Part ini bakal panjang jadi jangan lupa follow
Hari-hari berikutnya kehidupan Renjun dan Jeno menjadi semakin kacau karena Lele si tuyul kecil yang lucu tapi selalu membuat masalah terus saja melakukan hal-hal aneh yang membuat mereka harus berurusan dengan tetangga hampir setiap hari.Pagi itu, Renjun sedang mencoba menikmati secangkir kopi di teras rumah mereka yang kecil, ketika tiba-tiba terdengar teriakan keras dari Bu Joy lagi. “Mas Jeno! Mas Renjun! Kenapa guling saya ada di genteng kalian?!”
Renjun tersedak kopinya dan segera berlari ke belakang rumah. Di atas genteng, terlihat jelas guling merah muda milik Bu Joy tergeletak dengan santai. Di sebelahnya tampak Lele sedang duduk sambil mengibas-ngibaskan kakinya, tampak sangat puas dengan perbuatannya.
"Lele!" Renjun berteriak, dan Lele segera melompat turun dari genteng, masuk ke dalam rumah dengan kecepatan kilat. Renjun hanya bisa meminta maaf kepada Bu Joy yang sudah merengut di depan pagar. “Maaf ya, Bu Joy ini mungkin angin kencang yang menerbangkan gulingnya,” kata Renjun, mencoba mencari alasan yang masuk akal.
Jeno yang baru bangun tidur keluar dari rumah sambil menguap lebar, matanya masih setengah tertutup. “Ada apa lagi, Renjun? Kenapa kamu ribut-ribut pagi-pagi?”
Renjun menatap Jeno dengan tajam. “Kamu tahu nggak? Lele barusan ngambil gulingnya Bu Joy dan taruh di genteng kita!”
Jeno hanya bisa menghela napas panjang sambil menggaruk kepalanya. “Yah, namanya juga tuyul, Ren. Mungkin dia lagi bosan mencuri uang receh, jadi sekarang pindah mencuri barang-barang aneh.”
Renjun melotot kesal. “Ini nggak lucu, Jen! Setiap hari ada saja barang tetangga yang hilang terus ketemu di tempat kita. Kalau begini terus, kita bisa diusir dari sini!”
Jeno mencoba menenangkan Renjun, menepuk bahunya dengan lembut. “Tenang, Renjun, aku janji aku bakal ngomong sama Lele biar dia berhenti mencuri barang-barang tetangga. Lele harus tahu batasnya juga.”
Malam harinya, Jeno benar-benar mencoba berbicara dengan Lele si tuyul kecil itu. Jeno menempatkan Lele di meja makan seperti saat pertama kali mereka bertemu, sementara Renjun berdiri di belakang, melipat tangan dengan wajah penuh kecurigaan.
“Dengar, Lele,” kata Jeno dengan serius, “Kamu nggak boleh ambil barang-barang tetangga lagi, ya? Kita sudah dapat uang receh yang cukup, dan kita nggak mau kena masalah.”
Lele hanya mengangguk-angguk, tapi matanya yang licik membuat Renjun merasa tidak yakin kalau tuyul kecil itu benar-benar akan menurut. “Aku nggak yakin dia paham, Jen. Dia itu tuyul, bukan anak kecil yang bisa dikasih nasihat.”
Namun, Lele ternyata cukup cerdik. Semenjak malam itu, dia berhenti mencuri barang-barang tetangga. Sebagai gantinya, Lele mulai mencuri hal-hal yang lebih… aneh. Suatu pagi, Renjun dan Jeno menemukan halaman rumah mereka penuh dengan bunga-bunga indah yang sebelumnya tumbuh di halaman depan rumah tetangga mereka.
Tetangga lain mulai kebingungan karena tanaman hias mereka tiba-tiba hilang dan berpindah ke halaman rumah Renjun dan Jeno. Bahkan ada satu kejadian di mana Pak Chanyeol, tetangga sebelah yang suka pelihara ayam, mendapati satu ekor ayamnya tidur-tiduran di kursi taman depan rumah Renjun.
“Mas Jeno, Mas Renjun! Kenapa ayam saya betah nongkrong di sini?” Pak Chanyeol bertanya dengan alis terangkat. Renjun hanya bisa tersenyum kaku sementara Jeno mencoba mengelus-elus si ayam agar kembali ke rumah Pak Chanyeol.
Yang lebih parah, Lele bahkan mulai mencuri barang-barang yang lebih sulit dijelaskan. Suatu malam, Jeno terbangun dan menemukan Lele membawa sebuah patung kecil dari kuil desa ke tengah ruang tamu mereka. Renjun yang baru keluar dari kamar mandi hampir pingsan ketika melihat patung itu berdiri tegak di atas karpet ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JenRen Box (For Your Jellies)
Hayran KurguOneshoot/Twoshoot/Series about NoRen 1#The prince 2#.....