CHAPTER EIGHT

1K 182 53
                                    

Lima bulan kemudian. New York, Amerika Serikat.

Kaki Titan dengan cepat melangkah masuk ke dalam Richard Strauss Studio, sebuah gedung yang menjadi tempat berlatih seluruh pertunjukan seni di bawah naungan Strauss Opera. Selain itu, Richard Strauss Studio juga merupakan kantor untuk para petinggi perusahaan opera terbesar di Amerika Serikat.

Mengabaikan semua orang yang menyapanya, perempuan berambut merah itu berjalan ke arah lift. Bahkan saat sudah berada di dalam lift pun, Titan masih tetap mengabaikan orang-orang yang berada di dalam lift. Padahal biasanya Titan akan menyapa ramah seluruh penghuni Richard Strauss Studio.

Tanpa menunggu, Titan berjalan keluar dari kotak besi itu begitu pintu terbuka. Kakinya kembali melangkah dengan terburu-buru ke arah kantor pria yang akan menjadi korban amukannya.

Titan membuka pintu yang terbuat dari kayu itu dengan kasar. Di dalam ruangan tersebut, sudah terdapat dua pria yang terlihat seperti sedang berdebat, tentu saja sebelum Titan masuk. Karena begitu Titan ikut dalam perbincangan ini, kedua pria itu harus bersatu dan tidak boleh menjadi lawan. Alasannya? Karena tidak akan ada yang bisa menang melawan Titania Judith seorang diri.

"Logan, what the fuck!?" pekik Titan begitu sudah berada di ruang kerja milik pria itu.

Logan yang mendengar teriakan hanya bisa memejamkan matanya dan menahan napas. Sedangkan pria satu lagi, Scott Powell, dengan langkah ringan dan pelan berjalan menuju pintu dan menutup pintu tersebut sepelan mungkin, agar tidak menimbulkan suara yang membuat Titan semakin marah.

"Where is that bitch?" tanya Titan lagi ketika produser dan komposer yang telah bekerja sama dengannya selama lima bulan terakhir tak kunjung membalas pertanyaannya. Titan mengangkat satu alisnya, menunggu jawaban dari kedua pria itu. "Okay, I'll find her myself," putus Titan ketika Logan dan Scott sama-sama tidak mengeluarkan suaranya.

Titan memutar badannya dan sudah siap untuk berjalan keluar dari ruangan Logan, saat tangan Scott dengan cepat melingkar di perutnya dan mengangkat Titan menggunakan satu tangannya untuk menjauh dari pintu.

Titan yang merasakan badannya melayang karena diangkat oleh Scott itu langsung memberontak. Dia menendang-nendangkan kakinya ke udara yang membuat Scott sedikit kesulitan. Tetapi pria itu tetap berhasil membawa Titan ke ujung ruangan Logan, yang merupakan titik paling jauh dari pintu.

"Scott!" pekik Titan heboh.

Scott yang tahu kalau sebentar lagi mungkin saja dia akan menjadi korban kekerasan Titan langsung menurunkan Titan dan melepaskan tangannya dari perut Titan. Pria itu kemudian mengangkat kedua tangannya, membuat gestur menyerah.

"Titan, please calm down," pinta Logan. Pria itu sudah cukup pusing dengan skandal yang sedang menimpa mereka. Dia sangat tidak butuh menambah bebannya dengan kegilaan komposer kesayangannya, yang juga sayangnya sangat galak.

"Logan bagaimana aku bisa tenang!?" tanya Titan dengan napas memburu. "Jalang itu baru saja menghancurkan opera kita!"

"Tidak, Titan. Kembang Terlarang tidak akan hancur hanya karena skandal bodoh Maria Antariksa." kali ini, giliran Scott yang berbicara. Pria itu bergerak maju dan meremas pundak sang komposer, berniat untuk menenangkan Titan.

Tatapan Titan melunak. Gurat-gurat kemarahan mulai hilang dari wajahnya. "It's not?" tanyanya.

"No." kini, giliran Logan yang menjawabnya. "Seperti yang kamu minta, Strauss Opera sampai sekarang belum mempublikasikan pemeran Kembang Terlarang."

"But still, though." Titan menghela napasnya kasar. Dia berjalan ke kursi kerja kebesaran milik Logan dan menghempaskan bokongnya di sana. "We need to fire her. And we need to recast her with another asian girl. After that, we need to make sure the replacement is able to perform in one month."

Past The Point of No ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang