21

249 51 5
                                    


**

POV JAEMIN:

Tanganku mulai lecet di bagian pergelangan dalam, kenapa bahan kain seragam ini begitu kasar? Perih sekali ketika kain ini menggesek kedua tanganku. Sebuah sikat bergagang panjang dan juga bulat dibagian bawahnya menarik perhatianku. Apa ini sikat model baru? Kenapa ada didekat kloset? Tanpa berpikir lagi aku segera mengambil dan menggunakannya untuk mensikat seragam Haechan.

Terdengar suara langkah mendekat kearah kamar mandi tempatku mencuci baju seragam kasar itu. Kulihat Haechan tercengang dan tidak berkata-kata, sudah kuduga.. Aku adalah seorang calon suami yang bisa diandalkan.. Lihat betapa terkejutnya Haechan melihatku mencuci seragamnya.

"A-apa yang ada ditanganmu itu?" Suara gugup Haechan membuatku menoleh ke arahnya, mungkin dia benar benar terpesona dengan diriku yang serba bisa ini.

"Oh ini.. Tanganku perih dan aku menemukan sikat di dekat kloset, jadi aku mengambilnya dan mulai mencuci menggunakan sikat ini.. Tapi apakah jaman sekarang bentuk sikat memang aneh seperti ini?" Tanyaku padanya, telinga Haechan memerah seperti malu. Ya tuhan.. Siapa yang bisa menolak pesona ketampananku...

"Apa kau tau sikat apa yang kau gunakan?" Haechan menundukkan wajahnya dengan suara yang sedikit menekan membuatku ragu dengan apa yang telah aku lakukan.

"Sikat.. Pakaian.. kan?" suara yang muncul dari bibirku malah terkesan gugup dan takut. Diam-diam aku mencoba melihat matanya untuk memastikan apakah aku salah atau tidak.

"Keluarlah.. Biar aku saja yang mencucinya." Haechan mengusirku dengan paksa, tapi aku bersikukuh menolak karena kondisi Haechan saat ini tidak memungkinkan mengerjakan pekerjaan berat.

"No! Kau tidak bisa berjongkok lama.. Baby boy akan tertekan didalam.." Haechan menatapku sejenak, lalu menghela napas lelah.

"Itu bukan sikat pakaian.. Tapi sikat kloset.." Mendengar ucapan Haechan aku segera melempar sikat itu jauh-jauh, pantas saja bentuknya aneh ternyata itu untuk menyikat dalam kloset. lyaks!

"Lain kali bertanya padaku sebelum melakukan sesuatu. Kau tidak tau apapun tentang membersihkan rumah." Haechan membungkukkan badannya lalu membuang air yang ada dibak cuci baju, dia mengangkatnya ke dalam wastafel dan membilasnya lagi. Aku benar-benar merasa bersalah, apapun yang aku lakukan selalu tidak benar.

"Tidak apa-apa, ini pengalaman baru untukmu, terima kasih sudah membantuku dan memenuhi kulkas dengan makanan yang banyak." Haechan melanjutkan mencuci seragamnya di atas wastafel tanpa memperdulikan aku yang masih berdiri di depa pintu kamar mandi.

Rasanya aku tidak ingin pulang dan menemani Haechan dirumah saja, tapi lagi lagi dia terus mengusirku dengan berbagai macam alasan. Apa dia masih belum memaafkan kesalahanku? Aku hanya ingin menjadi pria terbaik dihidupnya.

"Pulanglah.. Aku butuh istirahat." Lagi. Dia mengusirku lagi! Aku berdecak kecil, menatapnya sejenak lalu segera mengemasi barang-barangku.

"Jaemin, tolong jangan beritahu siapapun tentang keberadaanku sekarang." Yah.. Sekarang aku mengerti mengapa dia terus-terusan mengusirku. Dia hanya takut Jeno menemukannya lagi.

"Aku tidak akan bilang siapapun." Kakiku berjalan mendekati Haechan yang duduk di depan meja makan lalu mengecup keningnya. Dapat terlihat wajah Haechan berubah menjadi merah padam, rasanya menyenangkan sekali menggoda beruang kecil ini.

"KA-KAUUU!!!" Haechan menutupi dahinya dengan telapak tangan.

"Hahaha... Maafkan aku, kau begitu menggemaskan.." Aku segera membuka pintu apartemen dan pergi dari sana, samar-samar terdengar teriakan Haechan yang sangat kencang. Begitu sampai di depan gedung apartemen, wajahku berubah kembali menjadi datar dan dingin.

"Jemput aku di jalan xxx, sekarang." Aku menelpon sopir pribadi untuk segera menjemputku dijalan yang agak jauh dari apartemen Haechan. Aku sudah berjanji untuk membungkam mulutku pada Haechan.

Aku berjalan cukup lama dan akhir sampai di jalan yang aku maksud tadi, sebuah mobil berwarna hitam pekat sudah terparkir rapi dipinggir jalan.

"Selamat malam tuan." Sang sopir itu menyapaku dengan sopan, aku hanya menganggukkan kepala membalasnya.

"Setelah ini tuan mau saya antar kemana?"

"Rumah sakit." Jawabku cuek.

"Baik." sang supir segera meng-iyakan jawabanku dan menyalakan mobil.

Selama diperjalanan rasa ngantuk mulai aku rasa, sudah lama sekali aku tidak tidur didalam mobil. Terakhir kali aku tidur dimobil saat berumur 9 tahun, waktu itu..

°

"Tuan.. Tuan...kita sudah sampai." sebuah suara membangunkanku dari tidur lelap, mataku mencoba menyesuaikan sinar lampu dari gedung putih didepan. Setelah benar-benar tersadar, dengan segera aku membuka pintu dan berjalan masuk kedalam gedung rumah sakit tersebut.

"Tolong lakukan tes dna pada urine ini." aku memberikan sebuah plastik sampel berisi air kencing yang aku ambil dari baju Haechan tadi kepada dokter laboratorium.

"Baik, hasil tes akan selesai 2 hari lagi." aku menganggukkan kepalaku dan segera pergi kembali kerumah, semoga Jeno tidak menyadari gerak gerikku.

Malam berlalu begitu cepat, walaupun Jeno dan Renjun telah membuat kesepakatan untuk berpisah, tapi Jeno tidak membiarkan Renjun susah, setidaknya mereka pernah menghabiskan masa masa indahnya dulu. Rasa bersalah menyelimuti hatiku saat ini.. Seandainya dulu aku tidak egois mungkin sampai sekarang mereka berdua akan tetap bersama. Bodohnya aku menjadi pihak ketiga diantara mereka.

°

"JENO!!! APA YANG KAU LAKUKAN!!! BAGAIMANA BISA BEBAN BIAYA MEMBENGKAK SEPERTI INI!!!!" aku dan Jeno terkejut, pembicaraan tentang bisnis kami terputus mendengar teriakan Renjun yang seperti hewan buas.

"Apa?! Bagaimana bisa?? Aku selalu mengecek dengan teliti." Jeno segera berdiri dan membaca laporan yang ada di tangan Renjun.

"Jika kau teliti tidak akan terjadi hal seperti ini! Bodoh!" hanya Renjun yang benar benar berani mengatai Jeno dengan kata kata kasar.

"Apa kau sudah menghubungi Departemen keuangan?" kulihat Mimik wajah Jeno terlihat tegang, seperti nominal yang tertulis disitu sekitar 3 digit.

"Tentu saja! Mereka akan mengecek ulang pengeluaran perusahaan dan membawa laporan baru kesini. Beruntung kepala Departemen keuangan menghubungi aku.. Jika tidak, mungkin besok perusahaan ini akan bangkrut." Renjun duduk disampingku.. Entahlah.. Mungkin hanya perasaanku saja, bisa kulihat dia terus menatapku seakan mencoba membaca pikiran yang ada diotakku.

"A-apa?" gugup dan juga heran. Dia terus menatapku secara intens, saat aku hendak kembali bertanya dia malah memutuskan kontak mata secara sepihak lalu menghampiri Jeno, jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Tidak ku sangka dia masih memiliki aura yang memikat dihatiku.

Renjun dan Jeno masih sibuk dengan laporannya, tak lama seorang karyawan lain mengetuk pintu lalu masuk kedalam, ditangannya penuh dengan berkas-berkas yang menempuk. Hanya dengan melihatnya dapat aku rasakan betapa beratnya kertas itu

"Ini semua adalah kontrak kerjasama dengan pihak-" aku bosan mendengar percakapan serius dan akhirnya memilih meninggalkan kantor. Dalam pikiranku tertuju pada apa yang sedang lakukan si gembul, Haechan. Jam menunjukkan pukul 12 siang tepat sekali dengan waktu istirahat, sebaiknya aku menghampiri Haechan dan mengajaknya makan agar bisa baby boy dan Haechan mendapat nutrisi yang cukup.

°

°

°

°

°

°

TETEP KU LANJUT KOK, MAAF GAISS AKU CUMA NGERJAIN KALIAN, LUCU SOALNYA 😭😭😭
KALO BISA VOTE SAMPE 100 DONGG PENGEN JUGA NGERASAIN VOTE LEBIH DARI 100😩🙏

be a smart readers, don't like don't read

TBC.

PLEASE DON'T FVCK ME AGAIN « FT : NOMINHYUCK »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang