10. END

457 23 9
                                    

"Aku bersyukur kau selalu bersamaku dan sabar mengurusiku meskipun aku seperti ini, Hyuck." - Huang Renjun.




























Di jam 4 pagi Donghyuck sudah kembali pusing karena ulah Renjun yang sulit ditebak. Karena sepagi ini Renjun hampir membuat dapur mereka terbakar.

"K-kan aku h-hanya ingin mem-buat sarapan untukmu nanti sebelum kerja..."

"Aku ke kantor masih nanti siang, Huang..."

Renjun diam tak menjawab sambil memainkan ujung bajunya, Donghyuck memang tidak memarahinya namun Renjun takut.

"Ada yang luka?"

Donghyuck mendekat dan mengecek seluruh tubuh Renjun, setelah selesai mengecek tubuh Renjun ia langsung memeluk erat tubuh submissive.

Donghyuck mengusap kepala Renjun dengan lembut, ia benar-benar khawatir dan tidak bisa berkata-kata lagi.

"Untung kau tidak apa-apa, Huang."

"Eung, maafkan aku."

"Tidak perlu minta maaf, ayo ke kamar."

"Tapi dapurnya kotor,"

"Tidak masalah, itu bisa nanti."

Akhirnya mereka pun menuju ke kamar dan kembali tidur lagi. Sebelum mereka tertidur pun Donghyuck harus menggendong Renjun agar bisa tidur.

Donghyuck tidak habis pikir, bagaimana saat anak mereka lahir nanti? Tingkah laku Renjun saja semakin seperti bayi.

....

Sejak kehamilan si submissive tidak ada jarak diantara mereka, Renjun yang langsung menangis jika tidak ada Donghyuck di sampingnya.

"Biarkan aku membersihkan dapur, Huang."

"Kan bisa nanti, Hyuck."

"Hari ini aku harus lembur, kemungkinan tengah malam aku baru pulang."

"Huh? Kau akan meninggalkan ku? Kau sudah tidak sayang padaku? Kau tidak perduli dengan anakmu?"

"Baiklah, ikut aku ke kantor."

Renjun langsung melompat ke pelukan Donghyuck setelah mendengar jawaban dari suaminya.

Donghyuck terkejut karena Renjun yang tiba-tiba melompat, untung saja masih bisa menahan keseimbangan tubuhnya.

"Ingat ada bayi di perutmu, Huang."

"Hihi"

Renjun menangkup kedua pipi Donghyuck dan langsung mengecup seluruh wajah Donghyuck. Ya Renjun menciumnya terlebih dahulu adalah kejadian langka, jadi Donghyuck hanya diam.

Saat siang hari, mereka pun menuju ke kantor. Renjun benar-benar tidak ingin ditinggal oleh Donghyuck, jadi mau tidak mau Donghyuck harus membawa si bayi rubah itu bersamanya.

"Hyuck,"

"Kenapa?"

"Kau tidak mau mencari pembantu?"

"Kenapa begitu?"

"Kondisiku sekarang saja begini, gampang sakit dan kau juga sibuk dengan urusan kantor, bahkan kalau kau pulang juga mengurusi ku."

"Sebenarnya aku sempat berpikir seperti itu, Huang. Tapi dulu waktu sekertaris ku wanita kau langsung memecat mereka, itu yang membuatku berpikir lagi."

I'm (Un)happy (Hyuckren) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang