16. Kendali

436 71 19
                                    

jangan lupa vote, thank you

🍀

Malam itu, langit kota Seoul dipenuhi bintang-bintang yang jarang terlihat.

Udara dingin menyelimuti gedung-gedung tinggi, tetapi di dalam kantor, Jiwon masih tenggelam dalam pekerjaannya.

Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, dan hanya ada beberapa lampu yang masih menyala di lantai kantornya.

Jiwon menghela napas panjang, mengusap pelan pelipisnya yang mulai berdenyut. Lembur malam seperti ini biasanya memberinya ketenangan-kesempatan untuk melupakan semua masalah di luar kantor.

Tapi malam ini, meskipun ruangan sepi, pikirannya terasa penuh.

Bayangan Seojoon dengan rencana masa depan mereka masih menghantuinya, tapi yang lebih menyiksa adalah tatapan sinis Soohyun di kantor beberapa hari lalu.

Dengan lelah, Jiwon mematikan laptopnya dan merapikan mejanya. Dia meraih tasnya dan menuju lift, berharap bisa segera sampai di apartemen dan beristirahat. Namun, ketika pintu lift terbuka, tubuhnya langsung tegang.

Di dalam lift, berdiri Han Soohyun, tampak santai dengan satu tangan di saku celana, sementara tangan lainnya memegang ponselnya. Tatapan dingin pria itu langsung bertemu dengan mata Jiwon, membuatnya seolah-olah dunia berhenti berputar.

Jiwon menahan napas, lalu dengan nada tajam, "Apa yang kau lakukan di sini, Soohyun?"

Soohyun hanya mengangkat bahu, bibirnya melengkung menjadi senyum kecil yang membuat Jiwon semakin gelisah. Dengan satu gerakan santai, dia menekan tombol "tutup" di lift, dan pintu perlahan menutup, meninggalkan mereka berdua di ruang sempit itu.

Soohyun dengan nada suara yang santai, tapi menusuk, "Aku hanya kebetulan berada di sini. Lalu aku pikir, kenapa tidak memastikan bahwa kau pulang dengan aman?"

Jiwon memutar bola matanya, mencoba mengabaikan kehadirannya. Tapi dia tahu, ini bukan kebetulan. Soohyun selalu memiliki rencana, dan berada di lift bersamanya malam ini pasti bagian dari itu.

Jiwon menggertakkan giginya, "Apa yang kau inginkan sekarang, Soohyun? Belum cukup kau mengusik hidupku?"

Soohyun tidak menjawab langsung. Dia melangkah mendekat, membuat jarak di antara mereka semakin kecil.

Jiwon mundur sedikit, punggungnya nyaris menyentuh dinding lift. Napasnya semakin cepat, bukan karena takut, tapi karena intensitas kehadiran Soohyun yang selalu membuatnya kehilangan kendali.

Soohyun tersenyum kecil, menatapnya tajam, "Aku hanya ingin memastikan kau tahu bahwa aku belum menyerah. Kau tahu aku tidak pernah menyerah begitu saja."

Jiwon mencoba menjaga ekspresinya tetap dingin, meskipun hatinya berdebar. Dia tahu permainan seperti ini adalah salah satu senjata utama Soohyun-membuatnya merasa terpojok, membuatnya meragukan dirinya sendiri.

Jiwon dengan nada tajam dan sorot mata penuh amarah itu, "Kau tidak punya alasan lagi, Soohyun. Kontrak kita sudah berakhir. Kau seharusnya tidak punya kendali atas hidupku."

Soohyun berbisik, nadanya rendah namun penuh keyakinan atas dirinya, "Berhentilah berbohong pada dirimu sendiri, Jiwon. Kau tahu perasaan itu masih ada. Kau tahu aku masih membuatmu berdebar."

Jiwon menatapnya dengan campuran amarah dan kebingungan. Bagian dari dirinya ingin menyangkal, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong.

Kedekatan Soohyun, nada suaranya, tatapannya-semua itu masih memiliki kekuatan yang sama seperti dulu. Ketika lift akhirnya mencapai lantai tujuannya, Jiwon bergerak cepat untuk keluar, mencoba melarikan diri dari situasi yang semakin sulit dia kendalikan.

Namun, sebelum dia bisa benar-benar keluar, Soohyun meraih lengannya dengan lembut. Jiwon berbalik, matanya menatap Soohyun dengan tajam.

Soohyun dengan nada rendah, penuh kepastian, "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, Jiwon. Aku akan selalu ada di sini, menunggu saat kau akhirnya mengakuinya."

Jiwon menarik tangannya dengan cepat, mengambil langkah besar keluar dari lift. Tanpa menoleh lagi, dia berjalan menuju pintu keluar gedung dengan langkah cepat. Tapi di dalam hatinya, dia merasa hatinya semakin berat.

***

Jiwon berdiri di pinggir jalan, menunggu taksi, sementara angin malam meniup rambutnya. Dia menatap lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, matanya dipenuhi perasaan yang bercampur aduk.

Di satu sisi, dia ingin meyakinkan dirinya bahwa perasaan untuk Soohyun sudah berakhir.

Tapi setiap kali pria itu mendekatinya, setiap kali tatapannya yang intens menembus hatinya, Jiwon merasa bahwa kebebasan yang ia cari masih terlalu jauh untuk diraih.

Sementara itu, di kantor Soohyun, pria itu duduk di kursinya sambil menatap liontin yang sebelumnya dia kirimkan pada Jiwon.

Matanya penuh tekad, senyum tipis menghiasi wajahnya. Bagi Soohyun, permainan ini baru saja dimulai.

Di tempat lain, Seojoon menatap ponselnya, membaca pesan singkat dari Jiwon. Meskipun isinya sederhana-"Aku sampai di rumah dengan selamat"-hati Seojoon dipenuhi tekad yang sama. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan Soohyun menghancurkan hubungan mereka.

Ketegangan semakin memuncak. Tarik ulur antara masa lalu, masa kini, dan masa depan Jiwon semakin mengikat ketiga karakter ini dalam permainan yang belum jelas siapa pemenangnya.

🍀

19112024

buat yg mau beli e-booknya bisa hubungi nomer aku ya, ada link-nya di komentar.

harganya IDR 35.000 dengan 36 chapter. karena tadinya aku kira bakal ending di chapter 20/25, ternyata 36:')

buat yg udah order di karyakarsa sampai tanggal 18 November 2024 bisa kasih tau email-nya, nanti aku kasih potongan harga.

✅Love Behind The Contract | Kim Soohyun Kim JiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang