Bertemu Ayah #4

92 13 0
                                    

WAJIBB VOTE DAN FOLLOW YAAA.... KOMEN JUGA DONG MENURUT KALIAN CERITA INI GIMANA

Di hari Minggu yang cerah, Renjun duduk termenung di ruang tamunya. Matahari bersinar terang di luar, tetapi hatinya gelap oleh awan kecemasan dan kesedihan. Bagaimana mungkin Jaemin tega ingin mengambil satu-satunya harta berharga yang dimilikinya?

"Mengapa kau lakukan itu, Na Jaemin?" batinnya, merasakan hatinya seakan hancur berkeping-keping. Kenangan masa lalu kembali menghantui pikirannya, membuatnya semakin bingung dan terluka.

Saat sedang larut dalam pikirannya, Renjun dikejutkan oleh ketukan pintu di depan rumahnya.

"Tok, tok, tok~"

Renjun pun berdiri dengan perlahan, berjalan menuju pintu dengan perasaan cemas. Jantungnya berdegup kencang, penuh kekhawatiran.

"Ya, siap...a," ucapnya terhenti sejenak karena melihat siapa yang datang.

Di depan pintu, berdiri Jaemin bersama Sion. Sosok Jaemin yang tegap dan berwibawa membuat Renjun merasa napasnya terhenti sejenak. Sosok ini, yang pernah begitu dekat dengannya, kini datang membawa ancaman.

"Tidak usah basa-basi. Aku ingin menemui Jisung," ujar Jaemin dengan nada tegas, tanpa sedikit pun keraguan.

"Tidak, Tuan Na. Saya mohon, tidak... Saya tidak memberi izin," jawab Renjun dengan nada panik, suaranya bergetar. Ia merasa lututnya hampir tidak mampu menopang berat tubuhnya.

"Jangan keras kepala, Renjun. Dia anakku. Aku berhak atas Jisung," balas Jaemin dengan nada yang lebih tegas, matanya menatap tajam ke arah Renjun.

Renjun merasa bimbang. Renjun sangat takut Jaemin akan mengambil Jisung darinya. Jisung adalah satu-satunya yang dimilikinya, dan Renjun sangat menyayangi sang putra.

"Tidak... Dia bukan anakmu. Saat di rumah sakit itu, aku berbohong.... Ya, berbohong. Tidak mungkin kan orang seperti aku menjadi ibu dari anakmu.... Jisung hanya anakku... ya, anakku. Dia tidak punya ayah. Dia hanya punya aku, mamanya," jawab Renjun dengan gemetar, mencoba menutupi kebenaran.

Jaemin tentu tidak percaya. Dia sudah melakukan tes DNA dan hasilnya jelas menunjukkan bahwa Jisung adalah anaknya.

"Tidak, Renjun. Jangan bohong. Jisung itu anakku. Aku minta maaf padamu dulu aku menyentuhmu saat mabuk. Aku akui saat aku muda aku sangat brengsek. Tapi aku mohon, Renjun, berikan Jisung padaku. Aku janji tidak akan menikahi siapapun, termasuk Hanna. Aku mohon, aku ingin Jisung. Akan ku jadikan dia pewaris kekayaanku. Akan ku didik dia menjadi seorang pemimpin," kata Jaemin tegas sambil menyentuh pundak Renjun.

"Tidak! Tidak, aku tidak mau. Jisung hanya anakku. Aku yang membesarkannya, yang mengajarinya berbicara, yang melahirkannya, yang mengantarkan langkah pertamanya ke sekolah. Hanya aku, Jaemin. Tidak ada sosok ayah," ucap Renjun dengan tegas, menyentak tangan Jaemin dari pundaknya. Matanya penuh air mata, memandang Jaemin dengan tatapan putus asa.

Tangis Renjun sudah tidak bisa dibendung lagi. Tidak ada seorang ibu yang rela anaknya diambil. Jisung hanya anaknya, ya, hanya anak Renjun.

"Renjun, dengar. Kau ingin kembali kuliah, kan? Kau putus kuliah S2 karena ada Jisung saat itu. Berikan Jisung padaku. Aku akan biayai kuliahmumu. Kau akan mendapatkan uang setiap bulannya dariku. Tapi berikan Jisung," bujuk Jaemin, mencoba menawarkan solusi.

"Tidak, Jaem... Aku ti...," sebelum Renjun menyelesaikan kalimatnya, Jisung yang baru bangun dari tidur siangnya keluar dari kamar dan mencari mamanya. Jisung melihat mamanya sedang berbicara dengan seseorang yang Jisung kenal sebagai orang yang membawanya ke rumah sakit.

"Paman...," panggil Jisung dengan suara polos.

Jaemin dan Renjun menoleh dan melihat Jisung berdiri di samping kaki ibunya. Renjun segera menarik Jisung ke dalam pelukannya, memeluk putranya dengan posesif.

Jaemin menatap Jisung dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya. Jaemin meraih kepala Jisung dan membelai rambut lembut putranya.

"Anakku... Ini Papa, Jisung. Panggil aku Papa," kata Jaemin dengan lembut.

"Papa?" tanya Jisung dengan mata berbinar.

Jaemin merasa sangat bahagia mendengar Jisung memanggilnya seperti itu. Jaemin menarik Jisung perlahan dari dekapan Renjun yang sudah lemas karena terus menangis, dan mengecup pelipis putranya dengan penuh kasih sayang.

"Iya, Jisung. Iya, ini papa," jawab Jaemin lembut, matanya memancarkan kasih sayang yang tulus.

"Papa, kenapa Papa baru pulang sekarang? Jisung rindu sekali. Walaupun Jisung tidak pernah bertemu Papa, tapi Jisung senang Papa pulang," kata Jisung dengan mata berkaca-kaca, merasakan kebahagiaan yang tidak pernah jisung rasakan sebelumnya.

"Pulang? Apa maksud pulang dari anakku ini?" pikir Jaemin, tetapi Jaemin biarkan saja. Yang penting, dia sudah bertemu dengan anaknya.

"Iya, sekarang Jisung mau kan pulang dengan Papa?" tanya Jaemin dengan harapan, mencoba meraih hati putranya.

Pernyataan ini membuat air mata Renjun kembali berderai, tangannya meremas dadanya yang terasa sangat sakit. Renjun tahu bahwa perjuangannya untuk mempertahankan Jisung akan menjadi lebih sulit dari yang ia bayangkan.

"Pulang berarti kita akan pindah ya, Papa? Ya? Kita akan pindah sama-sama? Tinggal bersama? Nanti Papa temani Jisung bermain? Temani Jisung belajar? Nanti Mama masak makanan yang enak, ya Mama? ...Ya?" tanya Jisung polos sambil melihat ke arah mamanya.

Jisung terkejut melihat wajah cantik mamanya menjadi merah dengan air mata yang mengalir deras. Renjun terduduk, tidak mampu menopang berat tubuhnya.

"Mama, kenapa Mama menangis? Papa sudah pulang, Ma. Kok Mama menangis?" kata Jisung sambil menghapus air mata sang ibu dengan tangannya yang kecil.

Jisung lalu melihat ke arah Papanya, "Papa, nanti kita pergi bersama, kan? Jisung, Mama, dan Papa."

"Tidak, Jisung. Hanya Papa dan Jisung yang pergi, tidak bersama Mama," jawab Jaemin tegas, suaranya dingin.

"APA?!!" Jisung berteriak, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Renjun merasa hancur mendengar percakapan ini. Tangisannya semakin keras, hatinya seakan tercabik-cabik. Renjun tahu, perjuangannya untuk mempertahankan Jisung akan menjadi lebih sulit dari yang dia bayangkan. Namun, demi putranya, Renjun siap menghadapi segala rintangan.

Di dalam benaknya, Renjun berjanji bahwa dia akan berjuang habis-habisan demi mempertahankan hak asuh atas Jisung. Renjun tahu bahwa ini bukan hanya tentang hak asuh, tetapi tentang masa depan dan kebahagiaan anaknya. Tidak ada yang bisa memisahkan seorang ibu dari anaknya, dan Renjun akan memastikan bahwa Jisung tetap berada di sisinya, apapun yang terjadi. Meskipun harus melawan Jaemin sekalipun

My Love✔️ [JaemRen ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang