05. Kekacauan Kecil

128 20 2
                                    

Vote + Like + Komen

***

Lorong-lorong Hogwarts hari itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun matahari masih memancar dari jendela-jendela besar di kastil.

Diana Malfoy berjalan beriringan dengan kakaknya, Draco, menuju pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Suasana di sekolah dipenuhi bisik-bisik, desas-desus yang tak henti-hentinya tentang kaburnya Sirius Black dari Azkaban membuat banyak siswa cemas.

"Bayangkan saja," kata Draco, seringainya tidak pernah hilang dari wajahnya. "Seorang tahanan kabur dari Azkaban, Potter pasti sudah gemetaran sekarang."

Diana, dengan langkah yang lebih tenang dari Draco, mengangguk setuju. Meski tidak seprovokatif saudaranya, dia tahu betul bagaimana situasi seperti ini bisa dimanfaatkan untuk mempermalukan Harry Potter.

Draco memang selalu punya cara untuk menyulut amarah orang, dan Diana kadang menikmati melihat Potter dan teman-temannya berada di posisi yang sulit.

Mereka mendekati lorong dekat ruang kelas, dan di sana, tak jauh di depan, terlihat Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione Granger yang berjalan bersama. Draco langsung melambatkan langkahnya, menunggu momen yang tepat untuk melemparkan ejekan.

"Apa kau dengar kabar terbaru, Potter?" Draco membuka percakapan dengan nada penuh ejekan. "Sirius Black sudah kabur. Bagaimana perasaanmu? Mungkin dia sedang mencarimu sekarang."

Harry, yang biasanya cukup pandai mengabaikan Draco, kali ini menatapnya dengan tatapan tajam. Sejak kabar tentang Sirius Black tersebar, Harry memang tampak lebih tegang dari biasanya. Draco, tentu saja, tahu bagaimana memanfaatkan situasi ini.

"Bayangkan," lanjut Draco, tidak berhenti di situ, "Black berkeliaran di luar sana, siap untuk menyerang siapa saja yang berani menghalanginya. Mungkin dia sedang menunggumu di balik sudut, siap untuk meneruskan apa yang tidak bisa diselesaikan oleh teman-teman lamanya."

Diana, yang selama ini diam, mengangguk pelan dan menambahkan, "Kurasa Black akan mengincarmu, Potter. Lagipula, siapa lagi yang lebih menarik untuk dia buru selain bocah yang tak bisa menjauhi masalah?"

Hermione yang biasanya sabar tak bisa menahan diri. "Sirius Black tidak ada hubungannya dengan Harry. Dan kalian berdua seharusnya tahu lebih baik daripada mengejek situasi yang serius seperti ini!" suaranya tegas, nyaris menggema di lorong yang lengang.

Draco mengangkat alisnya dan tertawa kecil. "Oh, tentu saja, Granger, pembela setia Potter. Kau terlalu peduli pada hal-hal yang tidak penting. Tapi jangan terlalu percaya diri, kau tidak pernah tahu siapa yang akan jadi korban berikutnya. Sirius Black punya dendam dengan keluarga Potter. Mungkin dia hanya ingin menyelesaikan apa yang belum tuntas."

Diana tersenyum kecil mendengar ejekan saudaranya. "Potter, kau selalu punya kebiasaan buruk dalam membuat masalah, kan? Orang-orang seperti Black akan tertarik padamu seperti ngengat pada cahaya."

Harry mengepalkan tangan, jelas merasa terpojok, tetapi menahan diri. "Tidak ada yang tahu apa yang diinginkan Sirius Black," jawab Harry dengan nada dingin, "dan aku tidak takut padanya."

Draco memutar matanya, berpura-pura kagum. "Oh, tidak takut, ya? Berani sekali. Tapi aku yakin kalau Black mendengar itu, dia mungkin akan datang lebih cepat untuk membuktikan dirimu salah."

Ron yang sudah tidak bisa menahan amarahnya maju selangkah. "Diam, Malfoy. Kau tidak tahu apa-apa tentang Black, atau tentang apapun. Kalian berdua tidak tahu apa-apa!"

Diana menatap Ron dengan sedikit seringai, merasa bahwa pertarungan verbal ini berjalan seperti yang dia harapkan.

"Weasley, seperti biasanya, terlalu bersemangat membela teman-temannya. Mungkin kau juga harus hati-hati. Black mungkin tidak hanya mencari Potter."

Hermione berusaha menenangkan Ron, menarik lengannya dengan hati-hati. "Jangan pedulikan mereka," bisiknya, "mereka hanya ingin memprovokasi kita."

Draco dan Diana saling pandang, merasa puas dengan kekacauan kecil yang mereka sebabkan. Draco lalu menoleh pada Diana sambil tersenyum licik.

"Ayo, sudah cukup bersenang-senangnya. Lagipula, Potter punya masalah yang lebih besar sekarang."

Mereka berdua berjalan pergi, meninggalkan Harry dan teman-temannya yang tampak kesal. Diana tersenyum tipis, merasa bahwa hari itu berjalan dengan sempurna.

Di sisi lain, perasaannya tentang Sirius Black sedikit membuat gadis itu memikirkannya.

Bagaimana mungkin seorang tahanan seperti dia bisa kabur dari Azkaban? Namun, saat ini, yang terpenting adalah kesenangan dalam melihat Potter dan teman-temannya semakin tertekan.

***
.

.

.

.

.

.

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang