- Bandung, bagian 6.

4 1 0
                                    

Tanpa mereka ketahui, ada seorang lelaki yang sama cemburu nya seperti Laskara saat melihat adegan tadi. Ia meremas seragam nya dengan kuat, sampai kuku-kuku jari nya memutih tak tersisa kan. Dirinya kemudian mengikuti arah langkah milik Laskara dan Arshea.

~

"Aw!" ringis nya ketika tangan nya di cekal sangat erat.

"Lu lagi, lu lagi. Haahh... Mau lu apa sih sebenernya?" tanya Laskara.

"Jauhin Nakala," desis nya.

"Gak mau, emang lu siapa sampe berani nyuruh-nyuruh gue kayak gitu?"sinis gadis itu. Ia melepas cekalan itu dengan kasar.

"Gue pacar lu," jawab lelaki itu.

Laskara tertawa mendengarnya. "Apa? Pacar? pfftt... Kita bahkan udah gak ada hubungan apa apa Elryan."

"Kita udah putus kalau lu lupa," ucap nya dengan senyum miring yang terpampang di wajah nya.

"Gue belum setuju dengan keputusan itu. Mana bisa putus hanya sepihak," elak Elryan.

"Berisik. Lu udah punya cewek Elryan," balas nya.

"Siapa cewek gue?" tanya Elryan.

"Haduh, kasian amat Arluna gak di anggep," sahut nya miris.

"Gue kan udah bilang, gue gak ada hubungan apa-apa sama dia," geram Elryan.

"Gak ada hubungan kata lu? Terus tanggal 6 Februari lalu lu ngapain hah?" sewot Laskara.

Elryan terkejut ketika mendengar Laskara menyebut tanggal jadian nya dengan Arluna. "Kok lu bisa tau?"

"Gak usah ganggu gue lagi," desis Laskara. Gadis itu kemudian meninggalkan Elryan seorang diri.

"Sumpah Kar, mantan lu nyebelin anjing!" sungut Arshea.

"Gak usah dibahas, udah bukan masa nya lagi," timpal Laskara.

"Oke oke," sahut nya.

"Eh, tapi Kar, kenapa pas lu nyebut tanggal 6 Februari, si Elryan Elryan itu kok kaget gitu?" tanya Arshea.

"Itu tanggal jadian dia sama Arluna," jawab nya.

"HAH?! KOK LU BISA TAU?! Pantes dia kaget anjir!" sergah Arshea.

"Spek intel gini diragukan anjir," sahut nya dengan nada sombong.

"Duh, sepuh intel, mintol dong," pinta Arhsea dengan wajah melas.

"Nanti aja, ketua lagi sibuk ngejar dia yang sudah pasti," balas Laskara.

"Yeuu elu mah," hembus Arshea.

~~~

"Widih, coklat dari siape tu?" tanya orang itu.

"Siapa weh, kepo," jawab nya.

"Oh kitu Kal, ayeuna mah main na rahasia-rahasia an. Oh gitu Kal, cukup tau kata aing teh," cakapnya dengan dramatis.

"Lebay sumpah Dar," sinis Nakala.

"Kitu ayeuna mah euy, main rahasia-rahasia an ka urang teh," lanjut nya semakin mendramatis.

(Gitu ah sekarang mah, main rahasia-rahasia an ke aku)

"Cicing atau urang cabok maneh?" desis Nakala.

(Diem atau aku pukul kamu?)

"IYA IYA AMPUN," kata nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bandung Yang Menjadi SaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang