CHAPTER TWO

929 162 51
                                    

Curiosity killed the cat.

Apakah kalian pernah mendengar pribahasa itu? Titan sudah sering mendengarnya, tetapi baru sekarang dia merasakannya. Dan ironinya, bukan kucing yang terbunuh, melainkan dirinya sendiri.

Seharusnya dia tidak mengambil ponsel lain milik Askara yang tersimpan rapi di dalam laci di meja kerja milik pria itu. Atau mungkin seharusnya Titan tidak perlu mencari selotip untuk membungkus kado yang sudah dirinya siapkan untuk Askara.

Tujuan Titan ketika dirinya menginjakkan kaki di ruang kerja Askara hanyalah satu, yaitu mencari selotip untuk membungkus kado ulang tahun, karena menurut Titan, ruang kerja seharusnya memiliki ATK lengkap bukan?

Tempat pertama yang menjadi target Titan adalah meja kerja berukuran besar milik Askara. Dan saat Titan tidak menemukan selotip yang ia cari, Titan beralih ke laci yang berada di bawa meja kerja milik pria itu.

Titan baru saja akan menutup laci tersebut saat matanya menangkap sebuah ponsel yang tiba-tiba saja menyala karena notifikasi. Dan itulah dimana letak kesalahannya. Seharusnya Titan bisa menahan dirinya dan tidak mengambil ponsel tersebut. Tetapi rasa penasarannya berkata lain.

Alih-alih mengabaikan ponsel tersebut dan menghargai privasi sang suami, Titan malah mengambil ponsel yang baru dia tahu keberadaannya itu. Karena Titan pikir, Askara hanya memiliki satu ponsel saja, yaitu ponsel yang selalu pria itu bawa kemana-mana.

Tanpa beban Titan mengambil ponsel yang sudah kembali mati tersebut. Jarinya bergerak menyentuh layar ponsel yang sekarang berada di tangannya. Dan seketika itu pula dahinya langsung mengernyit.

Bukan. Dahi Titan mengernyit bukan karena notifikasi yang baru saja masuk. Notifikasi itu sekarang bahkan bukan lagi fokus utamanya. Hal yang membuat Titan terkejut setengah mati adalah foto yang menjadi wallpaper ponsel tersebut.

Siapa pun perempuan yang menjadi wallpaper ponsel tersembunyi Askara bukanlah dirinya. Ya, perlu Titan akui, dirinya dan wanita yang berada di foto itu memiliki fitur wajah yang mirip. Tetapi Titan yakin kalau itu bukanlah dirinya. Dan hanya ada satu orang yang memiliki wajah mirip dengannya.

Fokus Titan kemudian beralih pada notifikasi yang baru saja masuk. Notifikasi tersebut ternyata merupakan pesan yang dikirimkan oleh Dimas. Titan tidak bisa membaca notifikasi tersebut, karena ponsel yang berada di tangannya masih terkunci.

Titan kembali menatap foto wanita yang menjadi wallpaper ponsel tersebut. Dia tidak ingin berburuk sangka, tetapi sepertinya hal itu diperlukan untuk membuka ponsel ini.

Tetapi Titan tidak langsung memasukkan empat angka yang muncul di otaknya begitu dia melihat foto perempuan pada ponsel Askara. Dia malah menatap ponsel di tangannya selama beberapa saat dan barulah akhirnya jari-jarinya menekan empat kombinasi angka yang dia ingat di luar kepala. Dua lima nol tiga.

Jantung Titan seketika itu juga langsung berhenti berdetak begitu ponsel Askara berhasil terbuka.

Dua lima nol tiga.

Tanggal dua puluh lima, bulan tiga. Tanggal tersebut merupakan tanggal kelahiran perempuan yang ada di wallpaper ponsel Askara. Perempuan yang merupakan kakaknya, Priscilla Gandawasa.

Tetapi kenapa? Kenapa Askara memasang foto Priscilla sebagai wallpaper? Kenapa Askara menggunakan tanggal ulang tahun Priscilla sebagai sandi untuk ponselnya?

Titan tidak siap untuk menemukan jawabannya. Namun jari perempuan itu tetap bergerak untuk mencari aplikasi galeri pada ponsel tersebut.

"What the fuck?" itulah yang keluar dari mulut Titan begitu dia melihat kumpulan foto yang terdapat pada aplikasi galeri tersebut.

Past The Point of No ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang