🫧SEMANIS BUBBLE GUM🫧

178 18 1
                                    


Asgaf melangkah keluar dari kamarnya yang juga berhadapan dengan kamar Hana.

Di detik yang sama, Asgaf melihat Hana keluar kamar di waktu yang berbarengan.

Netra mereka saling mengunci, seakan larut dalam pikiran masing masing. Mereka berdua seolah enggan mengalihkan pandangan.

1 𝘥𝘦𝘵𝘪𝘬

2 𝘥𝘦𝘵𝘪𝘬

3 𝘥𝘦𝘵𝘪𝘬

  "Cie cie, ngapain sih tatap tatapan gitu di depan pintu," Anzan yang sedang duduk di sofa menggoda mereka. Sejak tadi ia menikmati momen tersebut.

Hana yang tersadar pun melepaskan pandangannya. Meraih bantal di sofa dan melemparnya tepat di muka Anzan.

  "Apasih! berisik tau nggak." kesal Hana berlalu duduk disofa.

  "Mau kemana, Gaf? rapi amat kaya Raffi Ahmad," Anzan bertanya melihat penampilan Asgaf yang rapih.

  "Yeuh, balik dulu Gua, Jan. di tanyain Buna dari kemarin."

  "Lu ga ikut, Ya? Masa suaminya pergi kerumah orang tua, Yayanya nggak ikut sih?" cecar Anzan

Hana menggeleng ragu.

  '𝘎𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘪𝘬𝘶𝘵? 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘢𝘫𝘢𝘬 𝘫𝘶𝘨𝘢.' Begitu pikir Hana.

  "Lu juga Gaf, masa si Yaya nggak diajakin,"

  "Ini baru mau diajak. Han, mau ikut nggak ke rumah Orang tua Saya?"

  "Ikut dong, masa Adek nggak ikut kerumah mertua." Sahut ayah berjalan mendekati tempat duduk kosong disamping Anzan.

  "Ayah..." Hana merengek.

  "Gapapa Han, kalau kamu belum siap kerumah Orang tua Saya, nanti aja kalau udah siap." Jelas Asgaf.

  "Ikut dong, pasti keluarga Asgaf juga pengen kenalan sama Adek." bukan Ayah yang berbicara, tapi Ibu yang baru saja bergabung di ruangan itu.

  "Gapapa Bu, mungkin lain kali bisa. Kayak nya Hana belum si-"

  "Hana ikut! tunggu sebentar, aku ke kamar siap siap dulu." Hana memotong bicara Asgaf dan kembali masuk kamarnya.

  "Adek-adek..." Ayah dan ibu dibuat heran dengan sikap anak perempuan semata wayang mereka.

***

Ruang tamu rumah Hana
Pukul 15.03

  "Ayah." Hana memeluk cinta pertama nya itu.

  "Uluh uluh manjanya anak Ayah."
Yang dipeluk hanya cengar cengir girang tak karuan.

  "Abang ikut aja yuk kerumah kak Asgaf, Abang kan udah akrab sama keluarganya." Pinta sang Adik.

  "Nggak bisa gitu dong Dek, kan Adek mau ketemu mertua. mau dikenalin ke keluarga besar Asgaf." Ibu kembali menenangkan.

  "Tapi Hana takut, Bu." Hana masih memeluk Ayahnya.

  "Han, coba hadapi yang ada didepan. ini udah jadi jalan hidup Kamu yang di tetapkan oleh Allah, Nak." Ayah mencoba memberikan pemahaman.

  "Nanti kalau Hana dijulitin sodaranya Kak Asgaf gimana, Yah?"

  "Kan Hana yang udah bikin Kak Asgaf jadi masuk ke dalam rumitnya permasalahan yang Hana punya." Sambungnya lagi.

  "Hai, tenang Hana. Kan ada Saya. Lagian Saya sendiri yang mencalonkan diri masuk ke hidup Kamu." Asgaf yang menjawab, ia mendengar semua keluhan istrinya itu.

  "Aw sosweet" Anzan meledek Adiknya.

  "AYAH ITU ABANG NYA NYEBELIN
BANGET SIHH?!"

"Udah sana berangkat, kasian Asgaf udah nungguin dari tadi, takut Asgafnya lumutan gimana hayo?" Ayah berkelakar.

  "Ayah. ibu, Asgaf sama Hana berangkat dulu ya." Pamit Asgaf.

Hana pun mencium tangan Ayah dan ibunya.

  "Senyum dong, Dek. masa mau ketemu mertua cemberut gitu." Ujar Ibu pada Hana.

    "Iya ini udah senyum nih," Hana menarik pipi, memberikan senyum termanis nya.

***

Mobil berwarna putih itu terparkir rapi didepan pagar hitam yang menjulang tinggi.

Hana dapat melihat antrian mobil lainnya diteras rumah, menandakan ramainya orang yang berkumpul di rumah tersebut.

Ketika Asgaf hendak membuka pintu mobil, tangannya di tahan oleh perempuan yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.

𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘯𝘢?

Asgaf menatap Hana yang seolah meminta bantuan darinya agar bisa keluar dari situasi yang tak di inginkan ini.

Asgaf menaikkan alisnya bingung.

"Kenapa?" Hana tak menjawab.

"Kamu gugup ya, Han?" tanya nya lagi.

'𝘗𝘢𝘬𝘦 𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪' batih Hana keki.

Hana memalingkan wajah saat menjawab.

"Siapa sih kak? yang nggak takut ketemu keluarga besar dari suami pengganti nya." Hana menunduk takut dengan apa yang ia sampaikan.

"Tenang, kan ada Saya Han. kita hadapi sama sama ya. Lagian keluarga Saya pasti ngerti sama kondisi kita." Ucapnya berusaha meyakinkan Hana.

Tangan keduanya masih bersatu. Asgaf dapat merasa jemari perempuannya itu dingin.

"Keluarga Saya nggak akan menuntut apapun dari Kamu, Kalau pun ada Saya pasti membela kamu. karena Kamu istri Saya."

Hana masih terdiam dengan semua isi kepala nya.

Asgaf membuka Dashboard dihadapannya, mengambil sesuatu dan diberikannya pada Hana.

"Biar gak tegang Han." Asgaf tersenyum kecil.

Hana memukul pelan tangan Asgaf.

"Mana bisa diredain pake permen karet, emang aku anak kecil? lagian gak sopan tau, masa ketemu keluarganya Kak Asgaf sambil ngunyah permen karet," Hana melipat tangan di dada sembari memutar bola matanya malas.

'𝘓𝘶𝘤𝘶' Asgaf membenak.

"Ya kan siapa tau?"

"Gak usah macem macem ya Kak Asgaf,"

"Yaudah kalau kamu masih mau di mobil. Saya turun sendiri aja." Dengan santai Asgaf membuka pintu mobil dan berlalu.

𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳𝘴 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯? 𝘈𝘴𝘨𝘢𝘧 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘬𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘏𝘢𝘯𝘢? 𝘏𝘢𝘩𝘢𝘩𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘩𝘢𝘺𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢.

"KOK DIA SANTAI BANGET?!! PADAHAL DIA SUMBER MASALAH NYA." batin Hana berteriak.

Hana membuka pintu mobil dan berlari kecil mengikuti langkah sang Suami.

"Kak Asgaf bisa tungguin Hana gak si?" Hana meraih tangan kekar didepannya.
entah mendapatkan keberanian dari mana yang jelas ia butuh rangkulan dari suaminya saat ini.

"Gak bisa, kamu lama."

Hana menarik napasnya sekali lagi sebelum ia dan Asgaf memasuki gerbang.

Hana menyiapkan senyum terbaiknya.

Unexpected PlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang