JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW
KOMEN KOMEN JUGA SUPAYA AKU LEBIH SEMANGATSelamat menikmati....
Gunakan trik ku Renjun katakan kalau Na Jaemin memperkosamu malam itu kepada hakim ketua"
.
.
."Tidak, aku tidak mau, Tuan Kim," ucap Renjun tegas, suaranya bergetar namun penuh ketegasan.
Doyoung menatapnya, mengangkat sebelah alis. "Tapi ini bisa membuatmu menang, Huang Renjun. Kau bilang akan melakukan segalanya demi Jisung, bukan?"
Renjun menggeleng kuat. "Aku tak peduli. Semua hal ada batasnya. Aku tidak mau berbohong atau berbuat curang demi menang. Aku... aku ingin pulang."
Doyoung tampak ingin membalas, mungkin dengan argumen lain, tapi Renjun tak memberinya kesempatan.
"Selamat siang, Tuan Kim. Saya pamit." Renjun berkata sambil berdiri membungkukkan badan dengan sopan, lalu segera meninggalkan Apartemen Doyoung tanpa menoleh lagi.
.
..
.Renjun berjalan menuju sekolah Jisung dengan langkah ringan. Jarak sekolah Jisung dengan apartemen Doyoung tidak terlalu jauh, jadi Renjun memutuskan untuk berjalan kaki saja sekalian berolahraga. Sambil bersenandung pelan Renjun menikmati udara yang segar. Namun, tiba-tiba mobil Jaemin menepi ke jalan di sampingnya.
"Ayo Renjun naik. Aku juga ingin menjemput Jisung," ujar Jaemin dari balik kemudi menawarkan tumpangan.
"Emm, tidak perlu. Aku bisa jalan kaki lagipula sudah dekat," jawab Renjun dengan gugup sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Naiklah. Ada yang ingin kubicarakan tentang Jisung," ucap Jaemin, kali ini dengan nada yang lebih serius.
Mendengar nama Jisung disebut, Renjun terdiam. Perasaannya menjadi campur aduk. Renjun meremas ujung bajunya ketakutan bahwa Jisung akan diambil darinya.
Dengan ragu Renjun naik ke mobil Jaemin berharap dalam hati bahwa Jaemin masih akan memberinya waktu lebih banyak untuk bersama Jisung. Rasa sayangnya pada sang putra begitu besar hingga membuat Renjun takut kehilangan Jisung.
"Renjun, aku ingin mengatakan sesuatu," ujar Jaemin setelah beberapa menit berkendara.
"Apa itu?" suara Renjun mulai bergetar. "Tolong, jangan ambil Jisung dariku. Aku tidak akan meminta apa pun darimu Jaem. Kumohon... Jangan ambil anakku," isaknya.
Jaemin terkejut melihat Renjun menangis. Jaemin panik tidak menyangka bahwa niat baiknya malah membuat Renjun menangis seperti ini. Padahal Jaemin sama sekali tidak berniat memisahkan ibu dan anak itu. Jaemin sudah memikirkan hal ini matang-matang selama beberapa hari apalagi ingatan suram semasa kecilnya selalu menghantui Jaemin.
Setelah sampai Jaemin menepikan mobilnya di parkiran sekolah TK Jisung. Renjun masih menangis meski tangisnya mulai mereda. Dari dalam mobil mereka bisa melihat keramaian para orang tua yang menunggu anak-anak mereka di depan sekolah.
Jaemin membuka sabuk pengamannya dan mendekatkan diri pada Renjun. Jaemin meraih tangan Renjun dan menggenggamnya erat.
"Renjun, kumohon... Jangan menangis. Aku tidak akan mengambil Jisung darimu. Aku janji," ujar Jaemin dengan nada lembut.
Renjun menatap Jaemin dengan air mata yang masih mengalir. "Benarkah? Kau tidak akan mengambil anakku?"
Dengan penuh kelembutan, Jaemin mengangkat tangannya, menyentuh wajah Renjun dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Iya, Renjun. Aku sudah memikirkannya. Aku tidak akan memisahkan seorang ibu dari anaknya. Aku sadar, aku tidak bisa merawat Jisung sendirian. Aku juga tidak ingin dia merasakan kesepian seperti yang pernah kualami dulu."
Renjun merasa hatinya sedikit lega mendengar kata-kata Jaemin. "Berjanjilah, kau tak akan mengambil Jisung dariku."
"Aku janji, Renjun. Aku hanya akan membawa Jisung atas izinmu. Aku juga ingin menghabiskan waktu bersama Jisung saat aku tidak sibuk. Bolehkah aku mengajak dia ke rumahku sesekali?"
Renjun mengangguk. Asalkan Jisung tetap bersamanya, Renjun tidak masalah jika Jaemin ingin menghabiskan waktu dengan anak mereka. Lagipula Jaemin adalah ayah Jisung.
"Terima kasih, Renjun," ucap Jaemin, lalu tanpa sadar mengecup lembut mata kanan Renjun.
Jaemin menarik tubuh Renjun ke dalam pelukannya, mengusap punggung Renjun dengan lembut untuk menenangkan isakan Renjun yang masih tersisa. Renjun membalas pelukan itu rasanya beban berat yang selama ini menghantui pikirannya perlahan-lahan terangkat. seperti nya keputusannya tepat tidak menyetujui saran doyoung
Jaemin merasa aneh setiap kali memeluk Renjun hatinya selalu merasa tenang. Seolah-olah ada rasa nyaman yang tidak bisa Jaemin jelaskan. Sesekali, Jaemin mengecup lembut surai Renjun.
Jaemin sudah tidak peduli dengan obrolan Renjun dan Doyoung waktu itu karena memikirkannya membuat hatinya tak tenang Jaemin ingin positifthinking saja semoga Renjun tidak seperti itu
Karna yang dilihatnya Renjun itu lembut dan penuh kasih sayang kepada orang-orang yang baik padanya
Setiap mengingat malam ketika mereka melakukan "itu" Kembali... pikiran Jaemin selalu buyar saat ingin mengambil paksa jisung dari Renjun seperti tidak ingin menjauhkan Renjun dengan sang putra
"Maafkan aku Renjun"
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya turun dari mobil untuk menunggu Jisung keluar. Jaemin melingkarkan lengannya di pinggang Renjun dengan protektif. Namun, bisik-bisik mulai terdengar di antara para orang tua yang juga sedang menunggu anak-anak mereka. Beberapa ibu ibu muda dan pria sub mulai memandang sinis ke arah Renjun.
"Eh lihat si Jelang itu lagi bawa mangsa baru lagi," bisik salah satu ibu-ibu.
"Dasar cantik tapi gatel. Suka godain suami orang," sambung yang lain.
"Oh pantes tiba tiba naik pangkat godain boss nya toh"
"Apa dia jual tubuhnya lagi? Ih, dasar murahan. Pantes punya anak nggak jelas siapa bapaknya."
"Betul tuh nggak heran anak nya nggak jelas siapa bapaknya..orang ibunya jadi simpan orang dasar pelakor"
Gunjingan gunjingan itu menyakitkan tapi Renjun hanya bisa menunduk dan memejamkan matanya. Renjun sudah terbiasa dihina seperti itu. Asal bukan Jisung yang dihina tidak papa Renjun rela menahan semua caci maki itu.
Namun, Jaemin tidak bisa menahan amarahnya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal hingga urat-uratnya tampak jelas. Tangan yang semula melingkar di pinggang Renjun kini turun dan dengan cepat Jaemin berjalan menuju salah satu orang yang menghina Renjun.
Jisung yang baru keluar kelas, segera memeluk Renjun. "Hai, Mama!"
Renjun berusaha tersenyum. "Hai, sayang. Bagaimana belajarnya hari ini?"
"Jisung bisa kok! Jisung kan pintar," jawabnya riang.
"Tentu saja. Jisungnya Mama memang yang paling pandai," balas Renjun sambil mencium pipi anaknya.
Namun, Jisung tiba-tiba menunjuk ke arah Jaemin yang sedang marah. "MAMA lihat!!! Papa hampir menghajar orang orang yang suka menghina Mama."
Renjun terkejut dan menoleh ke arah yang ditunjukkan Jisung. Renjun melihat Jaemin yang hampir memukul seorang ibu muda sebelum ditahan oleh dua security sekolah.
"SIALAN, APA YANG KAU KATAKAN TENTANG ISTRIKU, HAH?!" teriak Jaemin, penuh emosi, berusaha melepaskan diri dari pegangan security.
BUGH!!
BUGH!!
BUGH!!!
"NA JAEMIN, BERHENTI!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love✔️ [JaemRen ver]
Fanfic[Remake] Di balik citra dingin yang selalu ditampilkan, Na Jaemin adalah seorang yang penuh perhatian. Namun, masa kecil yang dipenuhi kurangnya kasih sayang dari orangtua telah mengubah Jaemin. Orangtuanya, terutama ibunya, membentuk Jaemin menjadi...