9. Vengeance

681 148 42
                                    

hlow... aku minta tolong bab 4-6 di vote sampe 100 votes untuk next part😆

bab 9 ini jg harus minimal 111 votes ya.

biar adil per bab minimal 100 votes. buat yg belum vote, silakan di vote duluuu... buat yg belum verifikasi email akun, verif dulu ya biar bisa vote... thank you~

sorry kalau masih keberatan buat syaratnya, next chapter seterusnya di-update di karyakarsa aja ya... nanti harganya 3000 per part

🍀

present~

Email yang masuk di laptop Seojoon menarik perhatiannya, bahkan sebelum dia membuka lampiran videonya. Nama pengirimnya sudah cukup membuatnya tersenyum sinis. Tanpa ragu, Seojoon memutar video itu--melihat bagaimana Soohyun memperlakukan Jiwon seperti trofi, bukan seperti pasangan sejati. Tatapannya tetap dingin sepanjang video, sementara pikirannya berputar, merencanakan langkah selanjutnya.

Video eksplisit berdurasi sekitar lima belas menit dengan suara desahan kuat di antara keduanya.

Saat video berakhir, Seojoon menutup laptopnya dengan senyum tipis di wajah. Ini bukan pertama kalinya Soohyun mencoba menjatuhkannya, tapi kali ini, ada kepuasan tersembunyi di balik reaksi tenangnya.

Soohyun benar-benar berpikir bahwa video ini akan menghentikannya? Justru, dia semakin bertekad untuk membuat Jiwon benar-benar menjadi miliknya. Ia mengenal Soohyun terlalu baik, tahu bahwa di balik sikap dominan itu ada seorang pria yang takut kehilangan kendali--takut kehilangan sesuatu yang mungkin akhirnya ia cintai.

***

Sejarah panjang di antara Seojoon dan Soohyun kembali berputar di kepala Seojoon. Kakek Soohyun adalah orang pertama yang membuka pintu bagi Seojoon, mengangkatnya menjadi pewaris kerajaan bisnis keluarga. Meskipun bukan darah daging, Seojoon dianggap sebagai cucu yang sejati, sementara Soohyun terus menanggung beban ekspektasi tanpa pernah mencapai standar sang kakek.

"Kenapa dia?" Soohyun pernah mempertanyakan keputusan kakeknya dalam pertemuan keluarga. "Dia bahkan bukan darah kita."

Namun, waktu berlalu, dan Seojoon terus menanjak, mengukuhkan posisinya sebagai raja bisnis. Soohyun semakin tersingkir, dengan segala kecemburuan yang terpendam. Pertemuan demi pertemuan bisnis mereka selalu diwarnai pertikaian halus--hingga kini, ketika Jiwon hadir di antara mereka, memperbesar jarak yang sudah ada.

***

Di ruang pertemuan yang diselimuti atmosfer mencekam, Seojoon dan Soohyun bertemu empat mata. Kali ini tidak ada kolega atau asisten di sekitar mereka. Keduanya duduk, tatapan tajam saling melemparkan amarah yang tak tertahan lagi.

"Kau menikmati videonya, bukan? Pikirkan baik-baik sebelum kau mendekati Jiwon lagi." ujar Soohyun menajam, menunjuk Seojoon dengan telunjuknya.

Seojoon tertawa kecil, "Lucu sekali kau pikir video itu akan mengubah pikiranku. Kau lebih menyedihkan daripada yang kukira, Soohyun."

Soohyun menggertakkan giginya, "Kau tidak akan pernah mendapatkannya. Kau tahu apa yang terjadi pada orang yang mencoba merebut milikku?"

Seojoon terkekeh sinis, "Milikmu? Jangan membuatku tertawa. Jiwon bukan boneka yang bisa kau simpan di rak dan pamerkan saat kau bosan. Dia pantas mendapatkan kehidupan yang lebih dari sekadar dipermainkan oleh pria sepertimu."

Soohyun berdiri, kemarahannya memuncak. Tanpa peringatan, tinjunya melayang ke arah wajah Seojoon, dan pertarungan sengit pun tak terhindarkan.

Ruangan itu bergema oleh suara pukulan dan erangan, keduanya saling melontarkan serangan tanpa henti, memendam semua dendam bertahun-tahun yang akhirnya meledak. Seojoon mengayunkan tinjunya ke sisi wajah Soohyun, membuat sudut bibirnya berdarah. Tapi Soohyun balas memukul balik, membuat keduanya tersungkur, lemas tapi tak mau mengalah.

✅Love Behind The Contract | Kim Soohyun Kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang