Dipecat #8

66 6 0
                                    

YUKKKK FOLLOW DULU AKUNKU SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE YAKK. NANTI BAKAL DEBUT BOOK BARU JAEMREN LOHHH JADI FOLLOW SUPAYA NGGA KETINGGALAN NOTIFNYA (Book barunya bukan remake kok)





Beberapa bulan kemudian....


Renjun duduk di ujung ranjangnyanya, merasakan dunia seolah runtuh di sekelilingnya. Mata bulatnya sembab... basah oleh air mata yang terus mengalir tanpa henti. Malam itu, entah sudah berapa kali Renjun menyeka wajahnya yang basah, namun tangisnya tak juga reda. Hati kecilnya terasa berat seolah-olah tertimpa batu besar yang sulit untuk dilepaskan. Pikiran-pikiran negatif terus menghantuinya memenuhi ruang kecil dalam benaknya dengan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti.

Renjun ingin menangis lebih keras lagi tetapi tenggorokannya sudah terasa kering. Keputusasaan merasuki setiap sudut tubuhnya. "Kenapa ini harus terjadi?" Pikirannya kembali ke saat Renjun diberitahu bahwa dia dipecat dari pekerjaannya... tanpa peringatan dan tanpa alasan yang jelas. Keputusan itu datang begitu tiba-tiba seolah-olah semua yang telah Renjun bangun selama ini... semua kerja kerasnya... tidak ada artinya sama sekali.

Renjun bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga risiko terbesar yang datang bersamanya. Jika dia kehilangan pekerjaan, bagaimana dia bisa terus merawat dan mencoba mempertahankan hak asuh atas Jisung putranya?

Jisung... Anak laki-lakinya yang selalu menjadi penyemangat dalam hidup Renjun... harapan yang membantu Renjun bertahan dalam segala kesulitan. Renjun terisak lagi, membayangkan wajah lugu Jisung yang tidak tahu apa-apa tentang cobaan yang sedang mereka dihadapi.

"Apa aku juga harus kehilangan Jisung? Mengapa ini harus terjadi?" bisik Renjun lemah, suara paraunya menggema di kamar yang sepi.

Renjun menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis yang semakin keras. Renjun merasa sangat lelah... lelah secara fisik dan mental. Selama ini Renjun sudah berusaha keras menjaga keseimbangan antara bekerja dan merawat Jisung seorang diri. Renjun selalu bangun lebih awal dari matahari memastikan Jisung mendapatkan sarapan yang layak sebelum berangkat kerja. Renjun akan menjemput Jisung saat jam istirahatnya dan kembali ke rumah setelah bekerja larut malam.... Renjun kelelahan tetapi tetap menyempatkan diri untuk memastikan putranya tertidur nyenyak.

Tetapi kini, semua itu seolah menguap begitu saja. Renjun merasa seperti kehilangan pijakan. Dunia yang sudah sulit ini, kini terasa semakin gelap dan tak terjangkau.

"Mengapa... mengapa nasibku seperti ini?" suaranya bergetar di antara isakan. Apa salahnya? Apa yang salah sampai Renjun harus menghadapi ini semua? Renjun hanya orang tua tunggal yang mencoba memberikan yang terbaik untuk anaknya. Di saat-saat seperti ini rasanya Tuhan terasa begitu jauh dan hidup tidaklah terasa adil.

Pikirannya berputar-putar mencari jawaban mencoba menemukan logika di balik pemecatannya yang mendadak. Tidak mungkin ini hanya sekadar kebetulan. Pekerjaannya berjalan baik, Renjun tidak pernah mendapatkan teguran atau masalah besar di kantor. Semua terlalu janggal seolah-olah ada sesuatu di balik semua ini yang dia tidak tahu. Tapi siapa? Mengapa?

Renjun meremas selimut di tangannya dengan frustasi. Rasa tidak berdaya mengalir di nadinya, menyesakkan dadanya hingga sulit bernapas. Renjun hanya seorang pria biasa yang mencoba bertahan hidup dan menjaga anaknya. Sekarang semuanya terasa semakin sulit... seolah-olah dunia ini sengaja menantangnya, memaksanya untuk menyerah.

Namun, di tengah segala keputusasaan itu, terselip sedikit rasa marah. Tidak adil. Ini tidak adil! bisiknya dengan tekad yang perlahan muncul. Matanya yang sembab mengedip perlahan mencari celah dari kegelapan yang menutupi harinya. Mungkin air mata tak akan segera berhenti, dan mungkin rasa sakit ini akan butuh waktu untuk sembuh, tetapi dia tahu satu hal Renjun tidak akan menyerah.

My Love✔️ [JaemRen ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang