Bagaimana jika kedua insan yang tidak saling mengenal, harus menikah secara tiba tiba hanya karena sebuah kesalahpahaman?
Ini tentang liona yang harus terikat hubungan dengan kaizen seorang single daddy sekaligus pengusaha muda, hanya karena traged...
Mireya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Iya, panggil saya Mama aja. Saya dari dulu pengen punya Anak cewe, tapi yang keluar malah cowo semua."
Lagi lagi Liona bingung, ia bimbang. "Emang boleh, Tan?" tanyanya dengan pelan.
"Bukankah kamu ke kampus pagi ini?" Kaizen tiba tiba datang menyelah obrolan mereka berdua.
"Nanti jam 9, Pak." jawab Liona sopan. Kaizen hanya menganggukkan kepalanya saja mengiyakan.
"Kaizen ..."
Kaizen menoleh pada sang Mama, "iya, Mah?"
"Kamu suruh Liona manggil kamu mas dong."
Kaizen tersedak air ludahnya sendiri, ia menatap Mireya sekali lagi. Apa dia tidak salah dengar? Mamanya menyuruh Liona memanggilnya mas??
"Kamu kenapa?"
Kaizen menggelengkan kepalanya, "gapapa, Mah."
"Jadi, gimana? Kamu mau nggak? Di panggil mas, sama Liona?"
Demi apapun, Liona disana hanya diam bagaikan patung di antara kedua manusia di depannya. Liona tak berani menatap mata Kaizen. Ia sedari menundukkan kepalanya.
"Bukannya kamu mau ke kost kostan kamu?" Liona sontak saja mendongak, menoleh pada Kaizen.
"Hah? Oh iya, nanti pulang dari kampus, Pak."
"Kamu jangan ngalihin topik ya? Mama lagi ngomong sama kamu."
Kaizen menghela nafasnya pelan, ia menatap Mamanya itu. "Mah? Udah ah, mending Mama lanjutin aja itu masaknya," alibi Kaizen. Ia tak mau Mamanya membahas itu.
"Kamu ini di bilang -"
"KAKAA LIONAA!!" Semua sontak menoleh ke sumber suara. Seorang anak kecil berlari ke arah mereka dengan wajah bantalnya.
"Kakak ko ninggalin aku sendilian di kamal?"
Liona tersenyum, ia menghampiri Felix. "Maaf ya? Tadi kakak engga tega bangunin kamu, kamu tidurnya nyenyak banget itu."
Senyum Felix terbit, "Felix emang tidul nyenyak, Kak. Felix mimpi indah."
"Felix mimpi indah?" tanya Mireya.
Felix menganggukkan kepalanya cepat. "Iyaa. Felix kapan kapan tidul sama kakak lagi, ya?" tanyanya seraya mendongak menatap Liona.
"Boleh kok, tidur tiap hari juga gapapa."
Felix bersorak gembira, "horeee, Felix tidul sama kakak ... " Felix meloncat loncat gembira, "oh iya, kakak mau nolongin Felix gak?"
"Mau, apa itu?"
"Ajalin Felix gambal dong kak."
Liona tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya. "Boleh, nanti pulang dari kampus, kakak ajarin kamu ya?"
"Siapp kakk." Felix bersikap hormat.
"Aduh aduh, cucu nenek kayaknya suka banget ya sama kakak Lionanya? " sahut Mireya. Liona tersenyum canggung menanggapi ucapan Mireya.
"Iya dong, Nek. Felix suka banyak banyak sama kakak Liona."
"Kakak juga. Kakak suka banyak banyak sama Felix," jawab Liona.
Mireya terkekeh, "kalian berdua lucu banget ya? Kayak anak kecil ketemu anak kecil."
Liona hanya tersenyum manis. Lama lama mulutnya ini capek, sedari tadi senyum.
"Sayang, baju aku kemanaaa?"
Sontak saja, semua langsung menolah ke sumber suara. Batara, ia berhenti di tempatnya, saat dirinya menyadari jika ini bukan mansion miliknya. Tapi, mansion milik Putranya. Dia tidak ingat sama sekali jika dirinya menginap di sini.
"Kamu lupa? Ini bukan mansion kita, Pah?" ujar Mireya. Ia menghampiri suaminya itu yang tampaknya sedang menutupi malu.
"Aku lupa," cicit pelan Batara pada Mireya.
Mireya menggelengkan kepalanya. "Kamu nyari baju, kan? Baju nya udah aku siapin tadi. Ada di atas nakas."
"Kalo gitu aku ke kamar lagi. Makasih, sayang."
"Sama sama. Sana ganti baju dulu, terus turun lagi kesini, sarapan." Batara menganggukkan kepalanya, lalu meninggalkan mereka dan kembali menuju kamarnya.
"Nenek sama Kakek soswit dehh," ujar tiba tiba Felix.
Mireya tertawa, "iya dong. Papa kamu suruh nyari Mama buat kamu sana. Entar kamu bisa liat Papa kamu soswit juga."
Felix menoleh ke Kaizen. "Pah? Cali istli donggg. Bial Felix punya Mama juga nanti."
Kaizen tersenyum, ia mengelus kepala anaknya itu. "Iya sayang. Sekarang Felix mandi dulu ya? Belum mandi kan?" Felix menggelengkan kepalanya, "belum, Pah."
"Papa mandiin kamu sini."
"Loh? Kamu engga ke kantor?" Kaizen menoleh ke Mamanya, ia menggelengkan kepalanya, "engga, Mah."
"Mentang mentang kamu yang punya perusahannya, jadi libur seenaknya."
"Iya, nanti kalo udah, langsung kesini lagi. Sarapan pagi bersama."
"Siap, Mah."
Kaizen menggendong Felix dan mulai berjalan meninggalkan Mireya dan Liona di dapur. "Liona sayang, tolongin Mama naruh makanan yang udah siap ke atas meja, bisa?"
Ada desiran aneh saat Mireya memanggilnya seperti itu. Seperti ada yang aneh di dalam tubuhnya.
"Bisa, M-mah." Liona berusaha untuk terbiasa memanggil Mireya dengan sebutan Mama.
Mireya tersenyum manis. "Makasih ya sayang."
"Sama sama, Mah."
Liona mulai menaruh makanan yang sudah jadi di atas meja ruang makan. Ia merapikan meja nya, di atas meja juga sudah ada buah buahan yang selalu ada di atas meja.
Liona sendiri melihat makanan yang ia dan Mireya masak, membuat dirinya lapar. Mireya memasak cukup banyak lauk makanan, padahal isi rumah sebesar ini hanya sedikit, pikir Liona.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.