7

65 37 18
                                    

Happy reading

Tidak terasa, malam hari telah tiba. Angin malam hari yang cukup besar, yang membuat suasana kini menjadi dingin. Liona sendiri memakai baju yang cukup tebal. Dan itu atas pemberian Bibi Rania tadi.

"Dingin banget malam ini." Liona memeluk dirinya sendiri. Ia sendiri tipe orang yang tidak kuat jika dingin terlalu berlebihan.

Tokk... tokk... tokk

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Liona. "Kakak, kakak... ini Felix."

Liona segera membukakan pintu setelah mendengarkan teriakan Felix dari luar, "kamu kok lucu banget sih?" Liona mencubit pelan pipi Felix. Bagaimana Liona tidak gemas? Felix sekarang memakai baju tidur bergambar marvel, dengan rambutnya yang di ikat. Layaknya beberapa pohon yang tumbuh di kepalanya.

Felix cemberut kesal, "ih kakak, jangan cubit cubit pipi Felix dong."

"Eh, maaf ya? Sakit ya cubitan kakak?" Liona merasa bersalah. Sejujurnya ia barusan reflek mencubit pipi tembem Felix.

"Enggak kok. Cium Felix aja kakak, jangan cubit." Liona tersenyum mendengar penuturan polos Felix.

"Kakak cium ya?" Felix menganggukkan kepalanya. Liona pun langsung mencium kedua pipi tembem Felix setelah mendapat izin dari sang pemilik.

"Ih pipi Felix harum."

"Iya dong, pipi Felix selalu halum," bangga Felix.

Liona terkekeh, "ini Felix ngapain ke kamar kakak?"

"Kakak lupa? Katanya mau ajalin Felix baca."

Liona menepuk jidatnya pelan, "kakak lupa, maaf ya? Ayo sini belajar sama kakak."

Felix menganggukkan kepalanya, "ayo kak. Tapi, di bawah aja kak. Jangan disini."

"Oke, ayo kebawah." Liona dan Felix bergandeng tangan turun kebawah.  Di bawah sana juga ternyata ada Kaizen yang tengah sibuk dengan laptop yang ada di depannya.

"Kak, itu buku buku Felix. Kita belajal disana, oke?" Liona mengikuti arah tunjuk Felix. Ternyata buku buku milik Felix sudah ada di atas meja dan dekat dengan Kaizen yang juga tengah duduk di sofa ruang keluarga.

Liona hanya pasrah. Tangannya di tarik oleh Felix ke tempat dimana dirinya akan belajar. "Nah, kita disini aja belajalnya kak."

Liona menganggukkan kepalanya pelan.  Dengan diam diam melirik Kaizen yang tengah fokus dengan laptopnya. "Iya, belajar disini."

Liona mulai mengajarkan Felix membaca dan sekalian menulis. Felix tidak terlalu susah, dia anak yang nurut. Jadi, Liona tak susah susah untuk menjelaskan.

"Nah, sekarang kamu coba bilang huruf er ya."

Felix menganggukkan kepalanya, "ell... ell... ell..." Felix dengan susah payah mencoba membaca huruf yang menurutnya paling susah di ucapkan. Lidahnya sampai keluh, sedari tadi masih belum bisa membacanya dengan benar.

Tanpa mereka sadari. Kaizen sedari tadi melihat semua interaksi Liona dan Felix. Sejak awal mereka berdua datang dan mulai belajar bersama, Kaizen melihat semua gerak gerik mereka berdua. Walaupun kelihatannya Kaizen hanya fokus dengan pekerjaannya, namun Kaizen sendiri malah tak fokus untuk mengurus pekerjaannya. Ia salah fokus. Entah salah fokus sama siapa, dan salah fokus dengan apa.

"Udah gapapa, gausah di paksa. Felix belajar terus ya? Kakak yang ajarin Felix kok."

Senyum Felix mengembang, "horeee, Felix belajal sama kakak telusss."

"Kamu kok kayak seneng banget gitu sih?" heran Liona.

"Iya dong. Soalnya Felix gak belajal sama tante tante suluhan papa."

Alis Liona terangkat. Ia melirik Kaizen, yang ternyata juga tengah meliriknya. Cepat cepat Liona memutuskan kontak mata dengan Kaizen. "Hah? Tante tante suruhan papa kamu?"

Felix menganggukkan kepalanya, "iya kak. Dia enggak baik sama Felix. Dia habis belajal sama Felix pasti nanya mama Felix. Dia juga bilang, kalo Felix itu anak halam. Anak halam itu apa, kak?" Liona diam saat Felix tanya pada dirinya.

"Kenapa Felix engga cerita sama papa, hm?" Kaizen menaruh laptopnya. Ia  dirinya ke Felix.

"Felix lupa, hehe."

Kaizen menggelengkan kepalanya pelan, "kalo ada apa apa cerita ke papa. Terus sekarang Felix mau belajar sama siapa? Tahun depan kamu udah masuk sekolah." Kaizen berusaha agar Felix tidak membahas perihal anak haram itu lagi.

Felix menoleh ke Liona, "Felix belajal sama kak Liona. Nanti sebelum masuk sekolah, Felix pasti udah bisa bilang ell kok. Papa tenang aja, oke?" yakinnya.

Kaizen mengelus kepala Felix, "oke anak papa."

Liona hanya melihat interaksi antara Papa dan Putranya itu. Liona tiba tiba ingat sesuatu, ada yang harus ia bicarakan pada Kaizen. "Pak?"

Kaizen menatap Liona. Alis satunya terangkat, "ada apa?"

"Besok pulang dari kampus, aku izin ke kost kostan boleh kah? Mau ambil sesuatu disana."

"Boleh. Bilang saja ke sopir yang jemput kamu besok."

Liona menganggukkan kepalanya, "iya Pak, makasih." Kaizen hanya berdehem menanggapi Liona.

Liona diam. Ia masih memikirkan ucapan Felix barusan. Perihal yang Felix sebut anak haram, dan tante tante suruhan Papa nya untuk mengajarinya belajar. Siapa dia? Dan dimana sebenarnya Mama kandung Felix? Memikirkannya saja membuat Liona pusing.

"Widih, udah kayak keluarga kecil yang lagi ngumpul aja nih." Ragash tiba tiba nyelonong entah darimana.

"Darimana?"

"Keluar bang. Nih gua beliin makanan buat orang rumah." Ragash menyerahkan kantong plastik pada Kaizen.

"Felix minta boleh, Paman?"

Ragash melirik Felix yang tengah memasang wajah melas, "kagak boleh. Beli sendiri sana."

Felix memberikan side eyes ke Ragash, "huhh pelit. Paman pelit, pantes enggak punya cewe."

Mata Ragash melotot, "heh bocil! Sekate kate lu. Gini gini banyak yang antri."

Kaizen menghela nafasnya kasar. Di mana mana mereka berdua pasti ada aja tingkahnya. "Ragash, diem."

Ragash menuruti perintah Kaizen. Ia melirik Felix yang tengah memasang wajah tengilnya. Ingin sekali Ragash cakar cakar wajah bocah di depannya itu. "Gua ke atas dulu dah. Bang? Jangan lupa marvel."

Tanpa menunggu jawaban Kaizen. Ragash langsung meninggalkan Kaizen dan yang lain berada.

" Kamu makan ini." Kaizen menyerahkan makanan pemberian Ragash barusan pada Liona.

"Makasih Pak." Liona mulai sekarang tidak akan terlalu sungkan saat rezeki datang ke dirinya.

Kaizen hanya berdehem, "Felix, Papa ke kamar dulu ya?"

"Oke Papa. Nanti Felix bakal-"

"Mau kemana kamu, sayang?" Sontak saja, Kaizen, Liona, dan Felix menoleh bersamaan ke arah sumber suara.

"NENEK, KAKEK!"

Jangan lupa vote dan komen yaa!!Terimaa kasii yang udah mampir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen yaa!!
Terimaa kasii yang udah mampir. Have a good day.

Enemies to LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang