🫧BERTEMU🫧

256 31 9
                                    

  "Raden?!" Pekik Hana melihat mantan calon suaminya itu. berdiri di depan rumahnya dengan tampilan berantakan. kantung matanya menghitam seperti tidak tidur berhari hari, rambutnya awut awutan, pakaian yang dipakai juga acak acakan. seperti tidak memiliki gairah hidup.

  "Hana.." Raden berucap lagi. membuat Hana muak setengah mati.

  "Ngapain Kamu disini?" Bergetar suara Hana menahan kekesalan.

Asgaf yang tidak tahu pun mulai membaca situasi. sepertinya laki laki ini adalah calon suami Hana yang ia gantikan.

  "PERGI! PERGI KAMU DARI SINI!!!!" Hana berteriak histeris.

Asgaf menenangkan Hana. mengajaknya masuk ke dalam dan mengabaikan Raden.

  "Tunggu, Han!" Raden menahan langkah Asgaf dan Hana.

  "Aku mau minta maaf, Aku–aku pengen perbaiki ini semua. ayo Han, kita masih bisa mulai dari awal lagi, bukannya kamu cintanya sama Aku?" Tergugu Raden menangis. ia seperti kehilangan akal selama tiga hari ini. terus terusan menyebut nama Hana. berkali kali ingin kabur dan menemui Hana secara langsung. hanya saja Ibunya melarang keras dirinya melakukan itu.

Tapi malam ini ia berhasil. menunggu berjam jam di depan rumah Hana yang tidak ada penghuninya sejak pagi.

  "Aku bisa nikahin Kamu besok, oh nggak! sekarang pun Aku bisa. ayo Han kita nikah." ujar Raden menyebutkan keinginan gilanya.

Ia tak peduli bahwa di samping Hana kini ada laki laki yang berstatus sebagai pasangan sah nya.

  "Kamu gila! Aku gak cinta sama Kamu. Aku benci. AKU BENCI SAMA KAMU RADEENNN!" Hana kembali berteriak.

Asgaf mengeluh dalam hati, ini tidak baik untuk Hana. maka dari itu ia memutuskan untuk berbicara setelah dari tadi hanya diam melihat.

  "Maaf, Mas. Hananya capek. butuh istirahat. mungkin lain kali bisa di lanjut ngobrolnya." Asgaf berusaha menengahi. dia sebenarnya merasa tak berhak untuk ikut campur. tapi sepertinya Hana betul betul muak dengan laki laki di hadapannya.

  "Kenapa Kamu terima dia gitu aja, Han? atau jangan jangan kamu emang udah 'main'  sama dia di belakang ak—"

bugh

Ucapan Raden terputus kala seseorang meninju rahangnya membuat Hana memekik jeri.

Bukan Asgaf yang memukul Raden. tapi Anzan yang barus saja tiba.

  "MAKSUD LO APA?!" Anzan mencengkram baju Raden. ia naik pitam. tak terima jika Adiknya di bilang demikian.

   "Bang Anzan.." Raden berujar.

  "Jangan panggil Gua Abang!" Anzan berteriak marah. "Lo yang brengsek, Lo ninggalin Adek Gua di hari H pernikahan kalian. bikin nama keluarga Gua kecoreng!" Anzan kembali meneriaki Raden persis di hadapan wajahnya.

bugh

    "Ini buat Lo yang udah bikin Adek gua nangis." Kali ini Anzan menghantam pelipis Raden.

bugh

Anzan meninju hidung Raden sehingga mengeluarkan darah.

Asgaf melerai Anzan setelah dirasa amarahnya cukup mereda.
 
Anzan kembali mendekat pada Raden.    "Bukan Adek Gua yang salah, Tapi Lo! Lo yang mau maunya aja di 'setir', sama Ibu sendiri! nggak punya pendirian. dasar brengsek." Anzan kembali mendekat meskipun sudah Asgaf cegah. kini tangannya mencengkram kerah baju Raden.

  "Listen to me. Jangan pernah sekali kali lu dateng kesini lagi. apalagi sampai mikir mau nikahin adek Gua." Raut wajah Anzqn tak main main saat mengucapkannya.

  "Huh? nikah sama Adek Gua?! mimpi kali Lo. sekarang Adek Gua udah dapet pengganti yang lebih baik." Anzan sengaja menekankan kata 'pengganti' dalam kalimatnya. ia pun masuk ke dalam rumah tanpa berucap apa apa lagi.

Hana juga menyusul Abangnya. ia rasa tak ada yang perlu di bicarakan lagi. semua kata kata Kakak nya telah mewakili seluruh isi hatinya. 'Raden emang brengsek!'

Asgaf hendak beranjak juga ketika suara Raden menginterupsinya.

  "Gua masih heran. kenapa Lu bisa mau sama Hana yang notabenenya 'bekas' Gua." dengan wajah penuh lebam Raden bertanya.

  "Bekas? maaf Saya pikir Kamu salah ucap. Kamu dan Hana belum tertaut hubungan apa apa selain taaruf." Asgaf mengendalikan suara nya agar stabil. dirinya bergejolak ketika mendengar Raden menyebutkan kata 'bekas' pada Hana.

  "We never know. saran Gua, mending Lu lepas dia sekarang juga." Raden berkata dengan senyum meremehkan.

  "Kenapa? Saya hanya mengambil apa yang Kamu lepas. lagipula Hana perempuan baik baik." Asgaf kembali melangkah pergi namun ia kembali berucap tanpa menolehkan kepalanya.

  "Dan Saya peringati Kamu untuk tidak mengajaknya menikah lagi. karna dia," Asgaf menolehkan palanya sembari tersenyum.

  "Telah menjadi milik Saya."

Asgaf pun pergi meninggalkan Raden yang kembali termangu.

***

gimana guys, part kali ini freak ga sih? kok aku ngerasanya freak ya😭

ada yang mau kalian ucapin ke raden?

spam emot ini 🫧 kalau mau cepet cepet ketemu sama part selanjutnya

see you all👋🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected PlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang