09. Detensi Tak Terduga

40 6 0
                                    

Vote + Like + Komen

***

Kelas ramuan di Hogwarts itu tak pernah sepi dari ketegangan, terutama ketika digabungkan antara Slytherin dan Gryffindor.

Diana Malfoy, saudari Draco Malfoy, duduk di meja depan dengan ekspresi mencemooh, seolah-olah dia adalah bintang utama dari drama yang belum dimulai.

Dia mengenakan seragam hijau Slytherin yang elegan, dan rambut pirangnya yang panjang diikat rapi. Namun, ada sesuatu yang menandakan bahwa dia tidak akan diam.

Hari itu, Diana merasa tidak sabar. "Apakah kita benar-benar harus berada di kelas yang sama dengan mereka?" Dia mengeluh pada Draco, yang duduk di belakangnya. "Mereka semua hanya akan mengganggu."

"Diam saja, Dee. Fokus pada ramuan," Draco menyuruhnya, tampak lebih tertarik pada kelas daripada adiknya yang selalu berisik.

Diana berbalik dan menatap Harry Potter yang duduk di sebelahnya. "Hei, Potter! Siapa yang mengizinkanmu untuk duduk di sampingku?" Dia memperlihatkan senyuman sinis, ingin menunjukkan bahwa dia tidak terkesan dengan reputasi Harry.

Harry, yang mencoba untuk tetap tenang, menjawab, "Tolong, Malfoy, aku hanya mencoba mengikuti pelajaran. Bisa tidak kau sedikit bersikap lebih baik?"

Diana tertawa kecil. "Sikap baik bukan untuk orang seperti kita, Potter. Kau seharusnya tahu itu. Lagipula, kau lebih cocok menjadi penyebab masalah daripada solusinya."

Professor Snape, yang baru saja memasuki ruangan dengan wajah masam, menatap tajam ke arah mereka. "Silakan fokus pada pelajaran!" perintahnya, dan suasana kelas menjadi hening seketika.

Mereka mulai mengerjakan ramuan yang diinstruksikan. Namun, Diana tidak bisa menahan diri. Setiap kali Harry berusaha menambahkan bahan, dia akan mengejek.

"Kau pasti akan membuat ramuan yang lebih mirip bubur daripada ramuan, Potter. Lihat cara kau mencampurnya, sepertinya kau baru belajar sihir kemarin."

Harry merasa frustrasi, tetapi berusaha untuk tidak bereaksi. Namun, kesabaran Harry mulai menipis ketika Diana terus mengganggu.

"Kalau saja kau sedikit lebih cerdas, kita tidak akan berada dalam situasi ini."

"Dan kalau saja kau tidak terlalu menyebalkan, aku mungkin bisa berkonsentrasi!" jawab Harry, suaranya bergetar.

Seiring berjalannya waktu, ketegangan di kelas semakin meningkat. Snape mengawasi mereka dengan tatapan tajam, sementara murid-murid lainnya berbisik, tertawa, dan mengobrol.

"Sungguh mengerikan, Potter! Apa kau tidak tahu cara menjaga kuali? Mungkin kau harus berhenti bermain Quidditch dan mulai belajar meramu!" gadis itu berkata dengan nada sarkasme yang jelas.

"Diam, Malfoy!" Harry menggeram, merasa frustrasi.

Tiba-tiba, saat Harry menambahkan bahan terakhir ke dalam kuali mereka, sesuatu yang mengerikan terjadi. Cairan di kuali mendidih dan meledak, menyebar ke seluruh meja dan mencipratkan ke pakaian mereka.

Suara letusan membuat semua siswa di kelas terkejut, termasuk Snape, yang melangkah cepat ke arah mereka.

Diana menatap kuali dengan wajah panik. "Kau bodoh, Potter! Ini semua salahmu!" dia berteriak, merasa frustrasi.

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang