☞06☜

307 40 6
                                    

UMEMIYA;

Dinding tua rumah itu kembali berderit dan rintik hujan menambah kesan dingin namun aku sudah terbiasa.

Lorong-lorong panjang begitu sepi, langkah kaki bergema dan suaranya bercampur dengan nafas beratnya.

Engselnya berderit di lantai kayu karena beban tubuhku.

Aku sendirian dan terkurung di rumah besar yang penuh rahasia ini, yang Tertutup debu, sarang laba-laba dimana-mana dan kenangan bersama dia selalu mengitaiku, aku Selalu menyesali kemalangan yang kutimbulkan atas perbuatanku.

Dia tidak bersalah.

Mata Dwiwarna selalu kembali ke pikiranku yang menjadi kristal, bibir merahnya menjadi keras dan kulitnya yang rapuh menjadi porselen halus, rapuh dan mati. Nafas terakhirnya terbawa angin, detak jantungnya terperangkap di penjara kristal dan keceriaan  di matanya padam seperti api yang padam hanya menyisakan kegelapan.

Aku melihat ke dua arah dan melihat anak-anak berlarian, lalu melihat ke luar untuk mengamati penderitaanku, penderitaan yang sama yang aku sebabkan.

Guntur menemaniku malam demi malam hingga aku sudah kehilangan akal sejak lama, dalam keheningan, dalam kesepian, dalam kegelapan... dalam kenangan.

Tetapi aku tidak perlu khawatir lagi... Segalanya akan lebih baik sekarang sebab Dia kembali padaku, dia memanggilku dengan berbisik pelan dan sudah bertahun-tahun aku tidak mendengar SUARAnya.

Semuanya akan baik-baik saja, dia kembali padaku dan tak lama kemudian bibirnya akan menyatu dengan bibirku, seperti dulu.

Hidupku akan utuh kembali, karena dia akan menarikku keluar dari kegilaan mengerikan yang pernah kualami, atau dia mungkin akan menenggelamkanku lebih dalam untuk pergi bersamaku kejurang cahaya.

Kami akan bersama selamanya dengan jantung kami berdetak pada saat yang sama seolah-olah itu adalah sebuah melodi... Melodi kami.

Malam tak lagi sepi dan kita akan bersama-sama menyaksikan selimut bintang di langit gelap serta sinar mentari di waktu fajar.

Jiwa-jiwa yang terjebak akan pergi, jiwa-jiwa akan terbebas akan kembali...

Semuanya akan berada pada tempatnya, berfungsi, bonekaku kembali dan bahkan jika aku berhasil merasakan kebencian di dalam dirinya, aku tidak akan berhenti menyesal.

Dia kembali untuk menunjukkan bahwa tidak peduli berapa banyak kutukan yang dilontarkan kepada kami, sebab kita akan membalas mengolok-olok siapa pun yang melakukan ini pada kami.

Dan meskipun seseorang yang tidak bersalah akan membayar kesalahanku, aku tidak menyesalinya.

Satu kehidupan untuk satu kehidupan.

Sakura-ku yang berharga... Dia akhirnya kembali.

Dan saat aku masuk ke ruangan yang suram itu, aku berhasil melihat matanya bersinar lagi, tapi kilauannya berbeda penuh amarah.

Bahkan ketika aku mendengar kursi jatuh ke lantai dan makian keluar dari bibir tamuku.

Aku hanya tersenyum karena Sakura sudah bangun dan sudah menunjukkannya, saat dia berbicara kepadaku, aku bisa merasakan kulit hangatnya di bawah sentuhanku.

Bahkan ketika aku kembali dan melihat Suo berlari menuju tangga dalam keadaan benar-benar ketakutan.

Aku berjalan membawa piring itu dan meletakkannya di depan kekasihku sementara tanganku bertumpu pada bahunya, lembam dan kaku.

Tetapi aku semakin tersenyum ketika matanya perlahan menoleh ke arahku dan menatapku... Dia hidup.

Meskipun Dia sudah menjadi Boneka.

Bahkan ketika aku melihat Suo berlari sambil membawa kopernya.

"Aku berangkat! Pertahankan rumah dan pekerjaanmu!"

Aku hanya melihatnya bergegas keluar dari pintu depan dengan hujan yang turun di luar pasti membasahi tubuhnya, meninggalkan kami dalam keheningan lagi.

Namun

Dia tidak bisa pergi karena perubahan dirumah ini sudah dimulai, sekarang Suo sama terkutuknya dengan kita dan sebentar lagi kutukan itu akan menjadi miliknya sendiri.




Kalian paham gak tutur kalimat chap ini??

 ✔❝DollHouse❞ || UmeSaku × SuoSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang