Chapter 22: Malam Panas (18+)

184 17 2
                                    

Cakra merasa kalau tidurnya tidak akan berlangsung nyenyak malam ini, pasalnya tubuhnya saling bersentuhan dengan tubuh Bisma yang tidak mengenakan baju, dan itu membuatnya sangat tidak nyaman. Bukan, bukan karena ia tak suka, melainkan alasan lain; keris pusakanya tegang setiap kali Bisma menggesekkan kulit mereka satu sama lain.

Rasanya hangat dan aneh. Cakra sampai bisa mencium aroma tubuh Bisma yang maskulin dengan wangi sabun kopi.

Walaupun kondisi kamar yang gelap gulita, tapi Cakra dapat melihat setiap lekuk tubuh sepupu laki-lakinya itu yang terpampang jelas di matanya. Tubuh Bisma benar-benar atletis, dadanya montok dan perutnya berbentuk seperti roti sobek, membuat Cakra harus mati-matian menahan tangannya agar tidak mencuri sentuhan terhadap semua itu.

Yah, faktanya adalah Cakra adalah seorang homoseksual. Ia menyadari hal ini semenjak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama saat ia tidak sengaja melihat kakak kelasnya tengah melakukan onani di toilet. Cakra bingung terhadap perasaannya pada sesama jenisnya. Kenyataannya, dia terlalu gengsi dan takut untuk mengakui orientasi seksualnya itu. Takut dihujat orang lain dan di ulti oleh bundanya.

Padahal hawa di kamar cukup dingin karena pendingin ruangan, tapi Cakra malah kepanasan sebab tak sanggung menahan rangsangan yang merongrong isi otaknya. Tidak, tidak, bagaimanapun ia harus mampu menahan diri untuk tidak... Oke, Cakra menyerah.

Perlahan, Cakra mengangkat tangannya, berniat untuk meletakkannya di atas perut Bisma. Satu langkah berhasil. Cakra diam sesaat, merasakan deru nafas Bisma yang pelan dan teratur, kemudian mulai meraba perut cowok tersebut.

Sial, Cakra semakin tegang saat merasakan otot-otot perut Bisma yang terekspos liar oleh tangannya. Belum puas sampai di sana, Cakra menaikkan posisi tangannya lebih ke atas. Dibelainya dada Bisma sembari Cakra sesekali memencet ujung putingnya. Bisma menggeliat karena sentuhan sensitif tersebut, namun belum cukup untuk bisa membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Cakra pun dapat bernafas dengan lega.

Ia lanjut memainkan puting susu Bisma yang mengeras itu. Tapi Cakra ingin lebih, ia harus bisa mencicipi dua benda berwarna cokelat muda itu. Hingga akhirnya, Cakra semakin memberanikan diri dengan mencondongkan sedikit kepalanya dan mengulum puting Bisma sembari mengocok kejantanannya perlahan.

"Engh..." Bisma sekali lagi menggeliat, tapi Cakra tidak peduli. Ia benar-benar sudah hampir kehilangan akal sehatnya.

Cakra lanjut menghisap, menjilat, dan menggigit puting Bisma sampai memerah. Dikuasai oleh nafsu, Cakra semakin menaikkan posisi kepalanya. Ia mencumbu mulut Bisma dan memainkan kedua lidah mereka begitu liar. Cakra tersipu saat menyadari bahwa pada akhirnya ciuman pertamanya berhasil direnggut oleh sepupunya sendiri. Namun itu tidak masalah sama sekali.

Tak ayal, Cakra menyesap bibir Bisma, membuat air liur mereka saling tertukar, dan itu rasanya nikmat sekali.

Puas dengan mulut dan putingnya, Cakra kini turun kembali ke perut Bisma. Ia menjilati dan menggigit otot perut cowok itu, dan tibalah ia bagian paling sensitif dari seorang laki-laki; penisnya. Cakra perlahan namun pasti membuka celana bokser merah milik Bisma dan terpampanglah dengan sangat jelas pisang berukuran cula badak tepat di hadapan kedua matanya. Sayangnya, penis Bisma belum tegang, maka dari itu Cakra harus membuatnya menegang.

Sebelum memainkannya, Cakra terlebih dahulu mencium kejantanan milik Bisma, lalu langsung memasukkannya kedalam mulutnya. Tubuh Cakra tiba-tiba saja berubah tegang saat menyadari kalau aksinya sudah sangat berlebihan. Bagaimana jika secara mengejutkan Bisma terbangun dan melihat aksi bejatnya itu? Bagaimana jika tak sengaja Bisma malah diam-diam menikmati permainannya namun akan melaporkannya kepada kedua orang tuanya? Banyak sekali pertanyaan yang menghantui Cakra.

Rivals With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang