Pagi itu, Mysha bangun dengan perasaan gelisah yang tak bisa ia jelaskan. Hatinya terasa berat, seolah sudah tahu bahwa hari ini akan menjadi titik balik dalam hubungannya dengan Atlas. Setelah pesan singkat mereka malam sebelumnya, Mysha hanya bisa berdoa agar semua kekhawatirannya tak terbukti. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tahu ada sesuatu yang berbeda dalam cara Atlas memandangnya belakangan ini sebuah rahasia yang tersembunyi di balik tatapan dingin dan sikap misteriusnya.
Mysha melangkah keluar dari apartemennya dengan langkah ragu. Ia dan Atlas sepakat untuk bertemu di sebuah kafe kecil dekat kampus, tempat yang biasanya penuh kenangan manis. Namun hari ini, kafe itu tak lagi terasa nyaman di benaknya. Mysha duduk di meja sudut yang menghadap ke jendela, menatap lalu-lalang kendaraan di luar dengan perasaan berdebar.
Tak lama kemudian, pintu kafe terbuka. Atlas muncul dengan jaket kulit hitamnya yang biasa, wajahnya tampak sedikit lelah. Saat ia berjalan mendekat, tatapan mereka bertemu dan Mysha tahu, di balik mata cokelat tajam itu, ada sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Atlas duduk di depannya tanpa banyak bicara. Setelah beberapa detik sunyi, ia menghela napas panjang, lalu menatap Mysha dengan serius. "Lo pengen tahu soal Kayla, kan?"
Mysha mengangguk pelan, mencoba menjaga suaranya tetap stabil meski hatinya penuh keraguan. "Iya, Atlas. Siapa dia sebenarnya? Kenapa kamu nggak pernah cerita?"
Atlas mengusap wajahnya sejenak sebelum akhirnya mulai bicara. "Kayla... dia emang teman lama gue. Kita dulu deket banget, sebelum gue ketemu lo. Dia... sempat jadi seseorang yang penting di hidup gue."
Mysha merasakan darahnya berdesir. "Penting? Maksud kamu... dia mantan?"
Atlas menunduk, seolah menghindari tatapan Mysha. "Bisa dibilang gitu. Tapi itu udah lama banget, Mysha. Gue udah nggak ada perasaan lagi sama dia."
Kata-kata Atlas terdengar jujur, tapi rasa tak nyaman di hati Mysha tak kunjung hilang. "Terus, kenapa dia muncul lagi sekarang? Dan kenapa kamu nggak bilang apa-apa ke gue?"
Atlas terlihat terdiam beberapa saat sebelum menjawab. "Gue nggak pengen lo salah paham. Waktu gue ketemu dia lagi secara nggak sengaja, gue pikir itu cuma bakal jadi pertemuan singkat. Tapi ternyata, dia mulai sering muncul lagi di sekitar gue. Gue nggak mau nyakitin lo dengan cerita soal masa lalu yang sebenernya nggak penting."
Mysha menatap Atlas dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Tapi dengan kamu nggak cerita, itu justru bikin gue makin ngerasa jauh dari kamu, Atlas. Aku ngerasa kamu nyimpen sesuatu dari aku"
Atlas tampak terguncang oleh kata-kata Mysha. Ia meraih tangan Mysha di atas meja, genggaman yang dulu terasa hangat kini terasa sedikit dingin. "Gue nggak pernah berniat nyakitin lo. Gue sayang sama lo, Mysha. Kayla cuma bagian dari masa lalu gue, dan gue nggak pernah ngelihat dia sebagai ancaman buat hubungan kita."
Mysha menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. "Tapi kamu nggak bisa cuma bilang itu, Atlas. Aku butuh kepastian. Aku nggak bisa terus-terusan ngerasa insecure setiap kali ada cewek dari masa lalu kamu yang muncul."
Tatapan Atlas melembut. Ia menggenggam tangan Mysha lebih erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Gue janji, mulai sekarang gue bakal lebih terbuka sama lo. Lo berhak tahu semua tentang gue, termasuk masa lalu gue yang nggak selalu indah."
Namun, meski Atlas sudah berjanji, Mysha masih merasakan ada sesuatu yang belum sepenuhnya terungkap. Tatapan Atlas yang lembut dan kata-katanya yang meyakinkan seolah menenangkan Mysha untuk sementara, tapi jauh di dalam hatinya, ia masih merasa bahwa ada rahasia lain yang disembunyikan pria itu.
Setelah pertemuan mereka di kafe, Mysha mencoba untuk kembali percaya sepenuhnya pada Atlas. Mereka kembali menjalin hubungan yang hangat, namun ada kalanya Mysha merasakan tatapan Atlas yang berubah seperti ada beban yang disimpan di balik mata cokelat itu. Setiap kali ia bertanya, Atlas selalu menjawab dengan tawa dan pelukan hangat, namun Mysha tak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.
Suatu malam, ketika mereka sedang berkumpul bersama teman-teman Atlas di sebuah pesta kecil di rumah salah satu anggota geng motornya, Mysha kembali merasakan getaran aneh di dalam dirinya. Saat itu, Atlas sedang bercanda dengan teman-temannya, sementara Mysha berdiri di sisi lain ruangan, memperhatikan dari kejauhan. Tatapan Atlas sempat mengarah padanya, dan untuk sesaat, Mysha merasakan ada keraguan di sana sesuatu yang membuat hatinya bergetar lagi.
Tanpa ia sadari, Kayla muncul di pesta itu. Kehadirannya langsung menarik perhatian Mysha, membuat segala kecemasan yang sempat reda kembali muncul ke permukaan. Kayla terlihat akrab dengan beberapa teman Atlas, dan mereka bercanda seolah sudah lama mengenalnya. Mysha berdiri di sudut ruangan, merasa terasing di tengah keramaian.
Ketika Atlas melihat Kayla, ekspresinya berubah. Tatapannya seolah menyimpan sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan. Mysha memperhatikan bagaimana mata Atlas menatap Kayla dan saat itulah, Mysha merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Sebuah rahasia yang belum terungkap, tersembunyi di balik tatapan itu.
Setelah pesta berakhir, Mysha mencoba mencari waktu untuk bicara dengan Atlas. Namun, Atlas menghindar, mengatakan bahwa ia lelah dan ingin segera pulang. Mysha menghela napas, menyadari bahwa hari itu bukan waktu yang tepat. Tapi hatinya tahu, rahasia di balik tatapan Atlas harus segera terungkap, atau hubungan mereka akan semakin terpuruk dalam ketidakpastian.
![](https://img.wattpad.com/cover/377851229-288-k994083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KILATAN RASA
RomantizmMysha Delilah adalah gadis cantik dari keluarga terpandang, dikenal karena kecantikannya yang anggun, kepintarannya, dan sifat tegasnya. Di balik hidup yang sempurna itu, ada kekosongan yang tidak pernah ia sadari hingga pertemuannya dengan Atlas Ka...