6

108 66 54
                                    

Happy reading

Liona merebahkan tubuhnya di atas kasur, hari ini lumayan cukup menguras energi nya. Ia menatap langit kamarnya, "ini orang tua aku engga jenguk aku?"

"Apa aku besok mampir ke kost kostan ya habis pulang kuliah? Siapa tau kan, mama sama papa jenguk aku ke kost kostan. Cuma, aku nya aja yang enggak tau."

Liona menghela nafasnya pelan, ia melirik ke arah jam dinding di kamarnya itu, "udah sore, mau bersih bersih aja deh." Liona mulai bangkit dari tidurnya. Ia berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya.

Tak membutuhkan waktu yang lama. Liona keluar dari kamar mandi, ia kini terlihat makin segar dari sebelumnya. Setelah berganti pakaian, Liona tak lupa juga mengerjakan kewajibannya. Setelah selesai melakukan kewajibannya, ia kembali bersantai di tepi kasur, "tas aku mana ya?" ujarnya.

"Oh iya, kan di bawah. Lupa enggak aku ambil juga tadi waktu kesini." Liona menepuk pelan dahinya.

"Males banget harus turun lagi, tapi di dalam tas aku ada ponsel aku."

Mau tak mau, Liona turun kebawah lagi. Sebenernya ia lelah harus naik turun tangga, apa di rumah yang besar ini tidak ada lift? Liona sendiri lebih baik tinggal di bawah, daripada atas.

Mata Liona seketika berbinar. Melihat orang yang dia cari cari sedari tadi, "ada Bibi Rania." Liona mempercepat langkahnya.

"Bibi ... " Bibi Rania menoleh, ia tersenyum lembut melihat Liona yang menyapanya dengan senyuman manisnya. "Eh ada Nak Liona,"

"Mau kemana ini?" lanjutnya.

"Mau ambil tas, tapi aku enggak tau dimana."

"Lah? Kok bisa kamu enggak tau tas kamu sendiri?" heran Bibi Rania.

"Tadi tas aku di taruh sama adek nya pak Kaizen. Enggak tau, di taruh dimana."

"Oh tadi Nak Ragash kesini?" Liona menganggukkan kepalanya pelan, "iya Bik."

"Tas kamu warna apa emangnya?"

"Warna hitam, Bik."

"Oh, udah Bibi simpen. Takut hilang, jadi Bibi simpen dulu."

Liona tersenyum, "iya kah?"

Bibi Rania menganggukkan kepalanya pelan, "iya, bentar Bibi ambil dulu."

Liona menganggukkan kepalanya cepat. Ia kini tengah di ruang tamu. Netra Liona sedari tadi tidak diam, ia menelusuri setiap sudut mansion milik Kaizen. Benar benar tempat yang nyaman untuk di tempati.

Liona sendiri masih belum berani untuk duduk di sofa yang ada disana. Melihat sofanya saja, Liona sudah mencium aroma uang. Ia juga takut merusak barang yang ada di dalam sini. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk bisa mengontrol tangannya.

"Bibi Rania kok lama banget ya?" Sambil menunggu Bibi Rania yang tak kunjung datang. Netra Liona masih menelusuri setiap rinci isi di dalam mansion.

Tiba tiba, netra Liona terkunci pada jam tangan yang ada di meja. Tempat tak jauh dari dirinya berdiri. "Itu jam tangan bagus banget, warnanya juga bagus."

Enemies to LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang