02. Dementor di Kereta?

55 10 0
                                    

Vote + Like + Komen

***

Diana Malfoy menyesuaikan jubah Hogwarts-nya sambil bersandar pada jendela kereta yang berembun.

Hawa dingin menyelimuti suasana setelah kejadian Dementor di kereta. Siswa-siswa masih bergumam satu sama lain, menyebarkan cerita yang terdengar seperti desas-desus aneh tentang Harry Potter yang tiba-tiba pingsan di hadapan Dementor.

"Potter pingsan. Kau dengar itu?" Seorang siswa Hufflepuff berjalan melewati kompartemen Diana, suaranya dipenuhi antusiasme, nyaris seperti sebuah lelucon.

Diana mendengar berita itu berkali-kali sepanjang lorong kereta, setiap siswa menyampaikannya dengan cara yang berbeda.

Bisik-bisik itu tak pernah berhenti, bahkan setelah kereta kembali tenang. Ia menatap keluar jendela, merasakan sesuatu yang ganjil menyelimuti pikirannya.

Harry Potter, yang terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya, pingsan?

Sesuatu tentang berita ini membuat Diana merasa bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai. Bagaimana bisa seseorang yang bertahan dari serangan Lord Voldemort, sekarang kalah oleh kehadiran Dementor?

Draco Malfoy, seperti biasanya, tampak menikmati berita itu lebih dari siapa pun.

Saat ia kembali dari menjelajahi kereta untuk mencari tahu lebih banyak tentang insiden tersebut, ia memasuki kompartemen dengan langkah angkuh dan senyum sinis yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Dee, kau tidak akan percaya apa yang baru saja kudengar!" serunya, seolah-olah ia baru saja menemukan harta karun.

Diana mengangkat kepalanya dari jendela dan menatap kakaknya. "Kudengar dari siswa-siswa lain, Dray. Semua orang membicarakannya."

Draco duduk di hadapannya, masih dengan seringai licik di wajahnya.

"Tentu saja, tapi mendengar langsung dari mereka yang menyaksikan itu tak ternilai. Potter pingsan, seperti anak kecil. Bahkan Weasley tak bisa menolongnya. Konyol."

Diana tetap tenang, tetapi dalam hatinya, ia merasa semakin tergelitik. "Dan menurutmu itu luar biasa?"

"Luar biasa? Itu sempurna!" Draco bersandar dengan angkuhnya, kakinya disilangkan di depan. "Orang-orang berpikir dia ini pahlawan, anak terpilih. Padahal, dia tidak lebih dari pengecut yang bahkan tidak bisa berdiri melawan Dementor."

Diana tetap diam beberapa saat, menimbang kata-katanya. Ia tahu betapa senangnya Draco melihat kelemahan orang lain, terutama kelemahan Harry Potter.

Keduanya sudah lama terlibat dalam persaingan, sesuatu yang Diana tidak terlalu hiraukan. Draco selalu mencari cara untuk menjatuhkan Harry, baik dengan ejekan maupun dengan tantangan di lapangan Quidditch.

Tapi kali ini, Diana merasa bahwa Draco terlalu terburu-buru menganggap hal itu sebagai lelucon.

"Draco, Dementor adalah makhluk yang sangat kuat," katanya akhirnya, suaranya datar tapi tajam. "Mereka bisa membuat siapa saja merasa tidak berdaya, bahkan penyihir paling hebat sekalipun. Kau pun tahu itu."

Draco mendengus, tidak mau mengakui kebenaran di balik kata-kata Diana. "Ya, tapi aku tidak pingsan, dan begitu juga kau. Kau harusnya melihat wajah Granger-panik dan cemas seperti dia akan menangis. Mereka beruntung Lupin ada di sana."

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang