."
Mysha berjalan mendekat, duduk di sampingnya. Ia memegang tangan Atlas, menatapnya dengan serius. "Aku nggak bilang semuanya akan gampang. Tapi aku di sini buat kamu, buat bantu kamu. Aku nggak pengen liat kamu ngancurin diri kamu sendiri."
Atlas menatap mata Mysha, ada kelelahan yang teramat dalam di sana, tetapi juga perasaan bersalah yang tak bisa disembunyikan. "Gue sayang sama lo, Mysha. Dan gue bener-bener mau berubah, tapi... ada momen di mana gue ngerasa nggak bisa lepas dari semua ini. Dunia gue masih penuh masalah, dan kadang rokok atau minum adalah satu-satunya cara buat gue bertahan."
Mendengar itu, hati Mysha terasa perih. Ia tahu Atlas sedang berjuang, tapi di sisi lain, ia tidak bisa hanya diam dan membiarkan Atlas terjebak dalam lingkaran kebiasaan buruknya. "Lo nggak sendiri, Atlas. Gue ada di sini buat lo. Tapi lo harus benar-benar berusaha untuk berubah. Nggak cuma buat gue, tapi buat diri lo sendiri."
Atlas mengangguk pelan. "Gue ngerti. Tapi lo juga harus sabar sama gue. Gue butuh waktu."
Mysha menghela napas panjang, lalu tersenyum kecil. "Gue nggak minta lo berubah dalam semalam. Gue cuma pengen liat lo berusaha. Kalau lo jatuh, gue ada di sini buat bantu lo bangun lagi. Tapi jangan nyerah, oke?"
Atlas menarik Mysha ke dalam pelukannya, memeluknya erat seolah-olah ia takut kehilangan. "Gue janji, Mysha. Gue bakal coba. Buat lo."
Beberapa hari kemudian, kebiasaan Atlas yang buruk kembali menghantui hubungan mereka. Malam itu, Atlas baru saja pulang dari sebuah pertemuan geng motor. Mysha bisa mencium bau alkohol yang melekat di pakaian Atlas, dan wajahnya yang sedikit kemerahan mengungkapkan bahwa ia baru saja minum.
"Atlas, lo mabuk lagi?" tanya Mysha, suaranya terdengar lebih putus asa kali ini.
Atlas merosot di kursi, terlihat kelelahan dan mungkin juga sedikit malu. "Cuma minum dikit, nggak banyak."
"Dikit atau banyak, itu nggak masalahnya, Atlas," kata Mysha, berusaha menahan amarah yang mulai merayap di dadanya. "Masalahnya adalah lo udah janji buat ngurangin, dan sekarang lo minum lagi."
Atlas memijat pelipisnya, terlihat kesal, bukan hanya pada Mysha, tapi juga pada dirinya sendiri. "Gue udah bilang, Mysha, hidup gue nggak gampang. Gue nyoba buat berubah, tapi kadang ada momen di mana semuanya terasa terlalu berat."
Mysha duduk di hadapannya, menatap wajah Atlas yang penuh dengan kontradiksi. Di satu sisi, ia mencintai Atlas dengan segenap hatinya. Tapi di sisi lain, melihat Atlas yang terus-menerus terjebak dalam kebiasaan buruknya membuatnya merasa tak berdaya.
"Atlas, gue ngerti lo punya masalah. Gue ngerti kalau hidup lo nggak mudah. Tapi lo nggak bisa terus-terusan ngebela diri kayak gini. Kalau lo nggak bisa lepas dari kebiasaan lo, lo nggak hanya nyakitin diri lo, tapi juga hubungan kita," kata Mysha, suaranya lebih lembut sekarang, penuh kepedulian.
Atlas menunduk, memandangi lantai. "Gue nggak mau nyakitin lo, Mysha. Tapi gue juga nggak mau bohong, gue masih kesulitan buat ninggalin semua ini."
Mysha menaruh tangannya di bahu Atlas. "Gue tahu. Gue nggak pengen nge-push lo terlalu keras. Tapi gue juga nggak mau liat lo terus-terusan nyakitin diri lo sendiri. Kita harus cari cara buat lewatin ini. Sama-sama."
Atlas mengangkat wajahnya, menatap Mysha dengan sorot mata penuh kesedihan. "Lo bener. Gue harus berhenti ngebela kebiasaan buruk gue. Tapi gue butuh waktu, Mysha. Gue butuh lo ada di sini buat bantuin gue."
Mysha tersenyum lembut, meskipun hatinya masih penuh kekhawatiran. "Gue di sini, Atlas. Selalu di sini buat lo. Tapi lo harus jujur sama gue, dan sama diri lo sendiri. Lo harus percaya kalau lo bisa berubah."
Atlas menarik Mysha ke dalam pelukan, memeluknya erat seolah-olah ia tak ingin melepas. "Gue janji, Mysha. Gue akan terus nyoba."
Di dalam pelukan Atlas, Mysha merasa sedikit tenang, meski ia tahu perjalanan mereka ke depan masih panjang dan penuh dengan tantangan. Tapi ia bersedia bertahan, selama Atlas juga bersedia berjuang untuk perubahan. Cinta mereka mungkin tidak sempurna, tapi bagi Mysha, itu cukup untuk membuatnya terus berusaha, berharap bahwa suatu hari, Atlas benar-benar akan lepas dari kebiasaan-kebiasaan buruknya dan menjadi pria yang lebih baik bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/377851229-288-k994083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KILATAN RASA
RomanceMysha Delilah adalah gadis cantik dari keluarga terpandang, dikenal karena kecantikannya yang anggun, kepintarannya, dan sifat tegasnya. Di balik hidup yang sempurna itu, ada kekosongan yang tidak pernah ia sadari hingga pertemuannya dengan Atlas Ka...