5

630 55 1
                                    

**

Semua kejadian kemarin sore terekam dikepala Renjun, dia sama sekali tidak keluar kamar dari tadi pagi, tidak tidur dari kemarin malam, dan mengabaikan Jeno sedari kemarin. Rasa malu, bersalah tertancap dibenak Renjun membuatnya tidak berani menunjukkan muka pada Haechan ataupun Jeno. Bencinya semakin dalam terhadap Jaemin. tidak seharusnya dia menikmati setiap sentuhan yang diberikan Jaemin, dia melakukan kesalahan yang besar.

"DDRRTTT!!" ponsel Renjun bergetar, dengan mata yang sembab Renjun menatap kelayar ponselnya. Dengan cepat Renjun menghapus airmatanya

"ya?"

"apa benar ini tuan Renjun?"

"iya benar. Bagaimana keadaan ibuku?"

"...."

"apa?! Sekarang?!"

Dengan segera Renjun menutup telpon tersebut dan menghubungi Jeno. Keadaan darurat mengharuskan agar dia pergi. Masa bodo dengan apa yang terjadi setelahnya dia tidak peduli. Tapi yang jelas dia harus melihat keadaan ibunya yang berada diluar negeri sekarang, dan sebaiknya tidak memberi tahu Jaemin untuk hal ini.

Sesampainya di Airport Renjun melihat ada sosok yang familiar dihadapannya. Ya.. Itu Jeno.

"apa kau akan ikut pergi bersamaku?"

°

°

°

Hari menjelang sore tapi Jaemin tak kunjung melihat Renjun berada dirumah, terakhir dia lihat, Renjun tengah ditelpon dan menelpon seseorang setelah itu terburu buru pergi keluar rumah dengan membawa sebuah koper. Kesalahan yang sangat fatal bagi Jaemin karena dia tidak memasang mic disamping kamera cctv rumahnya. Dia hanya bisa menatap layar bisu didepannya dengan cemas.

Kemana dia?

Kabur??

Pikiran Jaemin di penuhi rasa amarah, kecewa, sedih, semua tercampur jadi satu. Jaemin segera menelpon Jeno sang pemilik asli Renjun.

"Jeno dimana Renjun?!"

"apa?"

"kau sembunyikan dimana Renjun ku!!"

"a-apa?? Renjunmu??!!"

"cepat katakan."

"dia pergi. aku tidak tau dimana, tapi dia berjanji akan kembali secepatnya." jawaban dari Jeno menikam tepat di hatinya. Kenapa Renjun pamit ke Jeno tapi tidak pada dirinya? Kecemburuan membuat Jaemin kehilangan akal.

"jangan berbohong!! Aku tau kau hanya ingin memilikinya seutuhnya! Iya kan?! Cepat jawab atau aku akan menghampirimu dan membunuhmu sekarang!"

"aku sudah bilang aku tidak tau! Kalau pun aku ingin memilikinya seutuhnya. Harusnya sudah dari dulu aku menyembunyikan Renjun darimu!!" lagi lagi Jaemin tak bisa menjawab, memang benar. Jika Jeno mau mengambil Renjunnya seharusnya dari dulu dia sudah menyembunyikannya, tapi.. Sekarang Renjun ada dimana?

Dengan kasar Jaemin membanting telponnya dan mengumpat sekerasnya didalam ruangan tempat monitor yang merekam cctv dirumah itu.

°

Masih teringat jelas setiap detik ingatan yang baru saja dia lihat, dia mengalami trauma yang luar biasa, kejadian kemarin mengingatkannya pada masa lalu, dimana dia memiliki teman sejeruji yang bernama Chenle, mereka saling bercerita tentang kehidupan diluar jeruji, bercerita tentang pohon yang berbunga-bunga, anak anak seusia mereka bermain layangan, matahari menyinari setiap tanaman.

Berbeda dengan keadaan mereka saat ini, mereka diculik dan dijadikan budak. Hari hari Haechan bersama Chenle sangat indah, mereka berbagi makanan, saling tolong menolong ketika disuruh membersihkan kerak yang melekat dibesi jeruji, dan tidur saling berbagi selembar koran agar tidak kedinginan. Suatu hari, mendadak pintu jeruji digedor dengan keras meninmbulkan suara nyaring yang memekakan telinga, mereka terbangun bersamaan dan saling memeluk, suara kunci terbuka terdengar.

"CLANG!!"

Mereka merengut disudut ruangan yang gelap, tidak berani bersuara sama sekali, sosok pria berkacamata hitam menjulang tinggi menatap salah seorang dari mereka, sangat menakutkan. Matanya menatap tajam kearah Chenle, tak lama pria itu menarik Chenle dan menghempaskan ke lantai berlapis semen itu. Membuka paksa baju yang Chenle kenakan, saat itu Haechan dan Chenle masih sangatlah kecil, terlalu takut hingga membuat Haechan kencing dicelananya sendiri.

"HAECHANN!! HAECHANNN!! LARI!!CEPAT LARIIIII!!!!!!" Chenle terus berteriak sembari meronta ronta agar bisa terlepas dari pria tersebut. Haechan tidak bisa berlari yang bisa dia lakukan adalah berjongkok dan menyembunyikan kepalanya ketakutan, tidak lama kemudian Haechan mendengar suara teriakan Chenle yang melengking.

"ΑΑΑΚΚΗΗΗ!!!! AHHHH TIDAKKK!!!!!!!!!!!!"

Haechan serentak menoleh dan melihat kejadian yang sangat mengerikan, temannya tengah diperkosa oleh seorang pria secara paksa. Matanya melotot terkejut melihat Chenle hanya bisa menangis dan mendesah kesakitan. Pantatnya mengeluarkan banyak darah dan muka kiba mulai membiru.

Lama pemerkosaan itu terjadi, Haechan tidak bisa berbuat apa apa, kakinya terlalu lemas untuk memberikan Chenle bantuan. Setelah pria berkacamata hitam itu selesai berbenah dia meninggalkan Chenle yang tidak sadarkan diri, pantatnya tidak berhenti mengeluarkan darah dan juga cairan berwarna merah.

"Che-Chenle... Bangun, jangan tidur disini, disini dingin.." Berulang kali Haechan membangunkan Chenle, tapi tidak ada tanda tanda dia akan terbangun. Haechan melepas pakaiannya dan memakaikan bajunya ke Chenle, menggendong dan menaruhnya dikasur triplek yang biasa merek gunakan berdua. Malam itu Haechan terjaga hingga pagi hari

Haechan terbangun ketika secerah cahaya menyinari wajahnya, sinar matahari menerobos masuk disela sela jendela jeruji. Matanya memandang tempat dimana Chenle tidur, tapi tidak mendapati temannya berada disana. Haechan segera menatap ke seluruh penjuru ruangan melihat dengan seksama tapi tetap tidak menemukan sosok Chenle.

"PAMAN!! PAMANN DIMANA TEMANKU???" Haechan berteriak memanggil seorang penjaga pintu.

"DIA SUDAH DIBELI OLEH TUAN MUDA YANG KAYA RAYA! TIDAK PERLU MENGKHAWATIRKAN TEMANMU KHAWATIRKAN TENTANG DIRIMU SENDIRI." Haechan tertegun, dia begitu shock. Mereka belom sempat mengucapkan kata perpisahan, bahkan Haechan belum tau keadaannya bagaimana.

Semenjak saat itu Haechan menjadi pendiam, tidak pernah berbicara ataupun bereaksi. Hanya diam seakan akan dia adalah patung. Tidak ada satupun orang yang mau membelinya, karena dia terlalu pendiam dan tidak pernah berbicara. Itu yang membuatnya kini menjadi budak termahal yang pernah diperjual belikan pertama kali. Bertahun tahun lamanya dia terkurung dalam sel yang gelap. Kini akhirnya dia bisa keluar dan mendapat seorang tuan muda yang kaya raya, sama seperti Chenle. Tapi mimpi buruknya kembali teringat membuat Haechan begitu ketakutan dan terus menangis memanggil nama Chenle.

°

Hari menjelang malam, Jeno sempat lupa bahwa kini dia memiliki 1 orang keluarga lagi yang tengah menunggu dirumah, karena terburu buru Jeno mengencangkan laju mobilnya ke arah rumah.

Sesampainya dirumah, dia disambut para pelayan yang tengah menyiapkan makan malam.

"Dimana Haechan?"

" sedari pagi dia mengurung dirinya dikamar, tidak mau turun makan, bahkan tidak menjawab pertanyaan kami." seorang kepala pelayan mengintrupsi Jeno.

Khawatir, Jeno melangkah menuju kamar Haechan. Berulang kali Jeno mengetuk pintu dan memanggil namanya, tapi Haechan tidak menjawab. Tanpa pikir panjang Jeno mengeluarkan kunci Master dan membuka pintu kamar Haechan.

Diatas kasur, Haechan meringkuk. Ruangannya tidak begitu jelas, Jeno mencari saklar lampu dan akhirnya lampu menyala menunjukan wujud Haechan yang masih terdiam diatas kasur.

"Chan?? Ada apa??" mata Haechan menatap Jeno ketakutan, badannya gemetar, wajahnya pucat.

"hei, ini aku, kau ingat?" mata kosong Haechan berubah berwarna cerah kembali, secara perlahan mulut pucat itu merapalkan nama Jeno dengan lembut. Air matanya kembali tergerai jatuh ke pipi, Haechan memeluk Jeno dengan begitu erat dan tidak ingin melepaskannya, dia terus menerus menangis sesekali dia menyebut nama Jeno.

Malam itu Jeno terpaksa menemani Haechan, karena tangan Haechan sama sekali tidak pernah mau lepas dari pinggangnya

°

°

°

HALOOO SEMUANYA AKUU DOUBLE UP NIH HEHE
VOTE AND COMENT 😠👊🏻

PLEASE DON'T FVCK ME AGAIN « FT : NOMINHYUCK »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang