Hari-hari setelah malam di konser itu berlalu dengan kehangatan yang terus tumbuh. Shani yang biasanya menutup diri kini merasa lebih nyaman berada di dekat Gracia. Perubahan kecil mulai terlihat dalam kesehariannya—Shani kini lebih sering tersenyum, lebih sering membalas pesan Gracia dengan cepat, dan tak lagi ragu untuk menerima ajakan bertemu.
Suatu pagi, ketika Shani sedang menyesap kopi di apartemennya, ia menerima pesan dari Gracia yang berbunyi:
_"Hey, kamu ada rencana weekend ini? Aku punya ide seru! Gimana kalau kita camping di luar kota? Tempatnya sepi, tenang, dan ada pemandangan indah. Aku butuh udara segar, dan kayaknya kamu juga butuh liburan kecil."_
Shani membaca pesan itu berulang kali. Di masa lalu, ia mungkin akan langsung menolak ajakan semacam ini. Camping di tempat yang sepi? Itu jauh dari kebiasaannya. Namun, akhir-akhir ini, ia mulai menikmati ide-ide spontan Gracia. Mungkin ini bisa jadi kesempatan baik untuk menghabiskan waktu bersama.
_"Boleh, kapan kita berangkat?"_ balas Shani akhirnya, merasa sedikit antusias.
Pesan dari Gracia datang hampir seketika, penuh dengan antusiasme seperti biasa. _"Yay! Aku udah siapin semuanya. Kita berangkat Sabtu pagi, jemput kamu jam 7, oke?"_
Shani tersenyum kecil melihat betapa semangatnya Gracia. Ada perasaan hangat yang merayap di dadanya setiap kali Gracia begitu antusias merencanakan sesuatu untuk mereka berdua. Meskipun Shani masih menyimpan rasa ragu di dalam hatinya, ia tahu bahwa bersama Gracia, segala hal terasa lebih ringan.
---
Sabtu pagi tiba, dan seperti yang dijanjikan, Gracia muncul tepat waktu di depan apartemen Shani. Mobilnya sudah penuh dengan perlengkapan camping, dan wajahnya tampak berseri-seri.
"Siap untuk petualangan?" tanya Gracia sambil tersenyum lebar, menyerahkan secangkir kopi yang baru saja ia beli di perjalanan.
Shani menerima kopi itu, merasa sedikit lebih bersemangat dari biasanya. "Siap. Aku penasaran, seberapa jauh tempatnya?"
"Nggak jauh-jauh amat, kok. Sekitar dua jam dari sini, di dekat sebuah danau kecil yang jarang orang tahu," jelas Gracia sambil mengemudikan mobil mereka keluar dari kota.
Perjalanan mereka diisi dengan obrolan ringan. Gracia bercerita tentang rencana liburannya yang akan datang, sementara Shani berbicara sedikit tentang pekerjaannya. Suasana dalam mobil terasa nyaman, seolah mereka sudah lama mengenal satu sama lain.
Setelah beberapa saat, pemandangan kota mulai berganti dengan hamparan bukit hijau dan pepohonan. Ketika mereka akhirnya tiba di lokasi, Shani terkesima melihat betapa indahnya tempat itu. Sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh pepohonan rimbun, dengan langit biru yang memantulkan bayangannya di air. Hanya ada suara alam yang menemani mereka, tanpa ada tanda-tanda kehadiran orang lain.
Gracia segera mulai mendirikan tenda dengan cekatan, sementara Shani membantu seadanya. Meskipun ia tidak terbiasa dengan aktivitas luar ruangan, melihat Gracia yang begitu menikmati setiap momen membuatnya merasa lebih santai.
Setelah tenda berdiri dan peralatan mereka siap, Gracia duduk di atas selimut piknik sambil menatap pemandangan. Shani ikut duduk di sebelahnya, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus dari arah danau.
"Tempat ini tenang sekali," kata Shani pelan, suaranya seolah terbawa oleh angin. "Aku nggak ingat kapan terakhir kali aku merasa setenang ini."
Gracia menoleh padanya, senyum hangat terulas di wajahnya. "Aku tahu kamu butuh ketenangan, makanya aku bawa kamu ke sini. Kadang kita cuma perlu menjauh dari semuanya untuk bisa benar-benar merasa damai."
Shani mengangguk pelan, matanya terfokus pada riak air di danau. Dalam hatinya, ia merasa bahwa Gracia benar. Sejak kehadiran Gracia, hidupnya terasa lebih damai, lebih berwarna, dan lebih bermakna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold But Sweet
Romance"Aku tidak menyangka aku bisa luluh begitu saja ketika melihat perempuan ini" -S "Aku merasa sangat nyaman berada di dekatnya meskipun terkadang dia sangat dingin kepada orang-orang" -G