8

48 26 5
                                    

Happy reading

"NENEK, KAKEK"

Felix tersenyum senang, lalu berlari menghampiri sepasang kekasih paruh bayah, tapi masih terlihat menawan dan cantik.

"Cucu Nenek ... " Mireya argantara langsung memeluk Felix ke dalam dekapannya dan mencium seluruh wajah mungil cucunya itu.

"Mama, Papa kesini kenapa enggak ngabarin ke Kaizen?" tanya Kaizen.

"Buang jauh jauh pekerjaanmu itu. Mama kamu sudah mengirim pesan padamu." jawab Batara saka argantara.

"Mama udah ngirim pesan ke kamu. Tapi sama kamu enggak di baca baca, yaudah Mama sama Papa langsung kesini." sahut mireya.

Kaizen langsung mencari ponselnya di saku celananya. Namun, tidak ada. "Ponsel Kaizen ada di kamar, Mah." ujar Kaizen dengan merasa bersalah.

"Gapapa,"

"Eh? Ini siapa kok cantik banget?" tanya Mireya pada Kaizen.

Liona tersenyum kikuk, ia melirik pelan ke arah Kaizen. "Aku babysitter nya Felix, tan." Tidak ada lagi, ia harus berpura pura menjadi babysitter Felix.

Mireya menoleh pada Kaizen. "Loh? Sejak kapan kamu tertarik pake babysitter?" herannya. Sebab, dari awal, Mireya sudah menyuruh Kaizen untuk memakai babysitter. Namun, Kaizen menolaknya mentah mentah.

"Baru sekarang, Mah." jawab Kaizen seadanya.

"Kakak ini yang bantu Felix belajal, Nek, " sahut Felix.

Mireya menunduk menatap cucunya itu, "oh iya? Bagus dong. Felix jadi bisa belajar sama kakak cantik."

"Iya, Nenek. Felix seneng banget."

Mireya tersenyum, "nama kamu siapa, nak?"

"Liona, Tan."

"Nama yang indah. Saya mireya dan ini suami saya, " ujar Mireya seraya menunjuk Batara yang ada di sampingnya.

Liona menganggukkan kepalanya, "terima kasih."

"Kaizen, dimana ragash?" Kaizen sontak menoleh ke Papanya itu, "di atas, Pah. Baru dateng dia."

"RAGASH, TURUN KAMU!" suara melengking milik Mireya masuk ke indra pendengaran mereka. Kaizen, Batara dan juga Felix sendiri tidak kaget dengan teriakan tiba tiba Mireya. Kebiasaan Mireya adalah teriak. Sehat sehat telinga orang yang berada di dekatnya.

Mireya yang sadar, ia tersenyum tipis ke Liona. "Eh, maaf ya Nak."

Liona membalasnya dengan senyuman juga, "gapapa, tan."

"LOH? PAPA SAMA MAMA KOK KESINI SIH?!"

Felix langsung menutup telinganya. Baru saja mireya diam, tapi ragash malah gantian merusak gendang telinga mereka.

"Anak sama Mama sama aja." gerutu Batara.

"Paman! Suara Paman bikin telinga Felix rusak, tau."

Ragash melirik Felix yang tengah bergelantung manja sama Mamanya. "Minggir lu, cil. Ini Mama gua," ujarnya seraya melepaskan tangan Felix dari Mireya.

Felix tidak mau kalah. Ia menggigit tangan Ragash yang berusaha menyingkirkannya dari Neneknya. "Rasain."

Ragash meringis pelan. Ia melotot pada Felix. "Wah, sekate kate ya lu sekarang."

"Seperti anak kecil." sahut Batara.

Ragash sontak menoleh pada Papanya yang tengah memasang wajah datar itu. "Papa kok ikutan kesini sih?" ujarnya tak senang.

Enemies to LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang