3. I Never Love You

800 114 84
                                    

Hari ini Jiwon pulang ke rumahnya, setelah hari-hari yang panjang, penantian sebulan sekali akhirnya terwujud. Benar, Jiwon sedang menstruasi —— kesempatannya untuk pulang.

Hubungan yang gila dan masih berlangsung sampai setahun ke depan.

Dalam waktu luangnya yang sedikit, Jiwon memutuskan untuk pergi ke cafe. Setidaknya Jiwon pikir, dengan secangkir kopi, gadis itu bisa menikmati hidupnya yang pahit.

Park Seojoon-ssi
Jiwon-ssi? kau di kafe Violetta?

Jiwon tersenyum membaca pesan itu, segera mengedarkan pandangan dimana Seojoon melambaikan tangan ke arahnya. Jiwon pun membalas dengan gesture tangan silakan duduk di dekatku!

Jiwon berusaha tetap tenang saat Seojoon tersenyum, namun di dalam hatinya ada ketegangan yang muncul. Sudah lama dia terjebak dalam kehidupan yang dikendalikan oleh Soohyun.

Hubungan mereka yang dingin, penuh tuntutan, membuat Jiwon selalu merasa tertekan. Namun, berbeda dengan Seojoon. Percakapan santai dengannya kemarin terasa hangat, seperti ia bisa bernapas lebih bebas.

Jiwon duduk di sudut café, jantungnya sedikit berdebar. Di depannya, Seojoon duduk dengan santai, tersenyum hangat sambil menggenggam cangkir kopi.

“Senang bertemu lagi denganmu, Jiwon-ssi,” Seojoon berkata dengan suara lembut, menyisipkan sapaan informal yang lebih akrab.

Mereka sedang membicarakan hal-hal ringan, jauh dari tekanan pekerjaan. Rasanya aneh bagi Jiwon, bisa duduk bersama seseorang tanpa beban.

"Kupikir, kau pasti jarang punya waktu untuk hal-hal seperti ini," Seojoon berkata, menyipitkan mata sedikit, seolah meneliti ekspresi Jiwon.

Jiwon tersenyum lemah. "Kau benar. Ini... hal yang langka."

Seojoon tertawa kecil. "Ya, bosmu itu benar-benar keterlaluan. Dia memperlakukanmu seperti robot."

Jiwon tersipu, meskipun kebenaran kata-kata Seojoon membuat hatinya semakin berat. Tapi sebelum Jiwon bisa membalas, matanya tanpa sengaja menangkap sosok yang sangat dikenalnya memasuki café itu——Soohyun.

Tatapan Soohyun langsung jatuh pada mereka, dan Jiwon bisa merasakan perubahan atmosfer di ruangan itu. Wajahnya tetap datar seperti biasa, tapi Jiwon tahu, pria itu tidak senang melihatnya bersama Seojoon.

Soohyun berjalan mendekat, sikapnya penuh otoritas. Tatapannya berganti dari Jiwon ke Seojoon, lalu kembali lagi ke Jiwon. “Aku tidak tau kau punya waktu luang,” katanya, nadanya datar tapi penuh makna tersembunyi.

Jiwon menelan ludah, merasa tegang di bawah tatapan Soohyun. Seojoon, di sisi lain, tetap tenang. "Kami hanya mengobrol santai. Tidak ada yang serius," katanya ringan.

Soohyun mengerutkan alis. “Jiwon, aku butuh bantuanmu di kantor. Sekarang.”

Seojoon menatap Soohyun dengan tenang, lalu melihat Jiwon. “Jika kau mau, aku bisa antar kau nanti, Jiwon-ssi. Bosmu sepertinya tidak tahu kapan harus memberi orang lain istirahat.”

Jiwon menahan napas, tahu bahwa situasinya tidak akan menjadi lebih baik jika dia terus di sini. “Aku akan pergi sekarang,” katanya, mencoba meredam ketegangan.

Sebelum pergi, Jiwon menatap Seojoon dengan sedikit rasa bersalah. “Maaf, aku harus pergi.”

Seojoon hanya tersenyum lembut. “Tidak masalah. Lain kali, kita bisa bertemu lagi, bagaimana dengan dinner nanti malam?”

Jiwon mengangguk pelan, “Akan aku usahakan, terima kasih untuk undangannya?”

Namun saat Jiwon berdiri untuk pergi, Soohyun mendekatinya, menggenggam lengannya erat. “Kau bukan siapa-siapa baginya,” gumam Soohyun rendah, hanya cukup terdengar oleh Jiwon, sebelum menariknya keluar café.

✅Love Behind The Contract | Kim Soohyun Kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang