Marah #9

383 30 0
                                    

Mon maap cerita nya gak jelas gini:)

JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW
KOMEN KOMEN JUGA DIBAWAH

Renjun memandang Doyoung dengan sorot mata yang penuh pertanyaan. Renjun tahu bahwa Doyoung adalah seorang pengacara yang sangat handal. Harapan Renjun sempat tinggi meski pada akhirnya semua itu hancur ketika keputusan pengadilan tidak berpihak padanya. Namun, sejak tadi ada sesuatu yang mengganjal di hati Renjun. Kenapa Doyoung begitu sering menyinggung Jaemin? Apa ada hal lain yang Doyoung sembunyikan darinya?

Kenapa kau selalu bertanya tentang Jaemin padaku tuan Kim?” tanya Renjun akhirnya, suaranya terdengar datar namun penuh makna.

Doyoung terdiam sejenak, mungkin sedang mencari kata-kata yang tepat. Setelah beberapa detik, Doyoung menghela napas dan berkata, “Yang paling kubenci di dunia ini adalah orang berdarah dingin yang tidak bertanggung jawab. Na Jaemin adalah salah satunya. Dia tidak pantas mendapatkan kebaikanmu, Renjun. Menurutku dia tidak adil padamu.”

Renjun terkejut dengan pengakuan Doyoung. Renjun tahu Doyoung adalah sosok yang keras tetapi tidak pernah menyangka bahwa Doyoung punya opini sekeras itu terhadap Jaemin. "Tidak adil?" gumam Renjun, lebih kepada dirinya sendiri. Dalam hati, Renjun merasa bertentangan. Sebagian dari dirinya tahu bahwa Jaemin, dengan segala kekuasaannya, memang bisa melakukan apa saja. Tapi di sisi lain, ada bagian dari hatinya yang tetap percaya pada Jaemin, meski hanya samar-samar.

Doyoung tampak resah. Matanya menatap Renjun dengan cemas, seperti ada yang ingin dia katakan tapi tertahan. "Aku hanya... cemas, Renjun. Cara kau memandang Jaemin tadi... itu membuatku khawatir." Doyoung berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Aku takut perasaanmu terhadap Jaemin akan menyakiti dirimu sendiri."

Renjun menghela napas panjang, merasa semakin lelah dengan semua pembahasan ini. "Aku hanya ingin mendapatkan kembali putraku, Jisung," katanya pelan. "Tentu saja aku ingin menang, tapi kau yang mengacaukannya, Tuan Kim. Kita kalah, dan aku kehilangan putraku. Itu saja."

Doyoung menggeleng, tidak mau menerima kekalahan begitu saja. "Kalau begitu, aku akan berusaha yang terbaik untuk mengajukan banding. Aku janji, Renjun. Kali ini kita akan menang."

"Baiklah..." potong Renjun dengan suara yang lebih lemah dari biasanya, tidak yakin apakah kedepannya keputusan hakim akan memihak padanya. Pandangan Renjun jatuh ke lantai, menggambarkan perasaan putus asanya. “Meski hakim sudah memutuskan Jaemin menang... aku harus tetap berusaha bukan untuk putraku.”

Ada keheningan sesaat di antara mereka, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri. Renjun ragu apakah banding akan mengubah keputusan hakim. Jaemin terlalu kuat dan terlalu berpengaruh. Dan yang lebih mengganggu hatinya, Renjun tahu ada sesuatu dalam dirinya yang masih tidak bisa sepenuhnya melawan Jaemin. Perasaan itu tetap ada meski Renjun tidak ingin mengakuinya.

"Sudah cukup untuk hari ini tuan kim," kata Renjun akhirnya, suaranya nyaris berbisik. "Aku lelah, sampai bertemu besok."

Doyoung hanya bisa menatap Rennun tanpa berkata apa-apa. Doyoung tahu Renjun lelah, tapi di balik itu, Doyoung juga tahu bahwa Renjun masih berpegang pada sesuatu mungkin harapan, atau mungkin perasaan yang Doyoung sendiri tidak bisa sepenuhnya mengerti.


. .

Sion memperhatikan Jeno yang duduk dengan wajah murung, tampak tenggelam dalam pikirannya. Bahkan Sion ragu untuk menyampaikan kabar yang ia ketahui. Namun, Jaemin sepertinya memahami keraguan Sion dan dengan suara tenang, memintanya untuk berbicara.

"Ada apa Sion?"

Sion melirik Jaeminbperlahan, merasa lega meski apa yang akan disampaikannya tidak mudah. "Bos, orang yang memerintahkan agar Renjun dipecat... itu ibu Anda sendiri."

Jaemin tampak kaku sejenak, tak mengucapkan sepatah kata pun. Pandangannya berubah gelap. Sion terus melanjutkan, meski suasana semakin tegang.

"Dan, ada satu hal lagi. Renjun dan Doyoung awalnya tidak saling kenal. Mereka baru bertemu setelah kasus hak asuh itu dibawa ke pengadilan, berkat bantuan Kim Hanna... kekasih Anda."

Sion menelan ludah sebelum menyambung, "Sepertinya, Doyoung memang sengaja mengambil kasus ini."

Suasana di dalam ruangan begitu hening, hanya terdengar detak jam yang lambat. Jaemin masih tidak merespons, tapi jelas kemarahan yang terpendam tergambar di wajahnya. Dia selalu tahu betapa liciknya beberapa orang di sekelilingnya, tapi mendengar bahwa ibunya sendiri yang terlibat membuat semuanya terasa semakin berat.

Sion mencoba mengalihkan situasi, meski agak canggung. "Bos, ini sudah jam makan siang. Mungkin kita bisa ma..."

Namun, Jaemin memotong cepat, "Kita ke TK Jisung sekarang."

Sion mengangguk dan bergegas menyiapkan mobil. Di dalam pikirannya, Sion tahu Jaemin sedang berada di ambang keputusan besar, terutama menyangkut Renjun dan anaknya.

Di tempat lain Doyoung dan Renjun kembali bertemu. Doyoung tengah memberikan peringatan kepada Renjun mengenai Jaemin. Doyoung menatap seriu, sementara Renjun mendengarkan dengan ekspresi resah.

"Jaemin adalah orang yang tidak percaya pada pernikahan. Itulah sebabnya, setiap kali adik angkatku Hanna ditanya oleh media dia menjawab belum punya rencana menikah apalagi menjadi seorang ibu."

Renjun mengernyitkan alis. "Dan apa hubungannya denganku?"

"Ini menunjukkan bahwa Jaemin tidak berniat memiliki anak," jelas Doyoung. "Kau harus paham, Renjun. Banyak orang yang menunggu Jaemin melakukan kesalahan besar, dan masalah ini (Jisung) adalah celah yang bisa digunakan orang lain untuk melawannya."

Renjun tampak tidak terpengaruh. "Lalu kenapa? Apa hubungannya dengan kasusku?"

Doyoung menghela napas panjang, terlihat semakin serius. "Jaemin punya kekuatan yang besar, Renjun. Tidak ada yang berani menantangnya, setidaknya tidak di depan umum. Tapi kau... kau berbeda. Kau tidak punya kekuasaan sepertinya. Jika Jaemin memutuskan untuk berperang habis-habisan aku takut..."

Renjun meneguk ludah, suaranya mulai gemetar. "Takut apa? Maksudmu, aku tidak punya peluang untuk menang? Hidup Jisung jauh lebih berharga daripada hidupku. Kau adalah harapan terakhirku. Kau sudah berjanji akan membantuku!"

Doyoung menatap Renjun dengan penuh keseriusan. "Aku akan mencoba segalanya, Renjun. Tapi kau harus siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. Akan ada gosip, pelecehan verbal, tekanan dari berbagai pihak. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan yang terbaik untuk mengambil kembali hak asuh Jisung."

Renjun menarik napas dalam, tak peduli dengan segala risiko yang disebutkan Doyoung. "Aku tidak peduli dengan semua itu. Apa pun yang terjadi, aku akan melakukan apa pun demi Jisung."

Doyoung mengangguk pelan, lalu menambahkan, "Kita butuh dukungan dari media dan simpati dari hakim. Itu penting. Lebih dari sekadar bukti. Kalau kita bisa membuat publik memihak kita, kita punya kesempatan yang lebih besar untuk menang."

Sebenarnya bukan hal yang tidak biasa bagi seorang pria kaya untuk memiliki anak haram. Tapi jaemin ingin mengekspos masalah ini publik.

Renjun tampak bingung. "Tunggu, bukankah kita hanya butuh bukti untuk menang di pengadilan? Kenapa kita harus melibatkan media?"

" Huang, kau harus percaya pada keahlianku. Kadang, hukum lebih tentang persepsi daripada fakta."

Renjun menatap Doyoung dengan skeptis. "Maksudmu, aku harus berpura-pura? Berpura-pura untuk mengambil kembali anakku?"

Doyoung menatapnya tajam. "Tentu saja. Kau ingin Jisung kembali, kan? Kalau begitu, dengarkan aku dan ikuti rencanaku. Ini satu-satunya cara."

Renjun terdiam sejenak. Hatinya bergejolak, tapi pada akhirnya, hanya satu kalimat yang keluar dari bibirnya, "Apapun untuk Jisung... akan kulakukan."



Follow dong cingta...
Tekan juga tombol bintang dibawah💫👇...

My Love✔️ [JaemRen ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang