Vote + Like + Komen
***
Saat mereka sampai di stasiun Hogsmeade, Diana Malfoy menatap dengan kagum kuda-kuda hitam yang menarik kereta di depan mereka.
Mata abu-abunya menyipit saat dia mencoba melihat lebih dekat. Thestral yang kurus dan bersayap tampak menyeramkan, tapi di saat yang sama mempesona.
"Dray," panggilnya sambil memiringkan kepala, masih menatap makhluk-makhluk itu. "Itu apa?"
Draco, yang berdiri tak jauh darinya, melirik malas ke arah yang ditunjuk oleh saudarinya, kemudian menghela napas dengan ekspresi jengah.
"Tidak ada apa-apa, Dee. Kau jangan mulai jadi seperti Lovegood, melihat hal-hal aneh. Fokus saja pada yang penting," ujarnya, seolah enggan membahasnya lebih jauh.
Diana, yang selalu percaya pada Draco, akhirnya mengangguk pelan, meski dalam hatinya rasa penasaran masih menggelitik.
Dengan raut angkuh yang menjadi ciri khasnya, ia berjalan sendirian menuju kereta yang akan membawa mereka ke kastil.
Namun, ketika dia hendak masuk ke dalam kereta, langkahnya terhenti melihat siapa yang sudah duduk di dalam.
Golden Trio—Harry, Hermione, dan Ron. Ketiganya menoleh serentak saat Diana masuk, dan Diana langsung menyipitkan mata. Ia memasang ekspresi penuh penghinaan.
"Oh, lihat siapa yang kutemukan di sini, para singa liar," ucap Diana dengan nada sinis sambil melipat tangan. "Benar-benar hari yang menyebalkan."
Hermione menghela napas, tampaknya sudah lelah dengan ejekan-ejekan dari Malfoy lainnya. "Apa kau tidak bisa duduk di kereta lain, Malfoy?"
Diana mengangkat bahu, berpura-pura memeriksa kuku-kukunya.
"Aku tidak melihat alasan untuk pindah. Lagi pula, siapa yang takut pada segerombolan Gryffindor yang terlalu percaya diri seperti kalian?"
Ron tampak ingin membalas, tapi Harry menahannya. "Kami juga tidak menginginkanmu di sini, Malfoy. Jadi, kalau kau tidak punya urusan lain selain mengganggu, kenapa tidak duduk saja dan diam?"
Diana tersenyum sinis, lalu duduk di salah satu kursi kosong. "Oh, Potter, kau tahu aku tidak pernah diam kalau berurusan dengan kalian. Kakakku sudah cukup jelas tentang betapa membosankannya kalian."
Hermione menatapnya tajam. "Kau tahu, kau tidak harus seperti Draco. Kau bisa memilih untuk tidak menjadi sombong dan arogan seperti itu."
Diana menatap Hermione dengan tatapan menghina. "Aku tidak memilih ini, Granger. Tapi siapa aku?. Keluarga Malfoy tidak pernah main-main dengan siapa pun, apalagi dengan para singa liar."
Ron akhirnya tak tahan lagi. "Kenapa sih kau selalu menyebut kami singa liar? Apa itu semacam penghinaan keluarga Malfoy yang rahasia atau apa?"
Diana menyeringai. "Lebih seperti lelucon pribadi. Tapi jelas, itu masih di luar pemahamanmu, Weasley."
Percakapan mereka terus berlanjut dalam perdebatan kecil yang saling menyindir sepanjang perjalanan menuju kastil.
Diana, meskipun merasa terganggu berada di satu kereta dengan trio tersebut, tetap menikmati setiap momen untuk menyindir dan menguji kesabaran mereka.
***
Diana Malfoy bersandar di kursinya dengan sikap yang penuh percaya diri, meskipun situasinya jelas tidak ideal baginya.
Duduk bersama Harry Potter dan teman-temannya membuat dia membayangkan perjalanan pertamanya menuju kastil Hogwarts.
Namun, seperti layaknya seorang Malfoy, dia tidak akan membiarkan mereka melihat rasa frustrasinya. Sebaliknya, dia menganggap ini sebagai kesempatan untuk lebih mengenal musuh keluarganya.
Ron, yang tampaknya sudah mencapai batas kesabarannya, menatap Diana tajam.
"Apa kau tidak punya teman lain selain kami, Malfoy? Atau kau sengaja ingin membuat perjalanan ini lebih menyebalkan?"
Diana mendengus kecil, seolah menertawakan pertanyaan itu.
"Temanku? Oh, Weasley, kau pikir aku ingin berteman dengan kalian? Aku lebih baik sendirian daripada harus duduk bersama gerombolan pengganggu Gryffindor sepertimu."
Harry menatap Diana dengan tenang, tidak tertarik untuk terlibat dalam perdebatan yang tidak ada habisnya.
"Tidak ada yang memintamu untuk tetap di sini, Malfoy. Kau bisa pergi kapan saja."
Namun, Diana tidak tertarik untuk menurut. Baginya, tetap tinggal dan mengganggu mereka adalah cara yang jauh lebih menyenangkan untuk menghabiskan waktu.
Dia melipat tangan, matanya melirik Harry dari ujung mata. "Tentu saja, Potter. Kau selalu merasa jadi pahlawan, kan? Berpikir semua orang ingin lari darimu."
Hermione, yang sedari tadi berusaha menahan diri, akhirnya bicara. "Kau tidak bosan, ya, terus-terusan membuat orang merasa buruk? Kau bisa memilih untuk menjadi lebih baik dari kakakmu, kau tahu itu, kan?"
Mata Diana menyipit mendengar itu, dan nada suaranya menjadi lebih tajam.
"Jangan pernah bicara tentang kakakku. Kau tak tahu apa-apa tentang keluarga Malfoy, Granger. Lagipula, kenapa kau peduli? Kau sibuk mencoba menyelamatkan dunia dengan otak cerdasmu itu, bukan?"
Hermione menatap Diana balik dengan dingin. "Aku tidak tahu banyak tentang keluargamu, memang. Tapi aku tahu satu hal, terus-menerus bersikap kasar dan merendahkan orang lain tidak akan membantumu di Hogwarts."
Diana terdiam sejenak, matanya berkilat marah. "Kau pikir kau tahu segalanya, ya? Itu yang membuatku muak dengan kalian Gryffindor—selalu berpikir kalian lebih baik dari yang lain hanya karena kalian punya hati yang baik dan moral yang tinggi."
Ron, yang tidak tahan melihat Hermione dipojokkan seperti itu, membalas cepat,Setidaknya kami punya moral, bukan seperti kau dan kekuargamu serta para ular yang selalu menyusahkan orang lain."
Diana tertawa kecil, suara dinginnya bergema di dalam kereta. "Oh, Weasley, sungguh menyedihkan melihatmu mencoba membela diri. Satu-satunya hal yang menyusahkanku dan keluargaku adalah harus melihat orang-orang sepertimu—orang yang bahkan tak bisa menjaga harta miliknya tetap utuh."
Hermione hampir bangkit untuk merespons, tapi Harry menghentikannya dengan sebuah isyarat tangan. Harry menatap Diana dengan sorot yang tajam namun tenang.
"Kita semua tahu bahwa Hogwarts bukan tempat untuk membuktikan siapa yang punya keluarga lebih kaya atau siapa yang lebih berpengaruh. Pada akhirnya, yang akan dihargai di sini adalah siapa dirimu, bukan keluargamu."
Diana membalas tatapan Harry dengan mata penuh rasa hina.
"Itu omong kosong, Potter. Kau mungkin berpikir semua orang akan memperlakukanmu sama hanya karena kau tidak peduli dengan status atau uang. Tapi dunia tidak bekerja seperti itu, dan di Hogwarts pun begitu. Kau akan lihat."
Percakapan itu berakhir dengan suasana yang tegang. Diana, meskipun tidak secara terbuka mengakui kekalahan, merasa sedikit terganggu oleh keyakinan Harry.
Namun, sebagai seorang Malfoy, dia tidak akan menunjukkan kelemahannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚
FanficA STORY BY LYYNOWL {golden trio era} Sejak tahun pertama di Hogwarts, Harry Potter dan Diana Malfoy telah terjebak dalam permusuhan yang diwariskan oleh keluarga mereka. Diana, saudara kembar Draco, sama licik dan sombongnya, selalu menjadi musuh Ha...