12

291 42 6
                                    

.

.

.

.

Ivan terus mengumpulkan keberaniannya untuk ikut menaiki Mort atas saran Ciel, dengan besar Mort yang secara ajaib bisa seukuran kuda dewasa membuat Ivan tidak bisa menahan rasa kaget nya. 

mungkin jika Mort adalah iblis liar yang ganas dan berbahaya, Ivan akan dengan sangat mudah menghadang dan menghabisinya. tapi jika harus naik ke punggung nya dan bersikap biasa, itu tidak mudah untuk Ivan

'ini kuda, ini kuda, ini kuda' batin Ivan yang mencoba menghipnoti otaknya seniri 

"kak?"

"tidak apa Ciel, kakak akan naik" ucap Ivan yang mencoba naik ke punggu Mort

"pegangan kak"

Ivan pun berpegangan pada bulu-bulu Mort yang panjang juga pada Ciel untuk jaga-jaga mencegah Ciel terjatuh, begitu semuanya siapa Ciel pun memberikan aba-aba

"ayo!"

dengan cepat Mort melangkah dengan sangat capat yang bahkan jika Ivan bandingkan dengan kecepatan kuda berlari, maka Mort jauh lebih cepat. bahkan belum genap 10 menit mereka di jalan, kini mereka sudah sampai di depan lubang anjing sebelumnya.

Ivan yang masih syok hanya terdiam sejenak, otaknya terasa mencair karena lari Mort ini. 

"kak? kakak baik-baik saja?" tanya Ciel yang bisa di bilang hanya basa-basi

itu karena Ciel mengetahui apa yang dirasakan Ivan saat ini, karena dulu juga dia merasakannya saat pertama kali menunggangi beberapa iblis. mungkin kondisi Ivan masih kategori baik-baik saja karena hanya syok dan terdiam, di banding dirinya dulu yang demam setelah menungganginya

"i-iya.. "

"jangan bohong kakak, aku juga mengalaminya dulu"

"benarkah? lalu apa yang terjadi padamu?"

"demam 3 hari 3 malam" jawab Ciel singkat

".." 

Ivan terdiam mendengarnya, mungkin jika dia tidak memiliki pengalaman balap kuda, ada kemungkinan dia akan berakhir seperti Ciel juga

".. sekarang kita turun saja ya?" 

"oke"

Ivan pun turun terlebih dahulu dan setelah itu barulah Ciel di bantu trun juga, setelah keduanya turun kini giliran Mort yang kembali mengecil.

dengan secepat kilat Mort langsung kembali pada bayangan Ciel

"terimakasih Mort"

Ivan tersenyum melihat sikap Ciel yang rendah hati, dia tahu sepanjang hidup Ciel di habiskan di ruangan tertutup dan sangat jarang bersosialisasi dengan orang lain, itu membuat keluarganya sempat berfikir Ciel akan bersikap kurang baik nantinya. tapi melihat sikap Ciel tadi membuat Ivan lega karena kekhawatiran keluarganya menghilang satu.

memang paling penting adalah sikap dan perilaku, walaupun begitu dengan kepulangan Ciel saja sudah membuat mereka bahagia.

ini memang Ciel mereka

"terimakasih Mort, karena mengantarkan kami. dan aku meminta maaf sebelumnya karena meragukan mu" ucap Ivan dengan tulus pada Mort yang sudah menjadi bayangan Ciel 

"ayo, kita kembali" ajaknya

"ayo"

keduanya pun mulai masuk mengunakan lubang anjing itu kembali secara bergantian, hanyasaja mereka tidak tahu bahwa di sisi yang lainya terdapat seseorang yang sudah menunggu kepulangan mereka

l Was Born To Be Sacrificed[Setiap Hari Selasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang