Favorite Person (Extra)

650 92 55
                                    

Udara hangat berderu lewati celah bibir merah bengkak yang membuka. Diterpa cahaya temaram lampu tidur, kulit sawo matangnya yang basah oleh lelehan keringat semakin cantik berkilau seperti kristal. Seorang omega muda terengah-engah, bertelut di atas ranjang dengan tubuh tak dibaluti sehelai benang pun, menerima hentak demi hentak ulah suaminya di belakang. Lengan kirinya berpegang ke dinding, sedang tangan kanan ia taruh di paha sang alpha, sesekali meremasnya bila tidak tahan. “Angh, hahh ... hahh,” wajah ayunya tertunduk, meraup napas pendek-pendek serta beberapa ringisan. Sentuhan lembut sang suami begitu kontras dengan cara main yang minim perhitungan.

“Sudah lelah? Apa aku menyakiti bayi kita?” Telapak si dominan menyusuri pinggang, lalu buat gerakan elus saat tiba di perut buncit omeganya yang sudah tujuh purnama lingkupi jabang bayi mereka. “Sayang?” Paras tegas si calon ayah tunjukan rasa khawatir ketika tak didengarnya jawab segera. “Aku baik--nghh, bayi kecil kita banyak gerak hari ini, shh,” aduan sang istri ciptakan sebuah senyum simpul di birai dominan yang kembali melanjut agendanya mengelus perut si omega. Ia maju, berikan kecup dekat cuping telinga pasangannya, lalu berangsur ke leher—desah si cantiknya sangat menggemaskan tahan geli—dan ia habiskan waktu sedikit lebih lama menghidu feromon segar nan manis dari tengkuk sang istri. Baunya jadi agak berbeda karena omeganya tengah hamil, tapi itu tak membuat jiwa alphanya terusik sama sekali.

“Sayangku cantik ... cantik sekali.” Suara sang alpha ibarat tetes madu, memuji keelokan sang tali jantung sambil satu tangannya menyelinap rengkuh bahu sempit si cantik dari belakang. Deru napasnya menerpa tengkuk leher istrinya, beri kecup serta satu-dua jilatan basah pada bekas luka gigitan yang sudah lama sembuh. Ia masih bisa kalau diminta menceritakan bagaimana suka rianya kala itu ketika si omega bersedia menjadi pasangan hidup sang alpha sepenuhnya.

Enghh, t--tunggu ... sayang--” pinta si manis; tangannya yang semula ada di paha suami berpindah menyentuh lengan sang dominan di atas perut. Permukaan yang jagai tempat jabang bayi mereka tidur itu memang terlihat sedikit tegang; maka sang alpha beri angguk dan mengurangi geraknya. Ia membelai rambut si omega dan perut besarnya—berupaya menenangkan baik si ibu serta bayinya. “Pelan-pelan saja, ayo ambil napas, oke?” Bimbing pria itu dengan suara setenang riak air di atas danau, namun tidak ada kesan dingin sedikit pun. Ia tertawa kecil kala menyentuh perut sang istri dan rasakan pergerakan aktif di sana, “Nak, ini sudah malam, memangnya kamu tidak capek, hm?” Senyumnya begitu lebar, tidak tahu kapan akan meluntur, demikian juga istrinya yang menyelakan senyum meski masih nampak sibuk raup oksigen.

“Anak manis, putranya Ayah dan Ibu,” seloroh si omega dengan sukacita, dari wajahnya juga terlukis bangga untuk bisa mengandung keturunan suaminya sekali lagi. Ia dapatkan kecup di pipi, dan sejurus kemudian tautan kelamin mereka dilepas oleh sang alpha. “Bungsu kita memang sangat pengertian pada ibunya,” kata alpha itu sambil membantu sang istri berbaring di atas tilam mereka yang kini sudah berantakan. Telapak kasar sang alpha kembali menyentuh sisi wajah istri cantiknya, mengusap jejak keringatnya dan henti sejenak waktu tangan si omega menangkupnya. Ia tersenyum gemas melihat kasih hati yang pejamkan mata, mendusal ke telapak lebarnya seperti anak kucing.

“Kenneth,” ia memanggil, lantas binar berlian terbuka menatapnya. Ibu jari menyusuri tulang pipi merona yang masih tangannya rangkum, sorot matanya teduh, “Sudahkah kubilang kalau aku sangat mencintaimu?” Tak menunggu jawab, ia lebih dulu maju dan labuhkan kecup seringan kapas di celah alis omeganya. Dua lengan lekas menyusul dekap tubuh yang lebih kecil darinya, sangat erat, dan ia sembunyikan muka di ceruk leher si gemini. “Terima kasih untuk bersedia menerima dan memaafkan segala salahku. Aku tahu itu tidak mudah.” Pergerakan pelan dirasakan oleh si alpha, detik berikutnya ia mendapat elusan lembut di helai rambutnya. Omeganya belum ingin buka suara, tapi afeksi ini sudah lebih dari cukup untuk menenangkan hatinya.

For Better or For Worse | ft. Nahyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang