☞09☜

188 29 2
                                    

Suo meninggalkan ruangan satu jam kemudian, Ketika sarafnya sudah tenang dan ia yakin bahwa itu benar-benar hanya mimpi buruk Yang sangat nyata.

Suo berjalan melewati lorong luas yang penuh dengan bingkai yang seolah mengikutinya dengan mata mereka setiap langkah yang Suo ambil, bergema di antara dinding gelap yang mengeluarkan suara pipa kuno.

Suo menuruni tangga sampai dirinys mencapai perpustakaan mansion yang sangat besar dan hampir sepi.

"Dan kemudian rumahnya terbakar." Suo mendengar suara Umemiya dari kejauhan. "Orang-orang berlarian karna ketakutan di depan kobaran api dahsyat yang membuat penyelamatan menjadi tidak mungkin, namun seorang pemuda yang tidak bersalah mendapatkan keberanian untuk berlari ke dalam gedung yang sudah hangus untuk menyelamatkan anak-anak yang ada di dalam." Dia berhenti ketika mendapati boneka mengarah ke Suo yang berhenti di depan pintu tanpa mengeluarkan suara. "Ada apa Gypsy?" Umemiya bertanya namun tapi tidak ada jawaban yang terdengar. "Oh...Suo"

Suo terkejut mendengar namanya, Ia tidak mengerti bagaimana Umemiya menyadari kehadirannya.

Suo membuka pintu membuatnya berderit dan melihat keluar.

perpustakaan tempat Umemiya duduk di samping empat boneka yang sepertinya mengamatinya dengan mata kaca.

"M-aaf mengganggu tapi aku ingin pergi ke taman sebentar untuk mencari udara segar."

Umemiya mengangkat sudut bibirnya dengan senyuman yang nyaris tak terlihat dan mengangguk.

"Kamu bisa melakukannya." Suo menghela nafas lega tapi sebelum pergi, Umemiya mengentikan langkahnya dan berbicara lagi. "Ajak Sakura bersamamu."

Tubuh Suo membeku saat itu juga, Boneka,Sakura. itulah yang paling dirinya takuti. Mungkin hanya karena tingginya hampir sama dengan tubuhnya atau mungkin netra milik sakura itulah yang seolah menembus kedalaman jiwanya.

Suo menelan air liur yang menumpuk di tenggorokannya dan tanpa melihat ke arah Umemiya, Suo mulai berjalan menuju tangga menuju lorong tempat kamar boneka berada.

Suo ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa segala sesuatu hanyalah lelucon bahwa semua hal di atas tidak pernah benar-benar terjadi, tetapi ketika Suo sampai di pintu semua bulu kulitnya berdiri hingga bergetar menjalar di punggungnya.

Dengan tangan gemetar Suo meraih kenop dan memutarnya perlahan, membiarkan cahaya masuk saat Suo membukanya perlahan hanya untuk menemukan ruangan yang suram.

Matanya langsung tertuju ke tempat tidur, tempat Sakura duduk diam.

Suo menelan ludahnya lagi, dengan gerakan hampir seperti robot berjalan menuju boneka yang sepertinya sudah menunggunya sebelum dirinya tiba.

“A-aku…aku ingin mengajakmu ke taman” Kata Suo dengan suara rendah dan terputus-putus saat dirinya mendekat untuk mengambilnya.

Salah satu lengannya menopang punggungnya dan yang lainnya memegangi kakinya untuk menggendongnya dengan lembut.

Dan ketika keluar dari kamar dengan boneka itu di pelukannya, Suo berusaha untuk tidak melihatnya karena ia merasa ada mata kaca yang mengawasinya.

Angin bertiup menerpa wajahnya saat Keduanya mencapai taman dan dengan hati-hati mendudukkan boneka itu di atas rumput sejuk yang mengelilingi mansion.

“Rasanya menyenangkan.” Suo tersenyum, duduk di sampingnya seolah dia lupa bahwa ada boneka di sana.

Suo memalingkan wajahnya, jantungnya berdegup kencang mengira akan melompat keluar dari dadanya, Sakura sedang menatapnya ketika dia yakin dia tidak melakukannya sebelumnya.

Mata itu hampir menghipnotis, tenggelam dalam keindahan yang dimiliki boneka surai Dwiwarna itu.

Tanpa sadar ia mendekatkan tangannya ke pipi Sakur lalu membelainya, merasakan dinginnya porselen dan kerasnya kulit rapuh itu.

“Kamu sangat cantik.” Suo tersenyum lagi tanpa menyadari bahwa bibir Sakura bergerak, mengucapkan kata-kata yang tidak terdengar. Suo tenggelam dalam wajah cantik milik sakura seolah ada koneksi yang menghalanginya untuk memalingkan muka, seolah semua ketakutanya tiba-tiba hilang.

Dan saat mereka sibuk dengan dunianya di taman, Umemiya memandang mereka dari jendela dengan ekspresi cemberut. Dia tidak ingat menyuruh Suo untuk menyentuh pipi bonekanya.

Dia ingin turun untuk membunuhnya saat itu juga, tapi dia menarik nafas dalam-dalam menenangkan amarahnya agar tidak melakukan hal bodoh, sebab Mereka membutuhkan Suo.

"Hidup, untuk hidup," bisiknya sambil menjauh dari jendela.

 ✔❝DollHouse❞ || UmeSaku × SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang