☞Extra☜

92 14 4
                                    

Di balik tembok rumah besar hanya terdengar suara pipa dan terkadang juga derit kayu pintu.

Beberapa dahan pohon dengan menggores kaca jendela saat digerakkan oleh angin.

Detak jam bergema dimana-mana dalam kegelapan, Anda bisa melihat boneka porselen duduk di kursi sambil melihat ke arah pintu.

Dua puluh tahun telah berlalu dan debu kini menutupi seluruh tubuhnya bersama beberapa sarang laba-laba. Rumah besar yang telah ditempati Suo kini suram dalam kegelapan, hanya melihat pada suatu titik tertentu tanpa bisa bergerak.

Siang malam Suo menunggu seseorang untuk membebaskannya, Hingga akhirnya sepasang pecandu narkoba menemukan rumah besar itu.

"Sial!" teriak pemuda asing ketika dia membuka pintu dan menemukan boneka tertentu sedang menatapnya.

"Ya Tuhan!" Sang Gadis mendekatinya sambil menatapnya dengan cermat dan juga mulai membersihkan wajah boneka yang penuh debu itu dengan jarinya. "Boneka Ini sangat indah."

"Boneka jelek ini menganggu pandanganku" jawab pemuda sedikit tidak nyaman karena kehadiran itu. "Sayang lihat dia punya selembar kertas di tangannya."

Tanpa berpikir panjang pemuda mengambilnya dari Suo lalu membukanya, sehingga dia menemukan sesuatu yang terasa aneh.


"Apa isinya?"

"Peraturan, Sebutkan namanya dengan lantang 3 kali." Pemuda membaca sebari mengerutkan kening bingung lalu menatap gadisnya.

"siapa namanya?" Tanya kini gadis itu.

"Suo hayato"

"Suo hayato"

"Suo hayato"

Setelah pemuda mengucapkan namanya dengan lantang kini Mereka menunggu sesuatu terjadi namun tetapi tidak terjadi apa-apa jadi mengabaikan boneka itu, mereka berdua berjalan mengitari ruangan hingga duduk di sofa dan akhirnya mengeluarkan obat dan mulai menelannya bersamaan dengan mereka berciuman.

Malam itu sangat menyenangkan sehingga pasangan itu memutuskan untuk tinggal lebih lama, berjalan kemana-mana seolah-olah itu adalah rumah mereka sendiri Dan mereka tetap seperti itu selama hampir seminggu.

"Aku rasa sudah waktunya untuk pergi," ujar pemuda merasa semakin tidak nyaman dengan kehadiran boneka karena dia berani bersumpah kalau dia sudah berubah pikiran. "Aku tidak menyukai tempat ini lagi."

"Oh ayolah Ini tempat terbaik yang pernah kita kunjungi."

"Tapi aku tidak suka itu" katanya sambil menunjuk ke arah Suo.

"Apa kau serius? Itu tidak masalah, aku bisa membuangnya jika kau mau."

Mencium bibir pasangannya gadis mengambil Boneka dalam pelukannya dan merasa cukup aneh bahwa boneka itu sangat berat dan juga terasa lembut, seolah-olah dia adalah manusia meskipun dapat melihat bahwa matanya terbuat dari kaca dan kulit di wajahnya terasa lembut meski dalam bentuk porselen.

Gadis berjalan bersamanya melewati kegelapan malam tetapi sepanjang jalan dia mulai merasa sakit dan merasa seolah-olah salah satu kakinya tiba-tiba tidak bisa bergerak.

"Sial" gumamnya sambil menurunkan boneka itu dari pelukannya untuk beristirahat.

Gadis itu menunggu dengan sabar di ruang tamu sebari mendengarkan musik dengan volume tinggi sambil menari dan memindahkan beberapa barang.

Namun setelah empat puluh menit pacarnya masih belum kembali dan itu membuatnya khawatir, jadi dia bersiap untuk keluar mencarinya, dia mengambil seprai dan membuka pintu sehingga di kejauhan dia melihat siluet.

"Sayang? Apa yang telah terjadi?"

Gadis itu tidak mendapat respon dari pacarnya namun kini wajahnya menjadi ketakutan saat melihat yang mendekat bukanlah pacarnya melainkan boneka yang telah menerima sebelumnya.

Sayang? Apa yang telah terjadi?

Tubuhnya membatu dan sebelum dia pingsan dia mendengarnya bergumam.

"Hidup, untuk hidup..."

 ✔❝DollHouse❞ || UmeSaku × SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang