Chapter kali ini akan lebih panjang dari biasanya tolong VOTE dan KOMEN ya supaya aku lebih semangat NULISNYA jangan lupa FOLLOW juga akunku supaya rame
Di atas tempat tidurnya yang luas dan dingin, Jaemin berbaring, matanya tertuju pada foto lama yang tergantung di dinding. Foto itu memperlihatkan dirinya saat masih TK, berdiri di atas panggung dengan piala di tangannya, senyum sumringah menghiasi wajahnya. Di sampingnya sang ibu, Yoona tersenyum bangga. Itu adalah momen ketika Jaemin memenangkan juara pertama dalam lomba menulis puisiNamun, Jaemin tahu betul bahwa senyum itu bukan karena keberhasilannya dalam merangkai kata-kata. Bukan karena ia menulis puisi dengan hati. Bukan karena Jaemin kecil mencurahkan perasaannya ke dalam karya itu. Itu adalah senyum kemenangan Yoona, senyum yang menggambarkan pencapaian sempurna yang Yoona harapkan dari putranya.
Jaemin menutup matanya, membiarkan kenangan masa kecil itu kembali mengalir. Jaemin bisa merasakan tekanan yang menghimpitnya setiap kali ujian atau Olimpiade mendekat. Setiap kali hasilnya kurang sempurna, kemarahan Yoona menghujaninya. Kesempurnaan adalah satu-satunya hal yang diizinkan dalam hidup Jaemin, dan hal itu selalu menghantuinya.
Semua perhatian Yoona terpusat pada satu hal yaitu mencetak Jaemin sebagai pribadi yang sempurna, layaknya piala yang berkilau di etalase rumah mereka.
Di balik kesuksesannya, Jaemin menyadari ada kekosongan yang tidak bisa diisi dengan piala, nilai sempurna, atau prestasi gemilang. Hatinya menginginkan hal yang sederhana kehangatan, cinta, dan perhatian yang tulus. Tapi hal-hal itu selalu terasa begitu jauh, bahkan ketika Yoona berada di sisinya. Apa pun yang Jaemin lakukan, Yoona tak pernah merasa cukup.
Dengan mata yang masih terpejam, Jaemin menghela napas panjang. Foto itu, meski menampilkan senyum kebanggaan Yoona, selalu mengingatkannya pada masa-masa sulit di mana Jaemin merasa sendirian. Hatinya terasa berat, seakan kejadian itu baru terjadi kemarin.
Ketika membuka matanya lagi, Jaemin menatap foto itu sekali lagi. Air matanya mengalir. Dari luar mereka terlihat seperti keluarga sempurna tapi di dalam, Jaemin tahu betapa rapuhnya hubungan antara dia dan sang Ibu. Tangannya perlahan-lahan menyentuh bingkai foto itu, dan mulai menggingat kenangan kenangan semasa kecilnya dulu yang tidak bisa di sebut indah
*flashback
Sebelum Na Jaemin lahir keluarganya sudah terbelah. Ayahnya Kim Yunho, meninggalkan sang Ibu Na Yoona untuk kembali ke pelukan istri pertamanya Kim Taeyeon yang merupakan ibu dari Kim Doyoung. Kejadian itu menghancurkan Yoona. Selama berbulan-bulan, Yoona hidup dalam frustasi, mengurung diri dalam rasa sakit dan pengkhianatan. Hatinya remuk, dan harapan hidupnya seolah hilang. Namun, di tengah kehancuran itu, lahirlah Na Jaemin anak yang diharapkannya bisa menjadi sumber kebahagiaan baru.
Cinta yang Yoona berikan kepada Jaemin bukanlah cinta yang lembut dan penuh kasih seperti ibu-ibu lainnya. Yoona terobsesi untuk memastikan Jaemin tumbuh menjadi anak yang sempurna, tanpa ruang untuk kegagalan. Baginya, Jaemin harus menjadi bukti bahwa hidupnya tak sepenuhnya hancur, bahwa dari sisa-sisa kehidupannya yang hancur, Yoona bisa mencetak seorang anak yang sukses. Dengan harta gono-gini yang diperolehnya setelah bercerai dari Yunho, Yoona memasukkan Jaemin ke sekolah terbaik dan membiayainya mengikuti berbagai les di tempat ternama.
Saat Jaemin mendapat nilai rendah atau gagal dalam suatu hal, kemarahan Yoona membara. Bagi Yoona, kegagalan Jaemin adalah cermin kegagalannya sendiri. Tak jarang, Jaemin harus mendengar amarah dan kritikan pedas dari ibunya hanya karena tidak menjadi yang terbaik di kelas. Bahkan ketika Jaemin berhasil memenangkan lomba dan mendapatkan juara dua, Yoona tak pernah mengucapkan selamat. "Juara dua tak ada artinya Jaemin" kata Yoona dingin. Bagi Yoona, Jaemin harus selalu menjadi nomor satu, tak boleh kurang dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love✔️ [JaemRen ver]
Fanfic[Remake] Di balik citra dingin yang selalu ditampilkan, Na Jaemin adalah seorang yang penuh perhatian. Namun, masa kecil yang dipenuhi kurangnya kasih sayang dari orangtua telah mengubah Jaemin. Orangtuanya, terutama ibunya, membentuk Jaemin menjadi...