PK|19.Bunga tidur

321 26 3
                                    

Cerita hasil karangan sendiri.
Dilarang mengcopy/screenshot.Jadilah pembaca yang bijak,hati hati dalam berkomentar
TYPO BERTEBARAN⚠

Jadilah pembaca yang bijak,hati hati dalam berkomentarTYPO BERTEBARAN⚠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tok tok~~

Cklik

Saat pintu itu terbuka,terlihat sahabatnya yang masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit

Jendra mendekat ke arah kursi yang ada tepat di sebelah brankar,ia mengeluarkan sesuatu dari paperbag yang sedari tadi ia bawa

"Aku ada boneka kelinci lho nat,kamu mau? Kalau mau ayo buka mata dulu,kamu suka boneka kelinci bukan" monolognya dengan air yang menggenang di pelupuk matanya sambil tersenyum

"Kenapa diem aja? Aku nanya lho" entah seberapa bodoh nya ia berbicara seperti ini di hadapan seseorang yang bahkan masih berjuang melawan penyakitnya

Jendra menggela nafas berat "Nataniela arkananta.Nama yang dulu sering ku panggil nana dan juga arka,itu kamu kan nat?"

"Seandainya dari awal aku sadar mungkin ga bakal kaya gini.Aku jahat,aku brengsek,gila dan yang paling bodoh aku malah milih kinara yang jelas-jelas sifat nya lebih buruk dari yang aku kira"

"Boleh aku panggil kamu dengan panggilan nana seperti dulu?" jendra tersenyum dengan air mata yang sudah mengalir keluar deras

Bipp~~

Matanya membelalak kaget saat mendengar bedside monitor itu berbunyi "Nata... Tolong jangan pergi dulu" ucapnya sambil menggenggam tangan sahabatnya

Air mata nya turun semakin deras,ia mulai memberontak saat beberapa suster berusaha menariknya untuk keluar dari ruangan "Saya akan memeriksa lebih lanjut,di mohon keluarga pasien untuk keluar terlebih dahulu"

Dengan berat hati jendra berjalan mundur dengan tubuh bergetar hebat,pintu itu tertutup rapat hingga lamunannya terbuyar saat mendengar suara yang sangat ia kenali

"Jendra! Apa yang terjadi sama nata?" tanya bunda windy panik

Bugh

Tanpa aba-aba jendra memeluk windy erat dan menumpahkan tangis nya,sedangkan yang di peluk kini mulai menetralkan nafasnya dan mencoba menenangkan diri

Windy membawa tangan nya untuk mengelus punggung seseorang yang sudah di anggap putra nya sendiri

"Tenanglah,semua akan baik baik saja" meskipun ia tak mengerti akan apa yang terjadi,tapi windy tau jika ada sesuatu yang terjadi saat ia pergi meninggalkan ruangan

"Bunda... Maafkan jendra hiks"

Tak lama pintu ruangan terbuka "Bagaimana keadaan putra saya dok" tanya windy tergesa

Dokter itu menghela nafas lelah "Sebelumnya saya minta maaf,tapi ini sudah tahap akhir dan tidak bisa di teruskan,saya disini ingin meminta persetujuan keluarga atas pencabutan alat medis"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pecinta Kucing ||NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang