Pendekatan

100 12 0
                                    

Seiring dengan berakhirnya pesta, suasana di Harlan Mansion mulai mereda. Tamu-tamu perlahan meninggalkan tempat, sementara di sudut taman, Shani dan Gracia masih duduk di bangku batu dekat kolam, menikmati suasana tenang yang tersisa setelah keramaian. Lampu-lampu taman mulai dipadamkan satu per satu, menyisakan sinar bulan yang lembut menerangi wajah mereka.

"Senang bisa ngobrol sama kamu, Ci," ujar Gracia dengan senyum lembut. "Aku harap kita bisa ketemu lagi. Bukan cuma di acara keluarga kayak gini, tapi kapan pun kamu punya waktu." (Disini Gracia udah ubah panggilan Shani jadi Ci, dan Shani juga ga masalah dengan panggilan itu)

Shani, yang biasanya lebih suka menyendiri, merasa aneh menemukan dirinya menikmati malam bersama orang lain, terutama dengan Gracia. Ada sesuatu yang berbeda dengan gadis itu—kehangatannya yang tulus dan keceriaannya yang tidak memaksa membuat Shani merasa aman untuk menjadi dirinya sendiri.

"Ya, mungkin," jawab Shani singkat, tetapi kali ini, nada suaranya lebih hangat.

Gracia tersenyum lebih lebar. "Oke, deal! Kalau kamu butuh apa-apa, atau cuma pengen ngobrol, langsung hubungi aku aja."

Shani menatap Gracia sejenak, mencoba membaca apakah gadis di depannya benar-benar tulus. Tapi dari segala hal yang ia rasakan malam ini, ia tahu bahwa Gracia berbeda dari orang lain yang ia temui. Mungkin untuk pertama kalinya, ia menemukan seseorang yang benar-benar ingin mengenalnya tanpa pamrih.

"Baiklah," balas Shani pelan.

Ketika Gracia berdiri dan mengajak Shani untuk kembali ke dalam mansion, Shani merasa beban di dadanya sedikit lebih ringan. Mungkin, di masa depan, akan ada lebih banyak malam seperti ini—malam di mana ia tidak merasa sendirian, meskipun berada di tengah keramaian.

Di dalam mansion, Valentina, Marcelus, dan Alexander sedang duduk bersama, tertawa dan mengobrol ringan, menikmati sisa-sisa pesta. Mereka menoleh ketika melihat Gracia dan Shani kembali bersama, tampak lebih akrab daripada sebelumnya.

"Ah, kalian sudah selesai keliling?" tanya Marcelus sambil tersenyum lebar. "Gimana, Shani? Sudah mulai nyaman di sini?"

Shani hanya mengangguk singkat, tapi ada senyum tipis di wajahnya, sesuatu yang langka dilihat oleh Alexander.

"Kelihatannya kalian berdua mulai cocok, ya?" kata Alexander dengan nada setengah bercanda, tapi jelas terlihat bahwa ia senang melihat putrinya lebih terbuka.

Gracia mengangguk antusias. "Kita bakal sering ketemu lagi nanti, Pa. Pokoknya aku bakal bawa Ci Shani jalan-jalan ke tempat seru."

Shani hanya tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa. Ia tahu bahwa akan butuh waktu sebelum ia benar-benar bisa membuka diri sepenuhnya, tapi malam ini adalah awal yang baik.

Setelah semua tamu pulang, Harlan Mansion kembali sunyi. Di dalam kamar mereka masing-masing, baik Gracia maupun Shani merenung tentang malam yang baru saja mereka alami. Meski kepribadian mereka berbeda, keduanya tahu bahwa sebuah hubungan baru telah dimulai—persahabatan yang mungkin akan membawa perubahan besar dalam hidup mereka.

**Beberapa minggu kemudian…**

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan sesuai dengan janji mereka, Gracia dan Shani mulai lebih sering bertemu. Gracia dengan antusias mengajak Shani keluar untuk sekadar minum kopi atau berjalan-jalan di taman. Meskipun Shani tidak selalu merespon dengan antusias, dia mulai menikmati kehadiran Gracia di hidupnya.

Suatu hari, ketika mereka duduk di sebuah kafe kecil di tengah kota, Gracia tiba-tiba berbicara dengan nada serius.

"Ci, aku tahu kamu nggak suka ngomongin perasaan. Tapi, aku cuma mau bilang, kalau kamu butuh teman untuk berbagi apa pun, aku di sini buat kamu. Kamu nggak perlu merasa sendirian lagi."

Cold But SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang